★ Dera - 05 ☆

54.6K 5.8K 529
                                    

Hening.

Ruangan elite dengan bau khas obat-obatan itu langsung hening. sepi serta sunyi. hanya bunyi mesin kesehatan yang terdengar, bahkan suara lalat pun tidak terdengar sama sekali. setelah tadi, Kara memukul keras wajah mulus Argon yang membuat suasana langsung menjadi hening seketika. tidak ada yang berbicara sepatah katapun, semua yang ada di ruangan itu terlampau terkejut dengan tindakan berani yang dilakukan Kara kepada kakak sulungnya.

Kara mendongak menatap Argon yang kini menatap kearahnya dengan tatapan tajam, bahkan rahangnya terlihat mengeras dengan urat leher yang terlihat menonjol. benar-benar menakutkan.

"HAHAHAHAHAHA!!"

Prok.. prok..

Prok.. prok..

Argon tertawa keras sambil bertepuk tangan. "Woahh, abang bangga dengan keberanian yang kau punya, Kara!" ucap Argon dengan suara rendah. namun mampu membuat atmosfer ruangan elite tersebut terkesan horor.

Kara tersenyum lebar. "Terimakasih atas pujiannya," balas Kara berani.

Sreet!

Argon menodongkan revolver yang dia selipkan pada pinggang belakangnya, tepat pada kening Kara. Kara mematung, nafasnya seakan tercekat mendapat serangan tiba-tiba dari Argon. tangannya saling meremas satu sama lain, bahkan pandangannya tidak pernah lepas menatap kedepan.

Dengan gerakan pelan Kara menoleh menatap Daddy dan ketiga kakaknya yang masih berdiam diri. ini anak bungsu-nya sedang ditodong senjata namun tidak ada yang terlihat khawatir sedikitpun, ck! keluarga macam apa ini.

"Da-daddy," lirih Kara pelan. liquid bening luruh dari kedua netranya.

Zirco dan keempat putranya termasuk Argon tersentak kaget begitu melihat Kara menangis. bukankah ini sudah biasa? lagipula bukan kali ini saja Argon menodongkan senjata kepada Kara. namun mengapa hanya sekarang Kara menangis seperti ini.

Argon menggeleng pelan. jari telunjuknya mulai menarik pelatuk, dan...

Tuk!

"Kau seperti orang lain, padahal ini sudah biasa." ucap Argon setelah menyentil kening Kara.

Kara mencebik kesal. "Kita musuhan!" ucap Kara setelah mendorong kuat tubuh Argon yang akan kembali memeluknya hingga tersungkur ke lantai.

Kelakar nyaring terdengar dari bibir ketiga kakaknya, sedangkan Daddy-nya hanya tersenyum tipis. 

"Sudah dipastikan otak Kara sedikit bermasalah," ujar Gala setelah meredakan tawanya.

"Lihat saja Kara yang semakin berani," sahut Arsen.

"POKOKNYA KITA MUSUHAN! TERMASUK LO, BAYGON!"

★Dera☆

"Oh ayolah, Kara. katakan apa yang kau inginkan, jangan seperti ini!"

"Ogah! gue mau musuhan sama lo!"

Sejak 2 jam lalu yang jika diakumulasikan hanya berkisar 120 menit 7.200 detik. Kara mendiami keempat kakaknya, serta Daddy-nya yang tidak tahu apa-apa. bahkan menatap mereka pun tidak, mungkin Delon akan membalaskan dendam Kara terlebih dahulu. tentunya kepada Argon. si biang masalah.

"Kara, kau juga mendiami Daddy?" tanya Zirco dengan wajah memelas.

Kara mengigit kuat bibir bawahnya. Kara sangat beruntung memiliki keluarga seperti ini, ujar Delon dalam hati. seandainya Delon berada di posisi kara, sudah dipastikan dia akan memeluk Zirco erat sekarang. Delon yang selama hidupnya tidak pernah merasakan kehangatan seorang Ayah benar-benar iri. dalam hidupnya dia selalu mendambakan pelukan seorang Ayah, menginginkan kasih sayang seorang Ayah. menceritakan segala tentang kenakalannya serta menceritakan bagaimana dia belajar di sekolah. Delon benar-benar menunggu saat-saat seperti itu. namun, sejak dia lahir ke dunia, Ayah-nya sudah tenang berada di sisi yang maha esa. dan setelah dia meninggal, dia baru merasakan posisi yang selalu dia dambakan. meskipun dalam raga orang lain.

Different Soul ★DERA☆ || Selesai ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang