014. Sah!

821 53 2
                                        

Anin datang lebih pagi dari sahabatnya yang lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anin datang lebih pagi dari sahabatnya yang lain. Masuk ke rumah Mita setelah dipersilakan. Keadaan sudah agak ramai, para saudara, para tetangga, mereka bersiap untuk acara pernikahan hari ini.

"Anin," panggil Wiwi ramah lalu menghampiri Anin. "Udah cantik aja."

"Pagi, Tante," balas gadis itu, mencium tangan Wiwi.

"Sendiri aja, Sayang?" Wiwi menarik lengan Anin untuk dibawanya duduk di sofa ruang tengah.

Anin membalas, "Sendiri. Tadinya janjian sama yang lain, tapi mereka baru bisa dateng nanti. Kecuali Mada, barusan ngabarin, katanya on the way, bentar lagi nyampe kayaknya."

"Ohh." Wiwi mengangguk-angguk. "Ya udah, Tante tinggal, ya, mau beresin riasan. Mita di kamarnya, samperin aja."

Wiwi pergi setelah sempat mengusap lengan Anin. Maklum saja, sebagai orang tua, Wiwi pasti sibuk. Meski begitu, belum selesai dirias saja masih menyempatkan diri untuk menyambut Anin.

Dengan langkah ringan, Anin mulai berjalan menuju kamar Mita yang tampak dibuka pintunya dengan sengaja.

Sesampainya di depan pintu, Anin berhenti, menatap terkejut Mita yang tengah duduk di depan cermin.

"Dek, masuk!" Suara dari salah seorang tante Mita yang mengenali Anin membuatnya tersadar.

Langkah yang tadinya ringan kini terasa sedikit berat dan ragu, menatap lurus Mita yang seakan tengah menghindari tatapannya. Hingga sesampainya di dekat Mita, lagi-lagi Anin diam.

"Udah beres, ya, Mita. Cantik banget lho, ayu. Arkan pasti pangling," ucap si perias pada Mita yang hanya menampakkan senyum tipis.

"Makasih, ya, Kak," kata Mita.

Lalu tante Mita beserta perias tadi pamit keluar, menyisakan Mita dan Anin di ruangan tersebut.

Anin berdeham kemudian berkata, "Kenapa lo pake baju pengantin? Lo … mau nikah … juga?"

Tercetak jelas raut kaget sekaligus bingung pada wajah Anin melihat Mita mengenakan gaun pengantin. Mita menghela napas, memberanikan diri menatap Anin. Kemudian menceritakan peristiwa yang membuatnya harus menikah dengan Arkan saat ini juga.

Selesai Mita bercerita, Anin membuka mulut namun kembali ditutup tak jadi bicara. Pelan, dia maju, menarik tubuh Mita lalu dipeluknya.

"Nggak usah nangis," kata Anin tahu kalau Mita hendak menangis. "Rusak nanti makeup lo."

Mita tidak tahu harus berkata seperti apa lagi. Dia dan Arkan sudah berusaha menolak, namun keputusan orang tua tak bisa lagi didebat. Kata mereka, ini demi kebaikan Mita dan Arkan.

Semoga benar berjalan seperti itu.

Semoga benar berjalan seperti itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Memang Kamu OrangnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang