Chapter 10

2.1K 248 14
                                    


"Maaf."

Tasya mengernyit, kenapa orang dihadapannya tiba-tiba minta maaf. "Untuk?"

"Kejadian delapan tahun lalu."

"Memang apa yang terjadi delapan tahun lalu?" Tasya tertawa getir.

"Aku akui, aku salah, Sya. Tidak seharusnya aku mengatakan hal itu." Terlihat jelas penyesalan diwajah Rafa. "Kamu tau? Selama ini aku dihantui rasa bersalah. Hidupku ga tenang, Sya."

"Lalu sekarang kamu mau apa?"

"Aku ingin kamu memaafkanku, agar ...." Rafa menggantungkan ucapannya.

"Agar kamu tidak lagi dihantui rasa bersalah?" lanjut Tasya. "Iya,  'kan?"

Rafa mengangguk. Sedangkan hati Tasya kembali merasakan sakit, Rafa benar-benar tidak pernah mencintainya, laki-laki itu meminta maaf hanya untuk kebahagiaannya semata. Tasya pikir, Rafa meminta maaf karena ada rasa padanya, tapi ternyata ia salah.

"Aku memaafkanmu, tapi sampai kapan pun aku tidak akan pernah lupa perbuatan dan kata-katamu, Rafa," ujar Tasya dalam hati.

"Apakah kamu mau memaafkanku, Sya?" Pria itu kembali bertanya.

"Ya, aku memaafkanmu. Lupakan saja kejadian delapan tahu yang lalu. Aku baik-baik saja. Aku hanya bisa berdoa, semoga pertunangan kalian lancar sampai hari pernikahan."

"Terimakasih, Sya. Sekarang aku tenang. Ngomong-ngomong apa kamu sudah punya suami?"
Rafa teringat ucapan ayahnya, yang mengatakan kemungkinan Tasya sudah menikah.

"Hah?!"

"Kamu sudah menikah?"

"Emang kenapa kalau aku sudah menikah? Kalau belum juga kenapa?"

Rafa menghembuskan nafasnya pelan. "Kalau kamu sudah menikah, aku ikut senang, berarti ada laki-laki yang menjagamu."

"Kalau belum, aku  berharap kamu mendapatkan laki-laki yang tulus mencintaimu." Saat ini, sebenarnya hati Rafa tidak rela kalau Tasya menikah dengan laki-laki lain, tapi dia sendiri bingung akan perasaannya, Rafa juga gengsi mengatakan kalau dia mencintai Tasya.

"Kamu jangan khawatir, Raf. Aku bisa menjaga diriku dengan baik." Baik Tasya maupun Rafa, sebenarnya saat ini keduanya merasa canggung berduaan dengan jarak yang begitu dekat setelah semua kejadian yang pernah mereka alami.

"Apa kamu kesini cuma mau ngomong itu?" Tasya menatap laki-laki yang terlihat semakin dewasa itu, nyatanya rasa cinta Tasya pada Rafa masih seperti dulu, meski ia pernah disakiti oleh ayah anaknya itu. Hanya saja saat ini ibu satu anak tersebut tidak menunjukkan rasa cintanya secara terang-terangan pada Rafa.

"Iya, aku hanya ingin meminta maaf sama kamu," jawab Rafa, padahal dia ingin bertemu dengan Tasya karena dia sangat merindukan wanita itu.

Tasya tersenyum simpul, lalu kembali berkata, "Sekarang hati kamu lega 'kan?"

"Apa?!"

"Lupakanlah."

"Selama ini kamu tinggal dimana?" Rafa masih ingin berada disamping Tasya, padahal sudah masuk jam kerja. Laki-laki itu sama sekali tidak ingin pergi.

"Emmm, aku kuliah dan tinggal di Jerman." Sesekali Tasya melihat jam ditangannya. Dia bisa terlambat jika tidak segera pergi. "Kalau tidak ada lagi yang ingin kamu bicarakan, aku pergi dulu, ya. Sebentar lagi aku ada meeting. Kamu juga harus kerja 'kan?"

"Oh. Iya. Terimakasih atas waktunya, Sya. Bagaimana  kalau kapan-kapan nanti kita makan siang bareng?" ujar Rafa.

"Sekarang semuanya udah berubah, Raf. Kamu udah punya tunangan, ga baik makan berdua dengan tunangan orang. Takut ada yang marah." Tasya kemudian pergi setelah mengatakan itu. Memang benar 'kan, tidak baik pergi berduaan dengan tunangan orang lain? Apalagi tunangan Rafa menunjukkan sikaf ketidaksukaannya pada Tasya.

Rafa menganga mendengar ucapan mantan adik tirinya, "Jadi, Tasya menolak ajakanku?"

****

Bersambung,

Yang mau pdf bisa chat nomor ini ya +966-5572-12340, buat yg minat aja




Kamis, 21 April 2022

THB

Ex Stepbrother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang