019. Arkan Marah

207 14 7
                                    

Mita yang tadinya memasak sendiri akhirnya jadi masak ramai-ramai dibantu yang lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mita yang tadinya memasak sendiri akhirnya jadi masak ramai-ramai dibantu yang lain. Untungnya Mita kemarin baru saja belanja bulanan, jadi stok sayur dan bahan baku yang lain masih cukup banyak.

Setelah makan malam, para cowok duduk di teras samping rumah. Ukuran teras yang tidak terlalu besar, namun cukup untuk berkumpul mereka, duduk lesehan sambil minum kopi.

Sebelum makan tadi, ada sedikit ribut-ribut kecil. Kejadian itu seakan membawa ingatan mereka kembali pada beberapa tahun lalu saat masih bisa sering-sering berkumpul.

Tadi, mereka berencana untuk sholat Magrib berjamaah. Arkan, Diko, Mita, Anin, dan Puti sudah setuju. Sedangkan Resti tidak ikut serta karena sedang berhalangan. Namun setelah mengambil wudhu, sholat tak kunjung dimulai karena Arkan dan Diko tidak mau menjadi imam dan malah saling dorong.

••

"Jadi sholat jamaah nggak nih, coy? Lama amat, keburu gue kentut!" ucap Puti.

"Maju, Dik!" titah Anin sudah sangat malas.

Diko menggeleng cepat. "Nggak, ah. Gue nggak PD. Arkan aja," ucap Diko.

Bukannya maju, Arkan malah berdiri di pojokan sambil menonton. Lalu bersuara sama seperti Diko, mengatakan kalau dia juga tidak percaya diri.

"Lama-lama gue nih yang jadi imam!" amuk Mita sembari menyorot tajam Arkan dan Diko.

"Udah tua kelakuan kayak bocah SMP," ceplos Anin, hendak berjalan keluar ruangan.

Puti bertanya, "Mau ke mana?"

"Nyuruh Gilang jadi imam."

"Heeeeeehhh!!!!" seru Mita, Puti, Diko dan Arkan.

"Nggak usah ngada-ngada, ya, lo!" Puti berkata seperti itu. "Kalo sama Gilang beda lagi, nggak jadi kita sholat Magrib."

Setelah itu Anin terdiam, berpikir memangnya apa yang salah dengan dirinya.

"Gilang Kristen, bego!" kata Mita di depan wajah Anin.

Kemudian Anin mengerjap tersadar, dia lupa.

"Mahasiswi kedokteran yang satu ini sudah mulai eror otaknya," celetuk Diko, tersenyum mengejek pada Anin.

Dibalas oleh Anin, "Diem lo! Jadi imam sana! Laki apa banci?"

Ucapan Anin terlalu menohok untuk Diko yang langsung memegangi dada, merasa jadi laki-laki paling tersakiti di dunia ini.

Mita yang tadi menekuk wajah suntuk karena sholat tak kunjung dimulai, kini terbahak menyaksikan kekalahan Diko.

Sampai Puti yang berada di sebelah Mita cepat-cepat membekap mulut Mita.

"Ayo, sholat! Keburu subuh!" omel Anin bingung harus salto atau kayang agar emosinya reda.

Memang Kamu OrangnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang