"Tasya!" bola mata Rafa membulat sempurna.
Sedangkan wanita yang dipanggil namanya, tersenyum lebar kearah dua sejoli yang baru saja resmi bertunangan."Maaf, aku telat. Tadi ada sedikit kerjaan." Tasya mengulurkan tangan menyapa ayah anaknya itu. "Congratulations!" ujarnya. Tasya mencoba menetralkan dadanya yang terasa sesak.
Rafa tidak bergeming, ia menatap mantan adik tirinya dengan tatapan yang sulit diartikan. Ada rasa bahagia karena bisa melihat gadis yang pernah ia hina sewindu yang lalu. Gadis kecil dihadapannya telah banyak berubah. Pria yang bernama lengkap Rafa Fabian Syah Dirgantara itu menelisik penampilan Tasya dari ujung kaki hingga ujung kepala. Mantan adik tirinya itu benar-benar berbeda 360° dari Tasya kecil yang ia kenal.
"Selamat atas pertunangan kalian," suara Tasya membuyarkan lamunan Rafa.
"Terimakasih, kamu sudah datang. Kenalin ini, Cantika, tunangan Rafa," ujar Fabian.
"Tasya." Ibu satu anak itu mengulurkan tangannya pada wanita yang telah resmi menjadi tunangan Rafa.
"Cantika."
Tasya akui, Cantika memang cantik dan anggun seperti namanya serta kelihatan seperti wanita terpelajar.
"Tasya ini teman baik Abi, mereka sudah berteman sejak kecil. Dan Tasya baru pulang dari luar negeri," Fabian sengaja menjelaskan pada Cantika agar calon menantunya itu tidak salah faham. "Bagaimana, Abi? Kamu senang 'kan, kedatangan tamu spesial, kita?"
Rafa hanya mengangguk, jujur ia tidak tahu harus berbuat apa. Laki-laki berusia dua puluh enam tahun itu tiba-tiba merasa canggung berada didekat Tasya. Kalau saja saat ini ia hanya berdua dengan Tasya, Rafa ingin memeluk gadis eh ralat, wanita dihadapannya. Ya Rafa tahu, kalau saat ini, Tasya bukan gadis lagi, setelah kejadian di Singapura, delapan tahun yang lampau.
"Maaf, kami harus menemui tamu yang lain, silakan menikmati hidangan yang tersisa," ujar Cantika pada Tasya, ia sedikit tidak suka dengan kehadiran Tasya, entahlah, Cantika cemburu melihat Rafa yang menatap wanita yang pernah menjadi adik tiri tunangannya itu dengan tatapan yang berbeda.
Rafa tidak bisa menolak ajakan Cantika, sebenarnya dia masih ingin bersama Tasya, tapi saat ini dia juga harus menemui para tamunya yang lain. Rafa janji mungkin besok dia akan menemui wanita itu secara pribadi.
Setelah kepergian Rafa dan Tasya, Fabian membawa Tasya untuk duduk, "Terimakasih sudah datang, Om pikir kamu ga bakal datang."
"Maaf, Om. Aku datangnya telat, ada kerjaan di kantor." Awalnya Tasya enggan datang keacara ini, tapi setelah dipikir-pikir, tidak ada salahnya ia menghadiri pesta pertunangan Rafa, meski ia harus menyiapkan hatinya untuk bertemu dengan laki-laki yang telah menghancurkan hidupnya dan sayangnya masih ia cintai itu.
"Sebenarnya ada yang ingin Om tanyakan sama kamu, tapi mungkin besok aja, kita bicara, Om akan ke rumah kamu, ga enak kalo ngomong disini. Kamu sekarang tinggal dirumah David yang dulu 'kan?"
Tasya mengangguk, "Emang, apa yang ingin Om, tanyakan?" ujar Tasya was-was.
"Kak Tasya!" tapi sebelum Fabian membuka mulutnya, suara Fani mengintrupsi mereka berdua.
"Fani!" Tasya lalu memeluk Fani, adik kandung Rafa, tepatnya anak kedua Fabian dan Rani.
"Kak Tasya apa kabar? Kok ga pernah menghubungi aku?"
"Kabar Kakak, baik. Kamu apa kabar? Makin cantik, ya. Mirip sama Bunda Bunga."
"Aku juga sehat, Kak. Kakak malah yang semakin cantik. Boleh ga, kapan-kapan kita jalan bareng?"
"Boleh, banget. Nanti kalau Kakak ga sibuk di kantor, kita jalan."
"Beneran?"
Tasya mengangguk, ia memang menyayangi Fani seperti adik kandungnya sendiri. "Minta nomor kamu, biar nanti kita chatingan aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex Stepbrother
Historia CortaSquel dari Bunga Malam Cerita ini hanya fiktif belaka, mohon maaf apabila terdapat persamaan nama tokoh, tempat, dan lainnya dalam cerita, semua terjadi tanpa ada unsur kesengajaan. Cinta telah membuat seorang gadis bernama Tasya Daniela Kamil but...