"Tumben bawa motor sendiri, Ta. Nggak sama Arkan?"
Mita yang baru saja berhasil mengeluarkan motor dari garasi, terdiam lalu menoleh.
"Nggak, Pah. Arkan lagi sibuk," balas Mita berbohong. Sebenarnya Mita juga tidak tahu Arkan sedang apa dan di mana, sejak semalam pemuda itu tak mengabarinya. Mita tak mau membuang waktu hanya dengan menunggu Arkan. Jadi, ia memutuskan untuk pergi sendiri.
Baren mendekati si putri bungsunya, mengusap kepala Mita lalu berkata, "Ya udah, be careful on the way."
Mita memakai helm sambil tersenyum dan mengangguk pada papahnya. Menyalimi tangan Baren, Mita kemudian pamit.
Mita mengendarai motornya dengan santai. Sepanjang perjalanan dibawanya sembari merenung. Ini tidak baik sebenarnya, karena Mita jadi tidak sepenuhnya fokus pada jalan.
Namun untungnya Mita sampai juga di kampus dengan selamat.
"Pagi, Mita!"
Mita tersentak sampai terlonjak, helm yang berusaha diletakkannya pun hampir saja jatuh. Dia menolehkan kepala pada Anin yang tadi menyapanya. "Ngagetin aja lo!" ujarnya sambil sedikit mendelik.
Wajah Anin tampak ketus. "Lah, lo, pagi-pagi udah ngelamun. Nyawa lo ketinggalan di rumah?" ucapnya.
"Ketinggalan di kuburan! Tuh tadi gue berangkat ngelewatin kuburan," balas Mita sewot.
"Mampir nggak?"
Mita menyahut, "Mampir, Nin! Ketemu saudara lo."
Tiba-tiba Anin menginjak kaki Mita. "Marah sama Arkan, ya, sama Arkan aja. Nggak usah kesel ke gue juga," katanya seolah tahu keresahan hati Mita.
"Pagi-pagi udah ketemu lo aja deh, Nin," kata Mita, mengerjap seperti hendak menangis. "Niatnya mau diem sok misterius, ya, nggak bisa. Lo tau aja, padahal gue belum cerita. Sialan lo!"
Mendengar itu membuat Anin melengos malas. "Bersyukur lo dapet temen gampang peka kayak gue," katanya lalu berjalan pergi.
"Udah, ayo, ikut gue! Lo mau jaga parkiran?"
Mita mengikuti Anin setelah tersadar, tidak mungkin ia akan lanjut menggalau di parkiran. Tidak elit.
Dua gadis itu berjalan sambil berangkulan. Meski agak jomplang karena Mita yang cukup tinggi dan Anin yang tak setinggi itu.
"Nin, Kak Davin apa kabar?"
Seketika tatapan Anin penuh curiga. "Ngapain lo tiba-tiba nanyain cowok gue?" tanyanya.
"Ya nggak pa-pa, nanya aja. Udah lama nggak denger kabarnya," kata Mita dengan raut tidak bersalah.
Mita menoleh pada Anin ketika merasakan Anin masih menatapnya curiga.
"Baik," jawab Anin akhirnya.
"Kapan mau ke sini lagi?"
"Nggak tau. BTW gue udah seminggu nggak kontekan sama dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Memang Kamu Orangnya
General FictionPasutri gemas yang nggak pernah nyangka bakal sampai di fase jadi pasutri. Mita & Arkan memang dekat. Sejak kecil. Namun dulu mereka tuh cuma teman sepermainan, makin dekat jadi sahabat. Lalu tak disangka benih-benih asmara tumbuh di antara keduanya...