Chapter 3

2K 201 1
                                    

Singapura, Delapan tahun lalu

Setelah lulus SMP Rafa melanjutkan pendidikannya di Singapura. Putra sulung Bunga dan Fabian itu masuk kesalah satu sekolah terbaik di Singapura. Selama belajar ditingkat SMA, Rafa tinggal di asrama yang memang di sediakan oleh pihak yayasan. Sama seperti Rafa, Tasya juga melanjutkan sekolah di Singapura, malah gadis itu lebih dulu tinggal di negeri yang mendapat julukan The Lion City tersebut. Tepatnya setelah kepergian sang ayah, sejak saat itu Tasya hidup dibawah asuhan ibunya dan menetap di negara yang berada di Semenanjung Malaya tersebut.

Dari zaman SD, SMP sampai SMA Tasya dan Rafa juga bersekolah ditempat yang sama, hingga sekarang masuk perguruan tinggi, satu kampus tapi beda jurusan. Dimana ada Rafa disana pasti ada Tasya, begitulah kira-kira. Meski orang tua mereka sudah tidak bersama lagi, tapi keduanya tetap saling berkomunikasi. Ya, iya lah, orang tiap hari ketemu disekolah. Alasan Rafa sekolah di Singapura juga karena Tasya, dia ingin berada di dekat mantan adik tirinya itu, hanya Rafa enggan mengakuinya.

Sudah satu tahun mereka kuliah di Universitas Singapura. Rafa tidak lagi tinggal di asrama lagi, saat ini dia tinggal di apartment yang disewanya sejak masuk kuliah.

"Selamat malam calon Imam," ujar Tasya dari arah dapur. Rafa mendecih melihat Tasya sudah berada di apartmentnya, sudah terbiasa gadis itu keluar masuk kediamannya. Dan kebetulan rumah Tasya tidak jauh dari area apartment Rafa.

"Ga ada kerjaan lain apa, kenapa sudah ada disini? Kamu ga kuliah, Sya?" ujar Rafa.

Tasya menggeleng, "Udah pulang, ini tadi mamah nitip makanan buat kamu."

"Bilangin makasih buat tante Rika." Rafa memang dekat dengan ibu kandung Tasya. Wanita itu juga sering mengirim makanan untuk pemuda berusia delapan belas tahun itu. "Udah, gih, pulang, aku mau tidur."

"Terus apa jawaban kamu tentang pertanyaanku kemarin? Kamu mau kan jadi pacar, aku?"

Ya, kemarin Tasya mengungkapkan perasaannya pada Rafa, emang sih, ini bukan yang pertama kali Tasya bilang cinta pada pemuda itu, sudah dari SD Tasya selalu mengatakan cinta pada mantan kakak tirinya. Tapi kemarin, Tasya benar-benar serius, dia ingin menjadi pacar Rafa.

"Kita tuh masih delapan belas tahun, Sya. Lagian aku ga mau pacaran, aku datang kesini buat belajar, bukan buat pacaran," tegas Rafa. Dia memilih masuk ke kamarnya.

Gadis itu menghela nafasnya, sebenarnya dia sudah yakin bakal di tolak mentah-mentah oleh kakak tirinya itu. "Tapi besok kamu datang 'kan ke partynya  Daniel?"

Daniel adalah teman mereka waktu SMA, dan besok pemuda itu ulang tahun, dia mengundang semua teman-temannya untuk hadir di pesta yang ia langsungkan.

"Ga tau, males aku pergi ke pesta," seru Rafa dari kamarnya.

"Pokoknya kamu harus ikut, Raf. Karena Daniel menyuruh kita datang dengan pasangan."

"Pergi aja sendiri." Mahasiswa jurusan kedokteran itu sudah berganti pakaian santai, celana bahan diatas lutut, dipadu T-shirt warna hitam. Meski baru berusia delapan belas tahun, tapi Rafa memiliki tinggi badan 180cm. Jadi jangan salah, sejak SD dia sudah digandrungi ciwik-ciwik di sekolahnya.

"Rafa," ujar Tasya manja. "Demi aku, Raf. Aku pengen banget pergi keacaranya Daniel. Please. Mau, ya, besok datang sama aku?"

"Kita lihat aja besok."

"Pokoknya besok harus pergi ke party Daniel. Titik. Ga ada penolakan. Besok dandan yang ganteng, ya. Dah, Sayang."

Meski kadang membuat Rafa pusing dan jengkel, tapi dalam hati remaja itu, dia sangat sayang pada Tasya. Ya, untuk saat ini hanya sayang sebagai adik, tidak lebih.

Bersambung

Minggu, 20 Maret 2022
Tuti H Buroh

Ex Stepbrother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang