★ Dera - 21 ☆

26.2K 3.2K 129
                                    

Sosok Argon terlihat begitu saklar lampu dinyalakan. kamar yang bernuansa hitam dengan interior ala Eropa modern ini terlihat seperti kapal pecah. bantal, guling, beserta selimut berserakan. keadaan Argon pun tidak bisa dibilang baik-baik saja, duduk di lantai seraya memeluk bingkai foto. terlihat sangat menyedihkan, bahkan, pakaian yang dipakai kemarin malam masih terpasang sempurna pada tubuhnya. kedua matanya pun terlihat sangat sembab, belum lagi, jejak air mata pada kedua pipinya.

"KELUAR!"

"Ar, apa yang terjadi?" Zirco tidak memperdulikan teriakan Argon. pria itu, justru mendekati putra sulungnya setelah menurunkan Kara dari gendongan.

Posisi Argon sejak tadi duduk di lantai samping kasur, terlihat begitu menyedihkan dengan air mata yang terus mengalir dari kedua netra hitamnya.

"DIA BUKAN KARA, BUKAN KARA.. HAHAHAHAHA!" Argon tertawa seperti orang gila setelah berteriak, dengan telunjuk yang menunjuk ke arah Kara. tatapannya pun sangat tajam menatap Kara, tidak seperti biasanya.

"Apa yang kau katakan, Ar?!" Zirco beralih mendudukkan diri di samping Argon, emosinya tersulut begitu mendengar ucapan yang terlontar dari mulut putra sulungnya itu.

Bukan lagi kelakar nyaring Argon yang terdengar, melainkan teriakan isak tangis yang begitu memilukan. dan itu, benar-benar membuat Kara semakin merasa bersalah, dia sejak tadi berdiam diri, bersisian dengan ketiga kakak dan dua sepupu kembarnya.

Argon bangkit dari posisi duduknya, pemuda itu berdiri menjulang tinggi di hadapan Kara. "D-dia.. bukan Kara!" Telunjuk Argon mengarah tepat pada wajah Kara. suaranya begitu pelan dengan getaran yang kentara tertahan.

Pertahanan Kara runtuh, air mata yang sejak tadi dia tahan lolos begitu saja tanpa bisa dicegah lagi. rasanya begitu menyakitkan kala mendengar perkataan Argon, itu memang faktanya. namun, mengapa hatinya merasa begitu sakit?

"HAHAHAHA.. DIA BUKAN KARA, bukan!" Tubuh Argon merosot hingga kembali terduduk pada lantai. menangis sejadi-jadinya seraya meremas rambutnya sendiri dia lakukan, jeritan tangisnya pun semakin keras terdengar.

Tidak ada yang menghentikan aksi Argon. mereka semua masih bungkam, belum menyadari situasi apa yang terjadi. begitupula dengan Kara yang masih berdiam dengan lelehan air mata yang ikut mengalir dari kedua netranya, kedua tangannya saling meremas dengan gigitan kuat pada bibir bawahnya dia lakukan. lidahnya terasa kelu untuk bisa berkata-kata, bibirnya pun tertutup rapat seakan tidak membiarkannya berbicara.

"Argon, apa yang kau katakan? dia Kara, Kara kecil kita!" Sharlock menyanggah seraya menahan diri agar tidak lepas kendali. emosinya benar-benar tersulut begitu mendengar ucapan Argon.

Sedangkan Sharing yang berdiri di sisi kiri Sharlock terdiam dengan pikiran yang bercabang kemana-mana. pikirannya menolak mempercayai ucapan Argon, namun, kenyataan yang dia lihat dari perubahan sikap, maupun sifat Kara begitu kentara. terhitung baru sehari dia berada di sini, namun aura yang dikeluarkan Kara benar-benar berbeda. dan dia, bisa merasakan perbedaan itu.

Dan, perbedaan yang dia rasakan menimbulkan pertanyaan dalam benaknya.

A-apakah mereka tidak menyadarinya? atau, hanya dirinya saja yang mengira jika Kara bukan seperti Kara?

Singkatnya, Kara seperti orang lain.

"Dia adikmu, Argon! putra bungsu Daddy!" Emosi Zirco benar-benar tersulut. terbukti dengan tubuhnya yang langsung berdiri dengan wajah memerah, rahang kokohnya mengeras. tangannya yang terkepal menonjolkan urat-uratnya yang terlihat kehijauan.

"Kau keterlaluan, kak. dia Kara!" Papar Arsen dengan emosi. meskipun begitu, jantungnya berdebar kencang.

"Kalo gue bilang gue bukan Kara adek lo, lo percaya?"

Different Soul ★DERA☆ || Selesai ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang