Chapter 10

1.9K 143 16
                                    

26 Maret 2022

•••

"Jadi motor saya gak bisa nyala, karena bensinnya kemasukan air? Kok bisa sih, kan saya ngisi juga di pom." Hesti tampak berteleponan dengan pihak bengkel, wajahnya merasa gelisah dan kesal rasanya, bisa-bisanya bensinnya kemasukan air begitu.

Sangat aneh.

Ia beli di pom bensin, pastilah bukan abal-abal. Bagaimana bisa kemasukan?

Apa ... ada orang yang sengaja?

"Ya udah, jadi ni Bang udah diperbaikin? Tolong nanti anter ke rumah ya, Bang."

"Sore ya anternya? Yah kalau gitu saya aja ke sana nanti Bang. Jadi, berapa totalnya Bang?"

Hesti mengangguk paham. "Oke, makasih Bang." Panggilan pun berakhir, Hesti mendengkus sebal kemudian.

Ini mencurigakan, siapa yang tega melakukan itu padanya? Pastilah punya kunci motor duplikat miliknya, itu tandanya motornya tidak aman! Ia harus memasang pengaman yang ia lihat di video itu, atau perlu pasang CCTV agar ketahuan muka penjahatnya.

Hesti kemudian keluar kamar. "Bapa, Bapa!" panggil Hesti, mencari keberadaan sang ayah di sekitarnya, tetapi yang dicari kelihatan tak ada di rumah.

"Kenapa, Hes? Bapa baru aja tadi berangkat buat gotong royong di selokan belakang." Sang ibu yang baru dari dapur memberitahu putrinya itu, wajah Hesti seketika menyendu.

"Yah, Ma, aku mau ngambil motorku, biar Bapa nganterin ke sana." Hesti cemberut.

"Ya kamu bawa aja motornya sendiri, kan Bapa ninggal motornya."

Hesti menghela napas panjang. "Ma, kalau aku bawa motor Bapa, aku gimana bawa motorku? Kutenteng gitu?" Ia mana bisa bawa dua motor sekaligus. "Emang belanjaan."

"Gak minta anterin sama pihak bengkel aja, nih?"

"Sore mereka bisa nganternya, Ma. Kan aku kuliahnya pagi."

"Pake ojek online?" Mata Hesti membulat sempurna, sejenak ibundanya bingung dengan reaksi tiba-tiba anak bungsunya itu, tetapi seperdetik kemudian Hesti berusaha menyembunyikan rasa traumanya.

"Gak ah, keluar duit, aku nelepon Izal aja buat jemput, kalau gak nyusahin." Hesti memutuskan.

"Hm, Izal lagi, kemarin dia juga yang nganter kamu pulang, kan? Kalian akrab banget deh dari SMA." Hesti hanya menatap dengan senyuman kikuk, ibunya tak tahu jika ia berbohong, bukan Izal yang kemarin mengantarkannya pulang, melainkan ... Oliver.

Namun, ia masih menyembunyikannya.

"Kalian udah pacaran ya?" tanya ibunya dengan nada menggoda.

"Ih, enggak!" Hesti menatap jijik.

Ibunya siap bersuara lagi tapi Hesti memutusnya. "Dia cuman satu-satunya sahabatku!" Hesti memutus dan akhirnya ibunya terdiam, tetapi masih senyam senyum sambil melangkah menjauh menuju dapur lagi.

Namun saat hilang di dapur, kepala wanita itu menyembul lagi. "Kalian cocok kok, Izal pahlawan kamu, Sayang."

"Mama!" Hesti memekik kesal, dan ibunya ngacir sambil tertawa.

Hesti yang siap menghubungi Izal entah kenapa sekarang terdiam, ia mengingat masa lalunya, sebuah masa SMA yang awalnya diisi kebahagiaan dan keceriaan khas remaja. Hesti terdiam mengingat bagaimana masa lalunya. Ini awal saat ia masuk SMA.

...

"Halo, nama aku Hesti, nama kalian siapa?" Hesti ingat dia ini anak manis nan polos, yang berusaha mencari teman-teman sepermainan yang tak ia kenal menjadi kenalannya, ia rada sial karena masuk ke kelas yang di mana temannya terdahulu tak ada di sana tapi entahlah, Hesti tak masalah.

PAK DOSEN & RAHASIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang