tiga

56 27 19
                                    

Setelah menukar tasnya dengan Air, Nadhira memutuskan untuk kembali ke  asrama. Sesampainya di kamar dengan ekspresi yang riang gembira, lantas ia langsung diinterogasi oleh ketiga sahabatnya.

"Wih, yang pulang wawancara bawaannya happy nih," ujar Arumi yang sedang memakan mie instan di atas kasurnya.

"Gimana Nad, lo diterima?" Tanya Aruna penasaran.

Nadhira hanya diam, ia menaruh tasnya di atas meja belajar lalu duduk menghadap ke tiga sahabatnya. Enam pasang mata kini menatap penampilan Nadhira dari rambut hingga ujung kaki.

"Nad, kok baju lo kotor banget sih? Abis main tanah dimana?" celetuk Aruna.

"Abis berantem, lo?" tambah Arumi.

"Udah deh, si Nadhira ini pasti ditolak karena salah jurusan. Bener 'kan, Nad?" cetus Elma santai sembari melipat kedua tangannya di depan dada.

Lantas Nadhira menatap manik mata Elma dengan tatapan tajam seraya berkata, "Kok, lo tau gue ditolak?"

"Tau dong, alasan yang paling kentara adalah lo itu salah jurusan Nad, terus alasan yang kedua, lo bisa liat diri lo sendiri, berantakan banget kayak gembel!" jelas Elma.

"Sialan lo ngatain gue gembel! Gue kutuk jadi tahu susu baru tau rasa!" sahut Nadhira.

"Alasan gue ditolak itu bukan itu semua," ucap Nadhira lagi.

"Terus?" tanya ketiganya kompak.

"Tas gue ketukerrrrr!" seru Nadhira seraya menghentak-hentakkan kakinya.

"Ketuker sama siapa? Ko bisa sih?" tanya Aruna.

"Jadi ceritanya gini, tadinya gue dianterin Shaka sebelum dia ditelfon temennya ngajak ke warnet. Nah, si Shaka pergi lah ke warnet, gue kesel dong! Ya mau gimana lagi akhirnya gue berangkat sendiri, kayaknya gue kebanyakan ngedumel waktu ngendarain motor deh, sampe-sampe gue gak sadar ada sepeda dari arah berlawanan terus kita tabrakan, jatoh, dan tas kita ketuker. Gitu ceritanya," jelas Nadhira.

"Tapi, sumpah, waktu kita ketemu mau nuker tas, pas gue liat dia ternyata ganteng banget toloongg! Kayak dewa yunani!" tambah Nadhira sembari membayangkan wajah Air.

"Lebay!" Arumi menoyor kepala Nadhira.

"Namanya siapa?" Tanya Elma.

"Airlangga, Airlangga gitu deh pokoknya. Dia satu kampus sama kita," jawab Nadhira.

"Airlangga? Satu kampus? Kayaknya gue kenal deh sama dia," kata Aruna.

"Masa sih?" celetuk Nadhira.

"Iya, kayaknya dia temen pacar gue," balas Aruna.

"Halah, kalau pun gak ada adegan tabrakan itu, lo tetep ditolak Nad, karena salah jurusan," ujar Elma yang membuat Nadhira sedikit kesal.

"El, sumpah lo jahat banget sama gue," ucap Nadhira sok merasa tersakiti.

"Sekarang gue tanya, cita-cita lo buat masa depan apa?" tanya Elma pada Nadhira.

"Ya mau cari duit, El. Gue mau buka toko kue sama resto sekalian, makanya gue lamar kerja supaya dapet duit terus bisa buka toko," jawab Nadhira yakin.

Elma hanya menangguk singkat, lalu ia kembali bertanya pada Aruna, "Kalo lo, Na?"

"Kalo gue sih mau langsung nikah aja sama Biru," jawab Aruna seraya menghayal, Elma yang melihat itu langsung mengambil bantal dan melemparnya ke arah Aruna.

"Nikah mulu yang lo pikirin!" Aruna hanya mengusap-usap hidungnya yang terkena lemparan bantal Elma.

"Lo?" kini giliran bertanya pada Arumi.

AIRA [hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang