19. Sh*t

50 10 0
                                    

Kesialan

Live or dead sweety?

••~••

Yara berusaha untuk tidak terisak, ia menahan tangis sembari menelpon kedua orangtua Yvae yang tak kunjung mengangkat panggilannya.

Yara menatap dokter disana yang sedang gaduh mengecek kondisi Yvae yang semakin menurun.

Awalnya, ketika Eiryn, Chela, Jovid dan Ijer meninggalkan rumah sakit, untuk pergi kembali kesekolah, keadaan Yvae masih seperti kemarin.

Selang beberapa menit setelah mereka pergi, tiba tiba saja elektrokardiogram yang ada di Yvae berbunyi tak biasanya.

Jika dilihat, ukuran detak jantung Yvae semakin lama semakin menipis, Yara panik, panik sepanik paniknya. Ia memanggil dokter cepat, ia resah, sangat resah.

Mungkin orang orang yang melihatnya seperti orang gila yang kehilangan sesuatu, tapi Yara tak pedulu dengan keadaanya yang sungguh brutal.

Ia mencari dokter di lorong ruangan, dan tak lama dokter pun muncul dihadapannya dibarengi suster yang juga ikut panik.

Setelahnya, dokter dan sang suster ikut bergegas ke ruangan Yvae berada.

Yara menggigit bibirnya, menahan air matanya untuk tidak jatuh lagi. Ia berdoa berkali kali dalam hatinya, sedangkan tangannya masih aktif memanggil Zein.

"...Ayo dong t-tuan, angkat.... Yara t-takut...." suara Yara terisak isak tak karuan.

Dia duduk perlahan dikursi tunggu, punggung tangannya menutup lubang hidungnya, dia berusaha untuk tidak menangis disaat ini.

Panggilan tak terjawab lagi, Yara putus asa. Dia meletakkan ponselnya di samping, dan ya, Yara menangis lagi dengan keadaan kedua tangannya menutupi muka.

drrrtt drrtt

Suara ponsel Yara berbunyi, disana tertera nama Zein. Zein menelepon balik Yara, setelah beberapa kali Yara menghubunginya.

Tak lama, ia langsung mengambil ponselnya tergesa, dan segera mengangkatnya.

"Halo Yara, ada apa? Maaf tadi-"

"Tuan....kesini cepet.. kondisi kak Yvae makin parah....tolong tuan.." ujarnya lirih dan masih terisak

Tak kunjung dapat jawaban dari Zein, Zein langsung memutuskan sambungan nya setelah mendengar Yara berkata itu.

Yara menatap layar ponsel nya, memang Zein menutup ponselnya. Ia kembali menenggelamkan wajahnya di kedua tangannya.

Yara tak sadar, tak ada gaduhan di dalam sana. Perasaan nya campur aduk, ada rasa lega, namun juga resah.

Yara memberanikan diri menghampiri pintu ruang rawat, dan mengintipnya pelan.

Dilihatnya, elektrokardiogram disana kembali normal, tidak seperti tadi.

Yara menghela nafasnya lega, dan bersender di tembok pinggir pintu.

Tak lama, dokter keluar dari ruangan dan menghampiri Yara yang menutup matanya tenang sembari menyender ditembok.

TWO PERSON & ALITY [ ❛완료❛ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang