Dengan raut ceria sambil menggoyangkan tangan, Mita berjalan riang, berniat menghampiri si tersayang yang sudah selesai kelas lebih dulu.
Senyum tak luput dari wajahnya. Mita sedang benar-benar senang hati, presentasinya bersama kelompok diapresiasi dengan sangat baik oleh dosen. Tidak sia-sia kerja keras Mita dan yang lain.
Arkan bilang dia menunggu di depan. Mita siap untuk bertemu Arkan dan menceritakan kegembiraannya.
Tetapi, tiba-tiba langkahnya terhenti. Senyumnya agak pudar. Melihat di sana Arkan tidak sedang sendiri, melainkan bersama Winda, Si Putri Kampus julukannya.
Perlahan Mita melanjutkan langkah. "Paling juga cuma ngobrol biasa," ucap Mita pada diri sendiri.
Namun lagi-lagi Mita berhenti, melihat Arkan tertawa setelah mendengar Winda menceritakan sesuatu yang Mita tidak bisa dengar.
Mita meneguk air ludah dengan susah. Ia bukan tipe pasangan pencemburu. Sebelumnya, melihat Arkan tampak bersama cewek lain pun Mita biasa saja, percaya kalau Arkan tidak akan macam-macam.
Tapi Winda beda.
Si cantik nan anggun itu adalah salah satu mahasiswa berprestasi yang selalu ramah. Aura yang terlihat begitu positif. Ia bisa dengan mudah membuat orang-orang tertarik. So attractive.
"Samperin! Malah diliatin doang, nggak selesai-selesai nanti ketawa barengnya."
Mita terlonjak kaget. Menoleh pada Anin yang melintas, sempat menyenggol pelan lengan Mita. Namun Anin tak berhenti, langsung pergi tanpa repot-repot menunggu respons Mita.
"Ah, iya! Kenapa gue malah diem aja di sini?" ucapnya tersadar.
Kemudian Mita berjalan terus hingga sampailah di hadapan Arkan.
"Eh! Hai, Mita! Sorry, gue ajak Arkan ngobrol," kata Winda langsung bergeser menjauh dari Arkan.
Mita tersenyum. "Nggak perlu minta maaf, nggak pa-pa," ujarnya kalem.
"Kalo gitu gue duluan, ya." Winda pamit, lalu pergi setelah Arkan mengangguk dengan sedikit senyum, serta Mita yang melambaikan tangan.
"Ekhem!" Mita sengaja berdeham, sontak Arkan mengalihkan pandangan dari perginya Winda ke Mita di depannya.
"Ngobrolin apa tadi? Seru banget kayaknya," lanjut Mita tanpa memperlihatkan raut curiga, mimik wajahnya masih ceria seperti biasanya ia terlihat.
Arkan menjawab, "Tugas. Gue sekelompok sama Winda." Dengan cuek mengambil satu helm untuk dipakaikannya pada Mita.
"Lo, Winda, terus siapa lagi anggota kelompoknya?" tanya Mita sambil menunggu Arkan selesai memakaikan helm.
"Nggak ada. Cuma berdua." Arkan selesai dengan helm Mita. Ia lanjut memakai helmnya sendiri. Tanpa tahu raut wajah Mita mulai berubah, tak seceria tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memang Kamu Orangnya
قصص عامةPasutri gemas yang nggak pernah nyangka bakal sampai di fase jadi pasutri. Mita & Arkan memang dekat. Sejak kecil. Namun dulu mereka tuh cuma teman sepermainan, makin dekat jadi sahabat. Lalu tak disangka benih-benih asmara tumbuh di antara keduanya...