015. Arkan Sabar

372 36 4
                                    

Genggaman hangat yang diberikan Arkan pada tangan Mita membuat gadis itu menoleh dan menatap Arkan dengan mata ngantuknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Genggaman hangat yang diberikan Arkan pada tangan Mita membuat gadis itu menoleh dan menatap Arkan dengan mata ngantuknya.

"Aku minta maaf."

Mita menghela napas. "Buat apa lagi?" ucapnya pelan, sedikit tidak enak hati menanyakannya.

"Aku tau, sakit hati kamu karena aku kemarin belum sepenuhnya sembuh. Dan sekarang, kamu nikah sama aku, juga karena kesalahanku. Aku tau juga, kamu belum siap untuk nikah. Beban kamu jadi bertambah. Lagi-lagi karena aku. Maaf, Mita."

Melihat Arkan menunduk dalam dengan nada bicara terdengar bergetar, Mita mengerjap lalu menarik tangannya dari genggaman Arkan.

Mita menyentuh dagu Arkan, membawanya untuk memandang Mita. Dia melihat kedua mata Arkan yang jelas berkaca-kaca.

Ah, Mita sungguh tidak tega kalau seperti ini.

"Iya, dimaafin," kata Mita sambil mengusap cairan bening di sudut mata Arkan dengan ibu jarinya. Arkan tampak sedikit rapuh.

Mendengar kalimat Mita sontak membuat Arkan langsung menarik gadisnya itu dalam pelukan. Hingga kemudian Mita sadar kalau kali ini Arkan benar-benar menumpahkan tangisnya.

Mita mengusap kepala Arkan menenangkan.

Mita memutuskan untuk memaafkan Arkan, menghapus kekecewaannya, menyikapi sakit hatinya dengan sabar.

Karena pada kenyataannya, Mita tak bisa lepas dari Arkan.

Bukan menjadi bodoh hanya karena cinta. Tapi karena setiap orang berhak mendapatkan kesempatan kedua.

Beberapa menit setelahnya Arkan masih betah memeluk Mita, sekalian modus sepertinya. Sampai tangisnya berhasil usai, Arkan tetap pada posisinya sambil diam. Dengan Mita yang juga diam. Arkan baru sadar juga kalau dirinya bisa menjadi lelaki cengeng hanya karena Mita, bahkan ia tak malu memperlihatkan bagaimana ia terlihat sedih dan lemah.

"Udah, ya, Ar. Gue ngantuk banget, serius. Mata gue lengket banget ini, udah susah dibuka," kata Mita, agak mendorong tubuh Arkan untuk menjauh.

Ternyata benar, Arkan bisa melihat mata Mita yang menyipit, beberapa kali mengerjap untuk mempertahankan kesadaran. Ah, gemas sekali.

Mita bersiap untuk membaringkan tubuh. "Nggak usah malam pertama, ya. Gue belum siap," katanya terlampau jujur.

Arkan terkekeh lalu berkata, "Aku juga nggak mau minta sekarang." Ia ikut membaringkan tubuh di sebelah Mita.

"Kenapa?" Masih sempatnya Mita bertanya dengan nada yang sudah parau.

"Tunggu kamu siap lah," jawab Arkan enteng, mendadak menarik tubuh Mita lalu dipeluk erat.

Mita sudah masa bodoh mau dipeluk, ditarik, dilempar juga sepertinya. Kantuk menguasainya. "Gue siapnya tahun depan," sahut Mita tak sungguhan.

Arkan hanya tertawa kecil.

Memang Kamu OrangnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang