01.

120K 5.1K 459
                                    

Braakk

Praang

Duukk

Dorr

Dorr

Digedung yang sudah tidak dipakai lagi atau bisa dibilang terbengkalai sumber suara itu berasal, tidak ada satu wargapun yang bisa tau kalau ada kekacauan di tempat itu.

"Ray bereskan semua tikus tikus itu" ucap sang ketua

"Baik tuan". Suara Ray yang berada tidak jauh dibelakang sang ketua

"Dan ingat tugasmu selanjutnya". Perintah dari sang ketua sambil meninggalkan tempat busuk itu
.
.
.
.

Sang ketua yang kita tau siapa lagi kalau bukan Ferdian Altalikzaf , ketua mafia yang dibilang keji tidak bisa memaafkan siapapun yang sudah berurusan dengannya.

Disaat sang ketua sedang berada didalam kamarnya untuk istirahat, tiba tiba di teringat tadi sebelum dia pulang kemasionnya entah datang dari mana dipertengahan jalan dia melihat toko dipinggir jalan yang menjual berbagai macam buku, dan ya sang ketua membeli sebuah novel yang menurutnya lumayan menarik perhatiannya,Novel yang memiliki judul "internal of love" .

"Ciih, novel apa ini? Antagonis mana yang mati begitu saja. Hanya karna dia menolong seorang wanita prontagonis" . Ucap sang ketua yang kesal dengan alur cerita dari novel itu .

"Buang buang waktu istirahat saya saja, hanya karna penasaran dengan novel macam gini doang". Disaat sang ketua mengomel tentang alur novel itu tiba tiba

Tookk

Took

Terdengar suara seseorang mengetuk pintu kamar sang ketua

"Permisi tuan, saya mengantarkan minuman yang anda minta". Ucap sang maid yang membawa minuman sang ketua

" ya ya, masuklah dan simpan di atas meja". Perintah sang ketua yang masih duduk di atas ranjangnya

"baik tuan. Saya permisi dulu tuan". Ucap sang maid itu yang perlahan berjalan meninggalkan kamar sang ketua dengan senyum yang penuh arti

"Sudahlah mending saya istirahat saja dari pada mengomel tidak jelas seperti ini ". Ucap sang ketua yang mulain turun dari ranjangnya untuk mengambil minuman itu

Gluuk

Gluuk

Setelah minuman itu habis dan meletakkan kembali cangkir yang sudah kosong, sang ketua pun berjalan ingin kembali untuk ke ranjangnya dan meneruskan istirahatnya namun tiba tiba.

"Hah.. h..ah...haahh.. A..pa..yang... aahh... ter.... ja... di... ". Ucap sang ketua yang sedang menahan dadanya yang tiba tiba sakit seperti ditusuk ribuan pisau.

Dengan kekuatan yang masih tersisa sang ketua terus merangkak dengan tangan kirinya yang terus memukul dadanya yang tiba tiba sesak itu.

"Ha..h.. h... ah..... a..a.. ku.... ha.... harus....ha..h... se... ge..... ra..... te..... le.... po.. n.....ha... h.....Ra.. y... ".

Namun sebelum sang ketua mengambil teleponnya untuk mengabari Ray dan memberitahu kondisinya yang sekarang , sang ketua lebih dulu melemah dan berbaring dilantai dengan kesadaran yang sudah menipis.

"Ma.... af.... kan...... ha....h.... a...ku... ". Kata terakhir yang diucapkan sang ketua sebelum sang ketua meninggal dunia dengan misterius
.
.
.
.
.
.
.
.
Disebuah rumah yang lumayan mewah, berbaringlah seorang pemuda dengan wajah yang bisa dibilang sempurna dengan warna kulit yang hampir menjurus ke putih, bulu mata yang lentik, hidung yang lumayan mancung, dan bibir tipis berwarna kemerahan. Hampir dibilang sempurna dengan tinggi yang lumayan yaitu 180cm, dan bentuk tubuh bisa dibilang berotot untuk ukuran pemuda berumur 17 tahun.

Azkara {Bl}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang