Chapter 4

2K 231 3
                                    

Malam ini Tasya terlihat begitu cantik dengan balutan gaun modern dengan embroidery lace dress, dipadukan dengan heels hitam. Tasya membiarkan rambutnya terurai, membuatnya terlihat lebih dewasa dan elegan.

"Rafa! Kok, kamu belum siap-siap, sih?" kesal Tasya saat masuk ke apartment Rafa menemukan laki-laki itu masih sibuk dengan laptopnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Rafa! Kok, kamu belum siap-siap, sih?" kesal Tasya saat masuk ke apartment Rafa menemukan laki-laki itu masih sibuk dengan laptopnya.

"Kan aku dah bilang, ga mau pergi," ujar Rafa tanpa menoleh pada gadis dihadapannya.

"Kan aku dah bilang, hari ini kita akan pergi ke party Daniel." Tasya mengambil laptop dari pangkuan Rafa.

"Kembalikan lapt ...," seketika Rafa terpesona dengan penampilan Tasya. Matanya sampai tak berkedip melihat pemandangan indah didepannya.

"Kita jadi berangkat 'kan?" ujar Tasya membayar lamunan Rafa.

"Iya. Kenapa pake gaun seperti ini?" Rafa tidak suka kalau nanti Tasya menjadi pusat perhatian kaum Adam.

"Emang kenapa? Jelek?"

"Terlalu bagus."

Wajah Tasya merona seketika mendengar ucapan kakak tirinya, secara tidak langsung, Rafa memujinya 'kan?

Selama perjalanan menuju hotel dimana pesta Daniel diadakan, bibir Tasya tak hentinya mengulas senyum, tidak sia-sia gadis itu dandan dari sore agar Rafa ikut dengannya, usahanya membuahkan hasil, Rafa mau ikut dengannya.

Sekitar empat puluh menit, kedua insan itu tiba disebuah hotel bintang lima. Jangan heran kenapa Daniel mengadakan party di hotel mewah, karena orang  tuanya salah satu pejabat di Singapura.

"Ayo kita cari Daniel," ucap Tasya, lalu menarik lengan Rafa. Dia terlihat begitu antusias karena pesta Daniel benar-benar mewah. Tasya suka dengan party seperti ini.

Rafa hanya mengikuti kemana mantan adik tirinya pergi, entahlah, dia hanya tidak ingin ada laki-laki yang mendekati Tasya.

"Daniel!" Mereka berdua menghampiri pemilik hajat. "Happy Birthday." Tasya lalu memberikan kado yang sudah ia siapkan untuk Daniel.

"Happy Birthday, Bro." Giliran Rafa yang mengucapkan selamat.

"Thanks, kalian sudah datang."

"Itu kado dari aku sama Rafa, ya."

"Makasih juga kadonya," ujar Daniel. "Selamat menikmati pesta, kalian boleh memakan dan minum sepuasnya."

"Terimakasih."

*****

"Rafa kamu mau kemana?"

"Ke toilet."

Mereka berdua tengah menikmati hidangan yang telah disediakan keluarga Daniel. Tidak banyak tamu yang Rafa dan Tasya kenal di pesta ini, hanya beberapa teman satu sekolah mereka dulu.

"Will you dance with me?" Seseorang mengulurkan tangannya didepan Tasya.

"Me?" Tasya menunjuk dirinya. Orang itu mengangguk. Oh, Tuhan. Siapa Dewa ganteng yang ngajaknya dansa, batin Tasya.
Ya, laki-laki dihadapannya bak Dewa Yunani, Tasya sampai meleleh melihatnya.

"Perkenalkan, saya Joseph sepupu Daniel," ujar Joseph. "Ayo kita dansa."

Tanpa berpikir panjang, Tasya langsung mengikuti Joseph.
"Are you ready?" tanya Joseph, mereka sudah tiba di atas panggung.

"Yes." Tasya mengangguk.

Joseph langsung menarik pinggang Tasya, sontak membuat Tasya mengalungkan tangannya pada leher kokoh pria itu.

Keduanya berdansa mengikuti irama lagu, "Ternyata Anda begitu jago, Nona," puji Joseph.

"Anda juga Tuan."

Kini mereka menjadi pusat perhatian, keduanya terlihat seperti sepasang kekasih. Cantik dan ganteng, sangat serasi. Sedangkan tak jauh dari mereka, Rafa mengepalkan tangannya, saat kembali dari toilet dia tidak menemukan Tasya, Rafa panik seketika dan langsung mencari gadis itu, tapi setelah melihat Tasya sedang berdansa dengan laki-laki lain, Rafa semakin emosi, dia sendiri tidak mengerti dengan perasaannya. Rafa hanya menganggap Tasya sebagai adiknya, tapi dia tidak rela melihat gadis itu dengan pria lain.

"Ayo kita pulang!" Rafa langsung menarik lengan Tasya saat musik berhenti.

"Lepasin tanganku! Aku belum pamit pada Daniel, Raf."

Percuma memberontak, tenaga Rafa lebih kuat. "Rafa! Lepasin."

"Kamu jangan keganjenan, ya. Berduaan dengan laki-laki yang tak dikenal."

"Joseph itu sepupu Daniel, tadi dia yang ngajak aku dansa. Masa aku tolak. Lagian kita cuma dansa, ga ngapa-ngapain."

"Pokoknya kamu ga boleh dekat-dekat dengan laki-laki asing."

"Kenapa? Kamu cemburu?" Goda Tasya. "Bilang aja kalau cemburu,  Sayang."

"Mana ada aku cemburu. Ayo masuk. Kita pulang."
Sejak masuk kuliah memang Rafa sudah diizinkan mengemudi mobil, Fabian membelikannya mobil khusus untuk putranya itu, setelah Rafa diterima kuliah di Universitas Singapura.

Kepala dan telinga Rafa rasanya mau pecah, bagaimana tidak. Selama perjalanan ke apartmentnya, Tasya terus memuji laki-laki bernama Joseph. Kalau tidak sedang menyetir, mungkin Rafa sudah membungkam mulut Tasya dengan bibirnya.

"Kenapa kita kesini?" tanya Tasya saat Rafa membawanya ke apartment laki-laki itu. Seharusnya Rafa mengantarnya pulang.

"Tadi aku sudah izin sama tante Rika, malam ini kamu boleh nginep di tempatku."

Tasya hanya mengangguk, lalu mengikuti Rafa masuk kedalam apartmentnya. "Aku ga bawa ganti baju, Raf."

Saat hendak membersihkan diri, tiba-tiba Rafa memeluk Tasya dari belakang. "Kamu bisa memakai pakaianku," bisik Rafa ditelunga Tasya.

"Ra-fa." Tasya merasakan getaran aneh saat Rafa menggigit kecil daun telinganya.

"Aku mau jadi pacar kamu," ujar Rafa. Mata Tasya membulat sempurna, apa dia tidak salah dengar? Rafa mau jadi pacarnya.

"Tapi dengan satu syarat." Masih dalam posisi memeluk Tasya, laki-laki itu mulai berani mencium leher jenjang putri tunggal David Kamil itu.

"Syarat? Syarat apa?"

"Kamu jadi milikku malam ini."

Bersambung,

Minggu, 20 Maret 2022

Ex Stepbrother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang