Tiba-tiba Asa merasa guncangan yang cukup hebat dalam tendanya. Selimut yang ia kenakan telah pergi entah kemana begitu juga dengan tendanya yang menghilang begitu saja saat matany terbuka.
Asa bangun dari tidurnya. Ia disuguhkan dengan pemandangan yang luar biasa indah. Manik coklatnya terus mengedip beberapa kali bahkan ia sudah menguceknya karena tidak percaya.
Kemudian ia teringat dengan laki-laki beruang itu, di mana dia? Bukankah ia tidur di luar? Asa celingukan ke kanan dan ke kiri yang mendapati dirinya berada di tengah-tengah padang rumput hijau sendirian.
"Saka ..."
"Saka ..."
"Saka, Anda ada di mana?" Asa berteriak memanggil-manggil Saka yang tak menunjukan batang hidungnya.
Kini kakinya sudah berdiri menatap nyalang padang rumput hijau ini, di atasnya bulan masih bertengger manis memantulkan cahayanya.
Asa berjalan ke sisi barat sambil menyingkirkan rumput-rumput hijau yang tingginya hampir menenggelamkannya itu. "Saka! Berhentilah bermain!"
"Ini tidak lucu!"
"Anda di mana? Jangan tinggalkan saya sendirian," ujar Asa setengah ketakutan juga menahan emosi karena tidak ada yang menjawab hanya siulan angin malam yang dingin menusuk tulang.
Saat Asa hendak berjalan lagi sambil berteriak memanggil Saka. Seseorang datang dari arah belakangnya lebih tepatnya memannggil Asa dengan terburu-buru. "Asa! Asa!"
Asa yang terpanggil langsung berbalik. "Kakek?" sahut Asa setelah mengenali laki-laki bungkuk dengan rambut sangat panjang itu berjalan cepat ke arahnya.
"Apa yang kakek laku—"
"Jangan banyak bicara!" bentak kakek itu memotong ucapan Asa yang belum selesai. "Temanmu di culik. Sebaiknya kamu segera menyelamatkannya sebelum matahari terbit," bebernya membuat Asa terperangah.
"Apa? Kenapa bisa?"
"Tidak ada waktu untuk menjelaskan. Kamu harus segera menyelamatkannya. Jika tidak, Saka tidak akan kembali," jelas kakek itu memberitahu.
Kemudian kakek itu memberikan Asa tiga botol yang berisi air berwarna biru. "Bawa air telaga ini. Jika ilusi jahat itu mengganggumu siram wajah mereka dengan ini dan jangan menghabiskannya. Ini akan menyakiti mereka dengan rasa terbakar yang luar biasa."
"Kek, sebenarnya ini di mana?" tanya Asa penasaran. "Kita berada dalam lingkaran ilusi padang pasir ini. Saat Larut penghuni di sini akan menyesatkan siapa saja orang-orang yang bermalam dengan ilusi-ilusi mereka."
"Dan kamu harus segera menyelamatkan Saka, karena dia sudah terjebak oleh ilusi-ilusi itu."
"Bagaimana saya bisa menyelamatkannya?" Sanggah Asa.
"Kamu tahu caranya Asa." Asa termenung merenungi ucapan kakek itu.
"Bagaimana bisa?"
"Kamu bisa," balas kakek itu. "Percaya pada dirimu. Ingat, bawa Saka kembali sebelum matahari terbit, jika tidak temanmu tidak akan pernah kembali.
"Ke mana aku harus pergi?" tanya Asa bingung harus memilih jalan.
"Ikuti kata hatimu. Alam akan menunjukannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Silver Apple
FantasíaHai! Aku Asa dan ini adalah kisahku, banyak hal yang harus aku lalui demi buah penyembuh yang sangat legendaris dan hampir semua orang mengatakan itu adalah mitos. Tapi aku percaya buah penyembuh itu Ada. Demi kesembuhan ayahku aku rela melakukan ap...