Sesampainya di asrama, Nadhira langsung diinterogasi oleh ketiga sahabatnya. Mereka merasa khawatir dengan keadaan Nadhira, karena melihat lengan serta kaki Nadhira yang diperban, lantas Nadhira menceritakan kronologi kejadian tadi kepada teman-temannya.
"Hari ini kenapa lagi sih, Nad? Kemarin-kemarin kayak abis berantem, terus sekarang lo abis kena tabrak lari apa gimana?" ujar Elma yang sedikit prihatin dengan kondisi Nadhira.
Nadhira menghela napas sejenak lalu melirik ketiga temannya, "Gue dijambret."
"Kok bisa sih?" Tanya Aruna penasaran seraya menarik kursi agar lebih dekat dengan Nadhira.
"Jalanan di sana sepi banget, padahal banyak gedung-gedung gitu. Mobil juga anteng aja tuh parkir sembarangan di jalanan, tapi si jambret malah milih gue yang jadi korban. Kalo gue jadi mereka, gue ambil aja tuh mobil," jelas Nadhira.
"Gue berusaha nyelametin tas gue yang isinya dompet sama berkas-berkas, tapi karena si jambret bawa motornya kenceng banget, gue jadi ke seret-seret deh. Terus gue telpon Shaka, yang angkat malah temennya, si Air Air itu loh," tambah Nadhira.
"Terus?" tanya Aruna lagi, ia merasa belum puas mendengar penjelasan Nadhira.
"Ya terus si Air yang jemput gue plus ngobatin gue," jawab Nadhira.
"Jadi penasaran deh, yang namanya Air itu gimana sih orangnya?" tanya Arumi.
"Kalo kata gue sih modelannya kayak Dewa Yunani," sahut Nadhira seraya tersenyum.
Elma menoyor kening Nadhira seraya berkata, "Kebiasaan, semua cowok yang ganteng juga lo bilang Dewa Yunani!"
"Eh, eh, terus motor jambret itu bagus atau udah jelek?" tanya Arumi.
"Ya mana gue tau, emangnya gue perhatiin segitu jelasnya!" seru Nadhira.
"Kan kalo motornya jelek biasanya knalpot motornya yang suka bunyi itu loh," kata Arumi.
"Ya terus?" tanya Aruna.
"Kalo knalpotnya bunyi, biasanya ngeluarin asep kendaraan yang item. Bahaya tuh, bikin polusi udara." Nadhira, Aruna dan Elma menatap Arumi jengkel. Bisa-bisanya gadis itu malah bertanya soal motor si jambret, bukannya mengkhawatirkan keadaan Nadhira.
Saat sedang bercerita, ponsel Nadhira berdering. Nadhira mengambil ponselnya yang berada di saku celana, ternyata Shaka yang menelepon.
"Bentar, Shaka nelpon gue nih." Nadhira beranjak keluar dari asramanya untuk menerima panggilan telepon dari Shaka.
"Ada apa?" tanya Nadhira to the point setelah panggilan itu tersambung.
"Nad, lo gak papa? Sori tadi gak bisa temenin, gue abis tanding basket di kampus, hp gue ketinggalan di asrama. Gue dikasih tau Air kalo lo abis dijambret terus badan lo luka-luka."
"Gak papa, gak usah sok khawatir deh."
"Serius loh, Nad. Gue khawatir beneran."
"Hm."
"Lo udah makan? Makan yuk," ajak Shaka.
"Gak deh, makasih."
"Ayo lah, sebagai permintaan maaf dari gue," kata Shaka memohon.
"Gak deh. Bosen gue, maaf-maaf mulu!" Lalu Nadhira mematikan sambungan telpon itu secara sepihak karena untuk saat ini Nadhira malas berhubungan dengan Shaka.
Sedangkan Air, setelah Nadhira pergi, ia memutuskan untuk pergi ke kampus guna menyelesaikan maket untuk lomba. Saat memasuki ruangan, Air terkejut melihat kehadiran pak Santoso yang sedang duduk memandangi maket di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
AIRA [hiatus]
Teen FictionCerita ringan konflik - 17+ 🐳🐳🐳 Tinggal serumah bersama Air, si mahasiswa tingkat akhir jurusan Arsitektur, tidak pernah terbayangkan oleh Nadhira, juga mahasiswi tingkat akhir jurusan Tata Boga yang saat ini sedang mencari pekerjaan. Air, yang...