Chapter 18

1.2K 115 18
                                    

3 April 2022

•••

Setelah sesi sarapan itu, ketiganya kini berada di sofa, Izal terlihat masih saja menjadi obat nyamuk yang diabaikan dua wanita di hadapannya. Mereka asyik berbincang masing-masing sebelum akhirnya Kak Nata minta ditunjukkan tentang keluarga Hesti, Hesti pun mulai menerangkan satu persatu keluarga besarnya.

"Ini Mama, ini Bapa, ini Kak Niken, dan ini Kak Brendon!" Hesti menunjukkan foto keluarga intinya, Kak Nata mengangguk paham dan mengingat nama mereka.

"BTW, keluarga kalian cantik-cantik dan ganteng-ganteng ya, Kak Brendon kamu ... imut juga." Terlihat, Kak Nata naksir dengan Kak Brendon.

"Jangan naksir, udah nikah itu!" tegur Izal, Hesti yang merasa tak enak mengatakan itu terwakilkan.

"Eh, udah nikah ya? Huhu maaf, gak jadi pelakor kok sumpah sumpah." Kak Nata terlihat merasa bersalah. "Jangan kasih tahu ya, Hes. Gak sengaja Kakak, Hes."

"Gak papa kok, Kak. Santai aja." Hesti tertawa saja.

"Oh ya boleh liat keluarga kakak-kakak kamu gak?" tanya Kak Nata lagi, dan Hesti mengangguk, ia pun memperlihatkan foto pernikahan Kak Niken dan kakak iparnya, di sana tampak pria tampan di sana.

"Aduuh, serasi banget. Keknya Kakak kenal ni cowoknya, bos perusahaan itu bukan sih?"

"Iya, Kak. Bos perusahaan tempat Kak Niken kerja."

Kak Nata mengangguk, keren juga.

Berikutnya, ia mengalihkan foto, tampaklah foto keluarga Kak Brendon, Kak Sarah dan dua anak mereka, keponakannya. "Dan ini Kak Brendon, bareng Kak Sarah istrinya, dan Saraz sama Bara."

"Cowok keduanya ya anaknya. Keluarga mereka unyu banget!" Kak Nata memperhatikan keluarga itu dengan bahagia, tetapi entah kenapa saat menatap Kak Sarah, ada semburat aneh di dada, sebuah ingatan yang sempat ia lupa perlahan masuk di kepala meski agak samar dan buram.

Hingga, Kak Nata menatap serius.

"Hm ... Kakak kek kenal Kak Sarah ini, tapi di mana ya?" tanya Kak Nata bergumam.

"Eh, Kakak kenal? Kalian seumuran, sih. Apa di sekolah?"

Kak Nata masih berpikir. "Ah, mungkin aja, Kakak ada temen sekolah namanya Sarah juga, mungkin dia. Tapi masih susah inget uh ...." Meski menjawab demikian, Kak Nata merasa ragu.

"Ah, gitu. Nanti kalian ketemu aja, kali aja Kak Sarah inget Kak Renata." Hesti menyarankan dan Kak Nata mengangguk paham.

Sementara Izal yang sedari tadi menyimak merasa aneh dengan ekspresi kakaknya, rasanya ada yang membingungkan tetapi ia hanya memilih diam takut mengganggu momen.

Sesi ala remaja bergosip kembali dilanjutkan, keduanya kembali ceria dan Izal hanya menyimak, sampai akhirnya tiba waktu untuk pulang.

"Dah, Kak!" Hesti terlihat tak rela berpisah dengan Kak Nata, begitupun sebaliknya.

"Dah! Kapan-kapan ke sini!" Kak Nata memberi wejangan dan Hesti tersenyum hangat.

Ia pun diantar Izal untuk pulang dan Kak Nata kembali hanyut dengan pikirannya soal Sarah. "Sarah ... Sarah ... siapa ya kok kek kenal."

Ia masuk ke dalam dan masih memikirkan itu, bahkan hingga Izal datang kembali ke rumah Izal mendapati kakak angkatnya tengah bergelut dengan isi pikirannya bukannya menyapa kehadirannya.

"Kakak mikirin apa?" tanya Izal, meski ia menebak pasti soal ... Kak Sarah tadi. Ekspresinya serupa.

"Kakak kek kenal Kak Sarah itu, tapi Kakak bingung di mana ...." Dan ia terus berpikir, bahkan sambil memejamkan mata.

PAK DOSEN & RAHASIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang