Chapter 12

1.9K 244 10
                                    

Tiba di rumah sakit, Tasya langsung mencari kamar inap putrinya, ia sudah diberitahu oleh guru Mara, kalau gadis itu telah dipindahkan ke ruangan biasa. Hati Tasya hancur ketika melihat tubuh Mara yang terbaring lemah diatas brankar rumah sakit dengan tangan diinfus. Kata Bu Fiza, tadi di sekolah, Mara terjatuh ketika ia hendak pergi ke toilet dan mengakibatkan beberapa luka dibadannya.

"Mommy," lirih Mara saat Tasya menggenggam lengannya.

"Iya, Sayang. Mommy disini." Tasya mencium kening sang putri, kemudian membantu Mara untuk duduk.

"Maaf. Tadi Mara ga hati-hati, jadi Mara terjatuh," lirih gadis bernama lengkap Tamara Falisha Kamil tersebut.

Tasya tersenyum dia sama sekali tidak marah pada putrinya, "Lain kali Mara harus lebih hati-hati lagi, oke? Bila perlu minta bantuin bu guru jika Mara kesusahan."

"Siap, Mom. Tadi Mara jalannya buru-buru dan ga hati-hati."

Tasya langsung memeluk buah hatinya erat, "Mommy ga marah kok sama Mara. Yang penting sekarang Mara ga apa-apa."

"Apa kata dokter, Mom? Sampai kapan Mara di sini?" Gadis itu mendongakkan kepala, meski tidak dapat melihat wanita cantik yang telah melahirkannya, tapi ia dapat merasakan saat ini Tasya sedang menatap dirinya.

"Kata dokter, mungkin lusa Mara boleh pulang ke rumah."

"Yah ..., pasti Mara akan bosen ada di sini."

"Mommy akan cuti kerja selama Mara di rumah sakit, Mommy akan menemani Princess Tamara agar Tuan Putri tidak bosen," Tasya mencoba menghibur putrinya, gadis cilik itu memang tidak menyukai bau rumah sakit.

Mara lalu memeluk ibunya, "Thanks, Mom."

"Sekarang Mara istirahat, ya. Atau mau sesuatu?"

Tamara menggeleng, "Mara mau tidur aja."

"Ya udah. Kalau mau apa-apa bilang, oke?"

"Iya, Mom. Ngomong-ngomong bu Fiza mana?" Yang Mara ingat, tadi di mobil gurunya itu yang mengantarnya ke rumah sakit.

"Bu Fiza tadi izin ke toilet, mungkin sebentar lagi datang."

Tak lama kemudian sosok perempuan yang menjadi topik pembicaraan Mara dan Tasya itu datang, setelah memastikan anak muridnya baik-baik saja, bu Fiza pamit untuk kembali ke sekolah.

***

Sebenarnya hari ini Tasya mengambil cuti karena ingin fokus merawat putrinya yang sedang sakit, tapi tadi sekretaris Tasya menghubunginya dan mengatakan kalau wanita itu harus datang ke kantor karena ada pertemuan penting yang tidak bisa ditunda atau diwakilkan pada orang lain. Dengan terpaksa Tasya meninggalkan sang buah hati tercinta, awalnya Tasya tetap tidak mau pergi menemui kliennya, tapi Mara menyuruh Tasya bersikap professional, bocah berusia tujuh tahun itu juga mengatakan kalau dia sudah mendingan. Jadi, Tasya tidak perlu terlalu khawatir padanya.

Kini Mara hanya ditemani oleh asisten yang selama ini membantu Tasya merawatnya.

"Bu, Mara bosan! Mara mau jalan keluar," seru gadis berpakaian khas rumah sakit. "Tolong ambilkan tongkat Mara."

"Emang mau kemana?" tanya wanita paruh baya yang sudah bekerja dengan Tasya selama kurang lebih tujuh tahun itu yang Mara panggil bu Ani.

"Ke taman. Tadi kata dokter, boleh, kok, jalan-jalan ke taman rumah sakit." Ya dokter memang mengatakan kalau Mara boleh jalan-jalan keluar ruangan agar tidak bosan di kamar. Sebenarnya Mara sudah sehat, hanya ada beberapa luka kecil di beberapa bagian tubuhnya, tapi tidak berbahaya, tapi Tasya menginginkan putrinya dirawat lebih lama di rumah sakit.

Ex Stepbrother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang