"Woi, anak mana lo? Beraninya lo ke sini!" kata Diyan, berjalan menantang dengan raut berani."Heh! Malah ngelawak." Kara di belakang Diyan menegurnya. Seketika Diyan tersadar dan berdeham sedikit salah tingkah.
Arkan yang tadinya sudah tegang ketika hendak dihampiri Diyan pun sontak merapatkan bibir menahan tawa.
Sesampainya di hadapan Arkan, tiga gadis itu berdiri dengan sorot berani.
Plakkk!!
Tanpa ba-bi-bu, Diyan menampar Arkan. "Gue wakilin Mita, dia belum sempet nampar lo kan?" kata Diyan.
Arkan tidak berusaha melakukan perlawanan, dia pasrah menerimanya. Hanya mengalihkan tatapan sambil mengusap pipi, tamparan Diyan memang tidak bisa diragukan dari dulu.
"Gue minta maaf karena udah nyakitin Mita," kata Arkan tegas dan berani menatap Diyan. Dia tahu, ketika dia membuat Mita sakit hati, sahabatnya yang lain juga merasakan kecewa dan tak akan tinggal diam.
Arkan memang salah. Jadi daripada melakukan pembelaan diri yang malah akan semakin menyulitkan diri sendiri, lebih baik Arkan bertanggung jawab.
"Hm, bagus lo sadar." Diyan mendekat, menepuk pundak Arkan keras.
Kara sudah menebak-nebak apa yang selanjutnya akan Diyan lakukan, memukul kepala atau meninju perut Arkan.
Namun ternyata, "Lo jadi laki lembek amat sih, Ar! Lo malah diem aja gini maksudnya gimana, ha?! Ayo, lawan gue! Tolol! Kenapa lo kecewain Mita yang udah bertahun-tahun sama lo? Hubungan lo sama Mita bukan lagi seumur jagung, Ar, tapi lo dengan gampangnya nyakitin dia. Lo kegoda sama cewek lain, what the f*ck! Mita kurang apa sih? Dia setia sama lo, tapi liat diri lo....
"Gue marah sama lo, gue ikut kecewa. Tapi lo juga sahabat gue, sama kayak Mita. Gue pengen gebukin lo tapi sayang banget energi gue keluar buat cowok bodoh kayak lo."
Arkan dan Kara sampai mengerjap tak menyangka. Diyan belajar sabar dari mana? Ya walaupun perkataannya tak menggambarkan kesabaran, namun tidak memakai tenaga atau kekerasan adalah sebuah kesabaran jika itu Diyan.
"Tadi katanya mau keluarin semua energi kemarahan Mita. Kok sekarang jadi lembek sih, Diy," kata Anin tanpa alang-alang.
"Sialan nih bocil," gerutu Diyan, menoleh pada Anin dan menatap datar.
Terdengar Arkan tertawa pelan.
Diyan, Anin, dan Kara kompak menatap dingin Arkan. Alhasil tawa Arkan sontak sirna. Jejeran cewek di depannya membuat Arkan merinding.
"Ngapain ketawa? Siapa bolehin lo ketawa?" tanya Kara galak. "Kita masih marah sama lo, ya. Asli, lo jahat banget jadi cowok! Masih untung Mita nggak dorong lo ke tengah jalan, biar diserempet bajaj. Kita bakal ngikut Mita. Kita maafin lo kalo Mita udah maafin lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Memang Kamu Orangnya
General FictionPasutri gemas yang nggak pernah nyangka bakal sampai di fase jadi pasutri. Mita & Arkan memang dekat. Sejak kecil. Namun dulu mereka tuh cuma teman sepermainan, makin dekat jadi sahabat. Lalu tak disangka benih-benih asmara tumbuh di antara keduanya...