Part 15 : Dijebak

3 2 0
                                    

Saka termenung dengan ucapan Aji barusan. Matanya terus menatap kantong hitam yang entah berisi apa dan secarik kertas yang dipaksa diterimanya.

"Temui aku di puncak batu. Jangan membuka kantong hitam ini, jika kamu ingin selamat dari teman-teman penyamunku."

Kini, Asa menatap penasaranan apa yang Saka pegang. Ia sempat melihat laki-laki yang bernama Aji itu memberikan Saka sebelum ia pergi."Saka apa yang diberikan kawanmu itu?" Asa bertanya membuat Saka tersadar.

Saka menatap lama manik coklat Asa. "Kita harus segera pergi dari sini. Waktu kita tidak banyak!" jawab Saka tanpa mengalihkan matanya dari Asa.

Sedangkan orang yang ditatap menatap syok.

"Apa? Kenapa tiba-tiba?"

"Kita tidak punya pilihan. Ini kesempatan kita." Asa menggeleng.

"Pikirkan baik-baik, Saka. Jangan gegabah. Ingat temanmu baru saja mengkhianatimu."

Saka terdiam kembali. Namun sedetik kemudian dia berkata, "Kita tidak punya banyak waktu lagi, Sa ..." Ia menyisir rambutnya ke belakang. Laki-laki itu tahu dirinya akan mengambil resiko yang berbahaya. Namun mengingat Penyamun Rubah Merah sangat berbahaya dan sulit untuk keluar dari jeratan mereka. Ia takut kejadian yang dulu terulang kembali.

"Memang kapan buah apel ajaib itu berbuah?" tanya Asa geram.

"Beberapa hari lagi dari sekarang tepat di malam bulan perak." Asa terdiam sesaat sebelum bertanya kembali.

"Apa di malam bulan perak?" gumam Asa yang masih terdengar oleh Saka.

"Benar." Saka menatap Asa yang masih syok. "Memang kenapa?" tanya Saka heran dengan reaksi aneh Asa.

"Tidak, papa ..." Asa menggeleng pelan. "Ayo! Sekarang kita bergerak."

Saka menatap Asa curiga. Laki-laki itu merasa Asa menyembunyikan sesuatu.

"Aku harap kamu tidak menyembunyikan apapun, Sa." Asa hanya tersenyum kecil, menanggapi.

***

"Apa kamu gila?" Asa menatap Saka tak percaya.

"Pakai saja, kita kabur dari sini hidup atau mati. Kamu harus tetap bersamaku," titah Saka tak terbantahkan.

Dengan terpaksa Asa memakai baju salah satu penjaga penjara yang terkapar akibat pukulan Saka. Saka telah membuat dua penjaga penjara pingsan.

Kini keduanya sudah menyamar menjadi prajurit penyamun. Mereka berdua berjalan melewati banyak penyamun yang berkeliaran, sedang berpatroli. Bahkan ada yang dari mereka sempat bertanya.

"Kau mau ke mana?" ucap salah satu prajurit patroli menghentikan langkah mereka.

"Kita harus mencari pencuri itu," imbuhnya.

Tak mau dicurigai, Saka segera menjawab dengan suara yang dibuat-buat. "Pencuri? Apa ada barang kita yang hilang? Aku sudah mengecek barang rampasan semuanya lengkap."

"Benarkan, Bima?" Saka menyikut Asa agar gadis itu menjawab. Dengan tergesa Asa menjawab, "I-iyah. Semuanya lengkap."

Prajurit itu menggeleng menandakan bukan itu yang ia bicarakan. "Bukan barang rampasan kita. Tapi barang berharga Ketua Fox," bisiknya memberitahu.

The Silver AppleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang