Hallo guys Lova disini
_______________________________________________-o0o-
Dewa baru tiba dirumah, di teras para debt collector sudah menunggu nya. Ibu nya pasti belum ada di rumah.
"Gimana Wa? Udah ada uangnya?" Dewa baru menginjakkan kaki di rumah tapi sudah di todong pertanyaan oleh debt collector.
"Udah bang"
Dewa menyerah amplop berisi uang hasil penjualan motor nya kepada sang debt collector.
Si debt collector menerima amplop itu, dibukanya amplop tersebut kemudian dihitung jumlah uang yang ada di dalamnya.
"Cukup nih Wa"
"Iya bang"
Dewa masuk kedalam rumah begitu para debt collector sudah pergi. Kedua adik ada di balik jendela saat Dewa masuk. Sepertinya mereka mengintip Dewa.
"Ngapain kalian?"
"Amel lagi nyari cicak, tadi ada disini nih" Amel menjawab pertanyaan Dewa, sedangkan Aulia hanya diam. "Tapi kok ga ada ya." Lanjut Amel. Dia pergi dari hadapan Dewa untuk mencari cicak katanya.
"Ibu kemana?" Tanya Dewa begitu mendudukkan diri di ruang tamu.
"Nganter cucian." Aulia mendudukkan diri di sebelah Dewa. "Hutang kita banyak ya bang?"
"Anak kecil ga usah mikirin hutang" Dewa mengelus rambut Aulia yang panjang sebahu. "Biar abang sama ibu nya aja yang mikirin" Lanjut Dewa.
-o0o-
"Wa bangun." Tidur Dewa terusik saat ada yang mengguncangkan tidurnya. Dewa mulai bangkit dari alam mimpi nya.
"Jam berapa bu?"
"Sudah jam setengah enam. Cepat bangun terus solat."
"Hah! Kok ibu ga bangunin Dewa." Dia mengusap wajahnya guna menghilang kan rasa kantuk. "Dewa kan harus ke pasar" Lanjutnya.
"Semalam badan kamu panas. Ibu ga tega mau bangunin kamu." Ibu Dewa terseyum sambil mengelus rambut Dewa. "Kamu ga usah sekolah dulu ya, kamu harus istirahat!." Lanjut nya.
"Dewa mau sekolah aja Bu. Udah bayar mahal-mahal masa ga sekolah, rugi Bu." Dewa bangun dari kasurnya, dia mengambil handuk yang tergantung di pintu kamar. Dewa sekalian mandi sebelum solat.
Ibu Dewa hanya tersenyum memperhatikan Dewa yang telah keluar kamar. Sifat nya sangat mirip dengan almarhum bapak nya. Jika sudah berkata tidak bisa dibantah, apalagi dipengaruhi orang lain.
Bapaknya Dewa sudah lama meninggal, dia meninggal saat usia Amelia masih 7 bulan dalam kandungan. Bisa dibayangkan betapa menyedihkan nya hidup Dewa dan adik-adiknya, mereka sejak kecil tidak merasakan kasih sayang dari bapaknya.
Tapi Dewa tidak pernah merasa kecil hati karena sudah tidak memiliki bapak. Justru dia bangga karena tanpa peran bapak pun dia bisa sekuat dan setangguh sekarang.
-o0o-
Sekarang Dewa harus naik kendaraan umum untuk pergi sekolah, karena motor sudah dijual.
Dewa harus berjalan keluar gang untuk naik angkot. Mau naik taksi tapi Dewa tidak punya uang, kalaupun punya Dewa akan berpikir seribu kali untuk naik taksi.
Tin
Tin"Kemana Wa?"
"Nunggu angkot gua." Dewa berkata kepada pengendara motor yang berhenti tepat disebelah nya. Dia Parjo, tetangga Dewa.
"Mau kerjo Jo?, sepagi ini?" Tanya Dewa kepada Parjo.
"Iya, maklum lah eksekutif muda."
"Eksekutif muda apaan, kerjaan lo cuma satpam doang."
Tanpa berkata apapun Dewa langsung naik ke jok motor Parjo. "Anterin gua sekolah dong." Kata Dewa.
"Gak, apaan nih turun-turun."
"Ayolah Jo, sesekali bantuin anak yatim yang kesusahan." Dewa tetap duduk di jok motor Parjo, dia tidak mau turun. Bahkan Dewa melingkarkan tangannya di perut parjo. "Pahalanya gede loh Jo."
"Gak" Parjo tetep keukeuh tidak mau memberikan tumpangan pada Dewa.
"Bisa masuk surga lo, kalau mau nganterin gua." Bujuk Dewa. "Apalagi gua anak yatim." Lanjut nya.
"Beneran masuk surga nih?"
"Ya ngga lah tolol, kerjaan lo aja suka BO cewek-cewek, solat aja lo cuma setahun dua kali. Solat idulfitri sama idul adha doang." Dewa menepuk-nepuk pundak Parjo. "Ayo jalan"
Dengan terpaksa parjo menjalankan sepeda motor nya, bergabung dengan kendaraan lain di jalan.
Bersambung...
_______________________________________________Jangan lupa vote dan komen guys.
Oke terimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dewandra
Teen FictionIni bukan cerita seorang bad boy, dan juga bukan cerita anak geng motor atau anak orang kaya yang jatuh cinta pada gadis miskin. Tapi ini cerita Dewa. Dewa, remaja SMA. Dia rela melakukan apapun demi ibu dan adiknya. Dia rela bekerja siang dan ma...