empat

48 20 16
                                    

Setelah adanya insiden menjadi teknisi dadakan padahal tujuan Air adalah mengambil tasnya yang tertinggal di kelas, kini laki-laki itu kembali ke ruangan khusus untuk menyelesaikan projek maket milik universitas yang akan dilombakan dengan kampus-kampus lain. Pihak kampus mempercayai Air, Shena, dan Ranu untuk merancang maket, karena mereka adalah mahasiswa dan mahasiswi jenius di kampus, juga berada dalam jurusan yang sama yaitu Arsitektur.

Saat Air masuk ke ruangan, ternyata tidak hanya ada Shena dan Ranu, tapi juga ada profesor Hamka. Profesor Hamka ikut andil membantu mereka menyelesaikan maket, memberi kritik dan saran guna memperbaiki maket yang sudah 60% jadi.

 Profesor Hamka ikut andil membantu mereka menyelesaikan maket, memberi kritik dan saran guna memperbaiki maket yang sudah 60% jadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Air, darimana saja kamu?" Tanya Profesor Hamka.

"Maaf Prof, tadi saya ambil tas yang ketinggalan di kelas," jawab Air, Profesor Hamka mengangguk saja.

"Kenapa kemarin kamu tidak ikut ujian?" Tanya Prof. Hamka lagi.

"Ada urusan mendadak," jawab Air seraya memotong kayu balsa yang sudah dipola.

Prof. Hamka membuang napas pelan lalu berkata, "Padahal banyak sekali mahasiswa dan mahasiswi yang ingin mengikuti ujian pertukaran pelajar ini, tapi mereka semua tidak seberuntung kamu."

"Ya sudah, kalau begitu saya mengundurkan diri untuk tidak mengikuti ujian tersebut," cetus Air yang membuat Prof. Hamka, Shena, dan Ranu terkejut.

"Profesor bisa memilih satu kandidat lagi untuk menggantikan saya," lanjut Air.

"Tidak bisa, kamu tetap harus ikut ujian tersebut!" seru Prof. Hamka.

Air diam saja, ia tidak merespon ucapan profesor Hamka, dirinya malah sibuk menempelkan pola maket yang sudah dipotong dan diberi lem. Sebenarnya, sebelum diadakannya seleksi ujian pertukaran pelajar, Air sudah ditunjuk lebih dulu oleh profesor Hamka untuk langsung berangkat ke Beijing. Namun laki-laki itu tidak mau, Air merasa hal itu cukup tidak adil untuk yang lainnya, lagipula Air tidak berminat mengikuti ujian ini, ia terpaksa karena ada desakan dari profesor Hamka. Sejujurnya Air malas.

"Bagaimana Air?" Tanya Prof. Hamka ingin tau jawaban Air.

"Kalau Profesor hanya ingin menanyakan hal tersebut kepada saya, lebih baik Profesor keluar dari ruangan, daripada mengganggu murid-murid Anda yang sedang mengerjakan maket untuk lomba," jawab Air.

"Lo siapa berani usir Profesor?!" seru Ranu seraya menodong Air dengan cutter.

"Bisa diem gak sih, turunin tangan lo!" Shena memukul bahu Ranu kencang hingga cowok itu meringis.

"Sakit Kak!" ujar Ranu sembari mengusap-usap bahunya.

"Makanya diem. Dasar gak tau situasi!"

Profesor Hamka memandang kedua muridnya yang sedang berkelahi itu dengan senyuman tipis ditambah dengan garis kerutan di ujung mata yang sudah terlihat, lalu beliau memandang Air dengan tatapan memohon seraya menepuk pelan pundak Air.

AIRA [hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang