22 Maret 2022
•••
"Gak bisa, Zal. Gue ada urusan juga pagi ini, ibu ibu mesen make up sama gue!" dalih Hesti lagi, ia tak sepenuhnya berbohong akan hal itu. "Bantuin gue lah, Zal. Izal ganteeeeng ...."
Hesti semakin memohon.
"Oke iya iya, Hestiku Sayang, iya." Izal terlihat pasrah.
Senyum Hesti mengembang, enak sekali punya temen seperti Izal. Lalu percakapan berakhir dan kini Hesti masuk kembali berkumpul pada emak-emak yang ada, tapi siapa sangka banyak yang ia lewatkan, karena sekarang anak gadis juga banyak di sini. Dan mereka, minta di-make up-i dia.
Rezeki nomplok.
Meski yah, rada lelah, karena hingga akhirnya siang hari, semuanya beres, jadi sekarang sepertinya dia tak pernah berbohong akan hal itu. Hesti tersenyum, tinggal ambil makanan gratisnya, yippie!
"Zal, gue OTW ke sana, makanan gue ada kan?" Hesti mengirimi pesan ke sobatnya itu.
Izal mengirimi pap sebungkus makanan padanya, senyum Hesti melebar selebar senyum di iklan pasta gigi. Kini, setelah pulang, tanpa lelah, usai memakai pakaian sopan dan menghapus make up-nya, Hesti langsung tanpa gas ngampus. Ia buru-buru menemui Izal yang bilang dia ada di parkiran kampus.
Tepat sekali, Izal ada di sana.
"Mana makanan gue?!" Hesti menodong hal itu to the point.
"Dih, bukannya salam atau apa, malah minta makan duluan, dasar lo!" Izal menggerutu dan Hesti hanya terkikik geli, pemuda itu menyerahkan bingkisan pada Hesti. "Nih!"
"Yeay, makasih banyak hihi, ini isinya apa aja?"
"Kopi, sama sekotak kue mini aja, gue sekali makan udah abis ini."
"Oouh ...." Hesti mengangguk paham.
"Untung sih gue ketemu Pak Oliver tadi, jadi gue gak pake bagi-bagi, sampelnya dikit banget soalnya."
Jantung Hesti seakan berhenti mendengar itu.
"Pak Oliver?" Ia melotot menatap bingkisan itu dan temannya bergantian.
"Iya, tu punya Pak Oliver, dia yang ngasih, buat elo katanya."
Waduh!
Kenapa sih pria ini suka sekali berusaha membuatnya baper, sok baik padanya, sayangnya tidak, Hesti malah semakin kesal bukan main. Ia menatap bingkisan di tangannya, untung ia bisa menahan diri untuk tidak membuang dan melemparkannya begitu saja saat ini, jujur ia berpikir maksud makanan ini.
Apa isinya diracun? Diguna-guna? Hesti tak tahu, tetapi yang pasti ia tak boleh menjadikannya darah daging di tubuh.
Hesti tak sudi!
"Nih, balikin lagi sama Pak Oliver!" Hesti menyorongkan bingkisan kembali ke Izal.
"Lah? Kenapa? Lo gak mau?" Hesti tak menjawab, ia membuang wajahnya malas. "Lo ada masalah apa sih sama Pak Oliver, heran gue dari kemarin emosian mulu soal dia."
Izal memang tak tahu rahasia ini, hanya keluarga besarnya saja yang tahu.
"Karena ... dia pembawa sial bagi hidup gue." Izal mengerutkan kening, alasan tak masuk akal, padahal nasib seseorang kan ditentukan oleh diri mereka sendiri.
"Aneh lo, Hes. Atau jangan-jangan lo ...." Hesti menatap Izal dengan kepo, pemuda ini menggantung kalimatnya dengan wajah tak nyaman, tak enak hati, kenapa tuh?
"Gue apa?"
"Lo suka dia ya? Lo kan tipe tipe cewek tsundere!"
Mata Hesti melotot. "Asal ngomong lo! Gue gebukin nih!"
KAMU SEDANG MEMBACA
PAK DOSEN & RAHASIA
Romance18+ Oliver Haribowo itu dosen idola, ganteng, cerdas, dan beragam nilai plus ada padanya. Bisa dikatakan, Hesti membayangkan seorang Oliver seperti pria-pria idaman di novel yang sering ia baca. Semua orang, dan mungkin Hesti pun, ingin bersanding d...