dua

59 26 30
                                    

"Ir, lo jadi tes ujian buat pertukaran pelajar itu?" Tanya Biru yang melihat Air memasukkan perlengkapan ujian juga peralatan maketnya.

"Jadi," jawabnya singkat.

"Kalo lo, mau kemana Ka? Rapi bener," ujar Biru pada Shaka.

"Biasalah, ibu negara pengin ditemenin wawancara," jawab Shaka.

"Yah, gue ditinggal sendiri dong. Lo, Air sama Bumi pada pergi, gue sama siapa?" katanya pura-pura sedih.

"Bumi kemana?" Tanya Air seraya menyampirkan tasnya di bahu.

"Keluar daritadi pagi gak balik-balik," kata Biru.

"Oh, gue berangkat duluan, Ka, Ru," pamit Air.

"Gue juga," tambah Shaka.

Setelah Bumi, Air, dan Shaka pergi, sekarang hanya tersisa Biru sendirian di asrama. Hari ini dirinya juga kedua temannya tidak ada jadwal kuliah, kecuali Air yang telah ditunjuk oleh profesor untuk mengikuti ujian pertukaran pelajar ke negeri tirai bambu. Seperti pepatah, kejarlah ilmu sampai ke negeri China.

Sekedar informasi, Shaka, Bumi, dan juga Biru, mereka adalah mahasiswa jurusan Teknik Elektro. Kecuali Air, ia adalah mahasiswa jurusan Arsitektur, kenapa mereka bisa satu kamar di asrama? Awalnya mereka saling kenal dari awal ospek, sebelum ospek sesuai jurusan masing-masing.

Air mengendarai sepeda gunungnya untuk pergi ke kampus, hitung-hitung olahraga pikirnya. Laki-laki yang memiliki nama lengkap Airlangga Ragnala Kalandra merupakan satu dari tiga mahasiswa jenius, satu diantaranya adalah teman satu angkatan yang bernama Shena, dan satu lagi adik tingkatnya yang bernama Ranu.

Hari ini ketiganya akan mengikuti ujian pertukaran pelajar, salah satu yang lolos dari mereka akan berkuliah di Beijing University of Technology selama kurang lebih 6 bulan.

Karena terburu-buru, Air tidak sadar bahwa ada motor yang melaju berlawanan arah dengannya dengan pengemudi yang mungkin juga tidak menyadarinya. Sehingga terjadilah tabrakan kecil diantara mereka, syukurlah tidak ada luka yang serius.

"Aduh! Sakit banget!" Ringis cewek yang bertabrakan dengannya, seraya menarik kaki kanannya yang tertimpa motor.

"Lo kalo bawa sepeda pelan-pelan dong!" Cewek itu memaki Air, tapi Air tidak merespon sama sekali, ia malah mengambil tas miliknya lalu kembali menaiki sepedanya lalu pergi dari sana.

"Bener-bener ya itu orang, woi awas lo ya, kalo gue ketemu lagi sama lo, lo gue abisin!" Teriak cewek itu, namun Air enggan menolongnya. Ia terus saja mengayuh sepedanya.

Sesampainya di kampus, Air segera pergi ke lantai 3 menuju ruangan untuk ujian. Ternyata, dirinya lah yang paling akhir datang, bahkan dosen pembimbing mereka sudah tiba.

"Pagi Pak, maaf saya telat," kata Air pada dosen pembimbing yang diketahui namanya adalah pak Santoso.

"Baik, tidak apa-apa. Silahkan duduk," balas pak Santoso.

"Terimakasih, Pak." Lalu Air segera duduk di kursi kedua pada barisan paling pojok, berseberangan dengan Ranu.

"Baik, anak-anak sebelum memulai ujian ada baiknya kita berdoa terlebih dahulu," ucap pak Santoso seraya berdiri.

"Berdoa sesuai agama dan kepercayaan masing-masing dimulai." Mereka dengan khidmat menundukkan kepala.

"Selesai." Lalu pak Santoso mengambil kertas soal serta lembar jawaban, seraya berjalan untuk membagikan ke tiga muridnya.

Air membuka tas miliknya, tapi ia tidak menemukan apa yang ia cari, justru ia menemukan map berwarna coklat. Bukannya ia lancang, tapi ia mencoba melihat apa isi di dalam map tersebut, setelah dilihat ternyata isinya adalah beberapa berkas untuk melamar pekerjaan. Sepertinya, tas dirinya tertukar dengan cewek yang bertabrakan dengannya tadi, Air pikir mungkin ini cukup penting bagi pemiliknya sehingga ia meminta izin pada pak Santoso untuk mengembalikan tas tersebut.

AIRA [hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang