Chapter 18

3.5K 196 8
                                    

Kisah Rafa dan Tasya udah ada di playstore dalam bentuk ebook ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kisah Rafa dan Tasya udah ada di playstore dalam bentuk ebook ya. Udah tamat disana.
Link pembelian ebook Ex Stepbrother ada di bio profile akunku.

________________

Happy Reading

Hari yang dinantikan Mara telah tiba, ini kali pertama ia ikut lomba bermain piano di Indonesia. Dulu, waktu masih tinggal di Jerman, Mara pernah ikut perlombaan beberapa kali mewakili sekolahnya.

Acara perlombaan ini diadakan di sebuah gedung tak jauh dari sekolah Mara. Banyak anak-anak istimewa yang ikut dalam ajang yang diselenggarakan langsung oleh Gubernur DKI tersebut. Ada banyak jenis perlombaan yang dilombakan di ajang ini selain lomba bermain piano. Semua peserta yang ikut dalam acara ini hanya anak-anak berkebutuhan khusus, karena memang ajang ini khusus untuk mereka. Bukan nominal hadiah yang anak-anak inginkan, tapi mereka ingin menunjukkan kemampuan mereka pada semua orang. Bahwa, meski terlahir tidak sempurna, mereka mempunyai keahlian di bidang tertentu, contohnya bermain alat musik, menjahit, bernyanyi dan lain sebagainya.

Tasya dan Dimas datang berdua untuk melihat princess mereka tampil. Tasya selalu berpesan pada putrinya, meski nanti Mara tidak memenangkan juara dalam perlombaan, Mara tidak boleh bersedih, menang kalah itu hal biasa terjadi dalam pertandingan atau kompetisi apa pun, yang terpenting kita sudah menunjukkan kemampuan kita pada dunia.

"Peserta selanjutnya adalah siswi dari SLB Jakarta Selatan. Tamara Falisha Kamil," ujar pembawa acara lalu diiringi tepuk tangan dari para tamu yang hadir.

Seorang petugas membawa Mara naik ke atas panggung dan membantunya duduk. Anak itu terlihat begitu tenang.

"Kamu sudah siap?" tanya sang pembawa acara. Mara mengangguk yakin.

Setelah mendapatkan aba-aba, jari mungil gadis berusia tujuh tahun itu mulai menekan-nekan tuts pada papan piano. Sebuah lagu ciptaan penyanyi papan atas Indonesia, Melly Goeslaw,  yang berjudul Bunda, menjadi pilihan Mara kali ini. Suara merdu diiringi alunan piano menggema disudut ruangan megah tersebut. Mara memainkan pianonya dengan apik.

"Oh, Bunda. Ada dan tiada dirimu 'kan selalu ..., ada di dalam hatiku ...."

Para tamu, juri dan semua orang yang ada di ruangan itu kembali bertepuk tangan setelah Mara selesai bernyanyi. Bahkan ada yang sampai menitikkan airmata haru mendengar suara indah gadis kecil itu. Mara benar-benar telah menghipnotis semua orang dengan kelebihannya.

"Mara memang anak yang hebat," ujar Dimas pada Tasya yang duduk di sampingnya. "Aku yakin, dia pasti menang."

Tasya hanya tersenyum sambil membersihkan sisa airmatanya dengan tissue. Dia menangis bahagia melihat anaknya berada di tempat ini bersama anak-anak hebat lainnya. Apalagi di saksikan sendiri oleh orang nomor satu di ibukota.

Rafa dan Cantika juga turut hadir diacara ini, karena rumah sakit milik Fabian juga menjadi salah satu sponsor dalam ajang tahunan tersebut. Baik Rafa maupun Tasya belum menyadari kehadiran satu sama lain, karena kebetulan mereka duduk berjauhan.

Tiba saatnya juri mengumumkan hasil pemenang juara satu, dua dan tiga. Nama-nama para pemenang pun disebutkan satu-satu. Kini giliran pengumuman pemenang lomba bermain piano.

"Untuk juara tiga dalam lomba piano, diraih oleh Ananda ..., Faruq Faizal Haq dari SLB Kemayoran," ujar MC.

"Dan untuk juara pertamanya diraih oleh ..., Tamara Falisha Kamil dari SLB Jakarta Selatan."

Suara riuh tepuk tangan kembali terdengar mengiringi langkah kecil Mara menaiki pangggung untuk menerima hadiah. Bu Fiza yang menuntun Mara selaku wali kelasnya.

"Sedangkan untuk juara kedua diraih oleh Ananda Haris Wirayudha dari SLB Jakarta Selatan juga."

"Dengan segala hormat, kami persilahkan kepada Bapak Gubernur DKI untuk naik ke atas panggung memberikan hadiah kepada para pemenang."

Rafa segera menghampiri Mara di atas panggung setelah gadis kecil itu menerima hadiah, dia ingin mengucapkan langsung pada Mara atas kemenangan bocah kelas 2 SD tersebut. Sayangnya Fabian tidak bisa hadir disini karena ada urusan di luar kota.

"Selamat ya, Sayang. Kamu memang hebat," ujar Rafa lalu memberi Mara sebuket bunga mawar yang telah Rafa siapkan. Pria itu memang tahu dari sekolah jika hari ini Mara akan ikut lomba.

Awalnya Tasya ingin menghampiri putrinya juga, tapi dia urungkan karena melihat Rafa terlebih dahulu menemui putri mereka.

"Kenapa?" tanya Dimas melihat Tasya kembali duduk. "Ayo kita samperin Mara."

Tapi sebelum mereka naik ke atas panggung, teriakan Mara mengalihkan keduanya.

"Mommy!" seru Mara. Tasya menoleh saat sang putri memanggilnya. Saat ini Mara berjalan di samping bu Fiza dan Rafa.

Tasya dapat melihat dengan jelas wajah terkejut mantan kakak tirinya. Pria itu menatap Tasya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Itu bu Tasya, mommy_nya Mara," ujar bu Fiza membuat Rafa semakin terkejut.

"Selamat ya Princess, you're the best." Dimas langsung mengangkat tubuh Mara. Sedangkan Tasya masih diam seribu bahasa, sesekali mencuri pandang menatap Rafa.

'Jadi, Tasya ibu kandung Mara? Lalu dia ...,' Rafa memperhatikan Mara dan Dimas bergantian, dia masih berpikir kalau laki-laki di hadapannya adalah ayah Mara.

Bersambung

Spoiler part 24

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Spoiler part 24

Yang mau beli ebook, mohon tidak melakukan pembayaran di Alfamart/Indomart.

Bila ada kendala dalam pembelian bisa menghubungi penerbit Eternity Publishing di nomor WA +62 888-0900-8000

Jangan lupa kasih bintang lima ya ;)))

Tersedia juga dalam bentuk pdf. Silahkan hubungi nomor 08881979769

Salam sayang THB

Senin, 30 Mei 2022

Ex Stepbrother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang