8

28 8 1
                                    


Hallo guys Lova disini
_______________________________________________

-o0o-

Setelah makan malam Dewa membantu adik-adiknya mengerjakan PR. Sebenarnya Dewa tidak membantu, dia hanya menemani Aulia dan Amelia. Kedua adiknya cukup pintar.

"Amel kalau sudah besar mau jadi apa?"

"Aku kalau sudah besar mau punya uang banyak, biar bisa pamer ke si Anggi"

Dewa terheran-heran mendengar perkataan adiknya itu.

"Memang nya si Anggi kenapa?"

"Dia itu jelek, sombong, tukang pamer. Dia sering bilang kalau Amel ga punya ayah." Amel menceritakan sosok Anggi dengan raut wajah kesal, sesekali dia memukul meja.

"Aku yang ga punya ayah dia yang sibuk. Padahal aku aja ga pernah ngomongin ayah nya si Anggi yang gendut dan botak itu." Lanjut Amel.

Ah, seperti nya Amel dewasa terlalu cepat. Ucapannya tidak seperti anak kelas tiga SD.

"Amel si Anggi itu iri sama kita, kita kan cantik kalau dia jelek. Dia juga ga punya abang kayak kita." Aulia memeluk Dewa dari sebelah kiri, kemudian Amel mengikuti memeluk Dewa di sisi lain.

Dewa hanya tertawa mendapat prilaku seperti itu dari kedua adiknya.

Tok tok tok

Bunyi ketukan pintu terdengar membuat Dewa menghentikan aktivitas bersama adiknya.

Dewa beranjak dari duduknya dan berjalan menuju pintu. Begitu pintu dibuka oleh Dewa disana ada dua orang bertubuh besar dan berpakaian hitam.

"Kenapa bang?" Dewa sudah mengenal mereka berdua.

"Lo ga lupa kan? sekarang waktunya bayar hutang lo dan emak lo." Salah satu dari dua pria tersebut menjawab.

"Gua boleh minta waktu lagi ga bang?, gua lagi ga punya duit" Dewa mencoba bernegosiasi dengan kedua orang tersebut.

"Gua bukannya ga bisa ngasih waktu Wa, tapi ini udah lewat dari waktu yang seharusnya."

"Beneran ga bisa minta waktu lagi bang?"

"Maaf Wa, ngga bisa. Gua juga cuma kerja ke orang, gua cuma jalani tugas. Kalau lo nunggak terus-terusan anak istri gua mau dikasih makan apa Wa?"

"Lo tau kan Wa resiko jadi debt collector  kayak gua? Gua sering dianggap penjahat sama masyarakat. Padahal gua cuma menjalankan perintah. Kalau mereka bisa bayar hutang tepat waktu gua juga ga bakal pakai kekerasan." Lanjut pria bertubuh besar tersebut.

Dewa sebenarnya tidak tega, tapi dia benar-benar tidak punya uang. Dewa juga kasihan kepada para debt collector, mereka hanya menjalankan perintah tapi sering dianggap penjahat oleh masyarakat. Mereka juga bekerja seperti itu untuk makan anak dan istri nya.

Belakangan juga ini jarang sekali ada orang yang menawarkan perkerjaan kepadanya.

"Bang gua malam ini ga punya uang, kalau besok sore gimana? Gua usahain besok sore udah ada uangnya." Dewa masih terus bernegosiasi agar bisa diberi waktu, setidaknya sampai besok.

"Ok, besok sore gua balik lagi" Kemudian kedua orang tersebut pergi meninggalkan rumah Dewa.

Setelah kedua orang itu pergi, Dewa masuk kembali ke dalam rumah.

Diruang tengah terlihat Amel sudah tertidur dengan kepala yang di telungkup kan di atas meja, sedangkan Aulia masih berkutat dengan buku-bukunya.

Dihampirinya Amel yang tertidur kemudian di angkat ke gendong nya untuk di bawa ke kamar.

DewandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang