Chapter 5

2.2K 254 22
                                    

"A-pa maksud kamu, Raf?" tanya Tasya gugup.

Rafa membalikkan tubuh Tasya, "Ini." Lalu melumat bibir yang sejak tadi menggoda imannya.

"Aku mau jadi pacarmu, asalkan malam ini, kamu hanya miliku seorang," ujarnya lagi dengan nada serak.

Tasya kehabisan kata-kata, otaknya tiba-tiba blank, dia memang sangat mencintai Rafa, tapi apa harus membuktikannya sekarang? Dengan memberikan apa yang laki-laki itu inginkan. Tasya mengerti apa yang Rafa mau

"A-ku ...." Antara gugup dan mulai tergoda oleh sentuhan-sentuhan Rafa di tubuhnya, Tasya belum siap. Tapi dia juga takut kehilangan Rafa, pujaan hatinya sejak dulu.

"Kalau kamu tidak mau melakukannya, ya, tidak apa-apa. Mungkin kita tidak akan pernah menjadi sepasang kekasih." Rafa menjauhkan dirinya dari Tasya.

"Aku mau," ujar Tasya. Rafa tersenyum penuh kemenangan, baru kali ini Tasya melihat seorang Rafa tersenyun padanya, mengingat sejak kecil laki-laki itu selalu cuek dan jutek terhadap dirinya.

"Kamu tidak akan menyesal?"

Tasya menggeleng, yang ada di pikirannya saat ini, dia dan Rafa akan bersama, lagipula sekarang atau nanti ia akan tetap memberikannya pada laki-laki itu.

****

Saat membuka matanya, Tasya merasakan sakit disekujur tubuhnya, apalagi diarea kewanitaannya. Mengingat kejadian semalam Tasya tersenyum, kini ia sudah resmi jadi milik Rafa seutuhnya. Tadi malam keduanya melakukan itu dalam keadaan sadar, sesadar-sadarnya, tanpa paksaan atau pengaruh obat. Tasya sudah membuktikan pada laki-laki itu kalau dia memang benar-benar mencintainya. Rela memberikan kesuciannya padahal mereka belum terikat ikatan yang SAH.
Semoga Tasya tidak menyesal dikemudian hari.

Tasya bergegas membersihkan diri, Rika sudah menyuruhnya pulang karena mereka harus pergi kerumah orang tua ayah tiri Tasya. Oh, ya, di Singapura, Tasya tinggal bersama ibu dan ayah tirinya. Laki-laki keturunan Tiongkok itu sangat baik pada Tasya. Rika tidak punya anak dengannya, otomatis semua perhatian hanya untuk Tasya seorang.

Selesai mandi Tasya mencari Rafa, karena sejak membuka matanya, Tasya tidak menemukan pria itu.

"Selamat pagi," Tasya menyapa Rafa yang sedang duduk di balkon dengan secangkir teh di tangannya.

Rafa memperhatikan penampilan gadis yang telah ia rubah statusnya tadi. "Kenapa kamu paje bajuku?"

Degg

'Kenapa Rafa berubah jutek lagi, padahal semalam dia sangat manis. Apalagi selama kita bercinta,' batin Tasya. Saat ini memang ia menggunakan kemeja Rafa, karena tidak membawa pakaian ganti.

"A-ku ga punya baju ganti, masa pake gaun semalam lagi." Tasya lalu mendekati Rafa yang masih duduk di kursi santai.
"Oh, ya, sekarang kita pacaran 'kan, Raf? Aku sudah memberikan apa yang kamu semalam."

"Pacaran?!" Rafa tertawa hambar. "Apa kamu juga akan memberikan tubuhmu pada Joseph, kalau dia memintanya?"

Tasya mengernyit bingung, "Maksud kamu apa?" Dadanya tiba-tiba terasa sesak.

"Aku ga nyangka, ternyata kamu perempuan murahan, Tasya," ujar Rafa lantang.

Airmata gadis yang kini sudah menjadi wanita itu keluar tanpa bisa Tasya cegah. 'Perempuan murahan?! Rafa menganggapnya perempuan murahan? Padahal Tasya hanya melakukan itu hanya dengannya.

"Semalam aku cuma mengetes kamu saja, apa kamu menolak atau tidak, saat aku mengajakmu tidur bareng. Ternyata kamu mudah terpengaruh. Kalau saja kamu menolak dengan tegas, aku tidak akan memaksamu melayaniku, tapi apa? Kamu dengan begitu mudahnya memberikan tubuhmu pada laki-laki. Aku benar-benar ga nyangka, kamu sama seperti cewek lain, aku pikir kamu akan langsung pulang saat aku memintamu making love denganku. Sama seperti kemarin saat Joseph memintamu dansa, kamu langsung mau. Aku yakin kalau laki-laki itu minta tubuhmu, dengan senang hati kamu akan memberikannya, 'kan?"

Ex Stepbrother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang