Tidak ada yang menyangka, jika seorang Dafka Anibrata yang merupakan seorang ketua BEM atau Presiden Mahasiswa yang tentu saja memiliki IPK cukup tinggi dari fakultas Ekonomi itu adalah orang yang kerap kali menyebut dirinya sendiri bodoh. Meskipun yang Dafka maksud adalah kebodohannya yang menyangkut soal cinta dan sulit move on, tetap saja itu termasuk kebodohan yang paling di benci oleh dirinya sendiri namun juga sangat sulit disingkirkan.
Setelah sekitar dua tahun berlalu di mana ia di paksa untuk patah hati, Dafka berprinsip bahwa ia tidak akan mudah untuk jatuh cinta apalagi dengan seorang perempuan yang memiliki teman lelaki yang begitu dekat. Terlihat seperti sepasang sahabat namun ternyata saling menaruh hati. Membuatnya harus tersisih bagaikan debu yang tersapu.
Sungguh amat menyedihkan.
Namun, sayangnya walaupun pikirannya berkata ingin move on sangat berbeda jauh dengan hatinya yang selalu berkata menunggu. Karena saat lagi-lagi ia harus berhadapan dengan seorang Giandra Zhidan ia selalu di buat bertekuk lutut. Apalagi jika perempuan itu sudah menyapanya dengan senyuman manis yang tidak pernah berubah sejak dulu.
Seperti yang terjadi sekarang ini.
Setelah di buat terbang dengan senyuman, pada akhirnya ia akan selalu di buat jatuh tatkala Giandra duduk di depannya yang mana tepat di samping Jeffrey yang langsung menyambut perempuan itu dengan usakan lembut di atas puncak kepala.
Lalu dalam hati, Dafka akan selalu merutuki kebodohannya serta memaki diri sendiri.
"Inget goblok, itu punya temen lo." Seperti itu, namun diam-diam ia justru memperhatikan Giandra.
Memperhatikan bagaimana cara perempuan itu memakan makanan yang sudah di pesankan oleh Jeffrey sebelumnya. Dan berakhir membuang muka saat di mana di sudut bibir Giandra terdapat sisa makanan dan Jeffrey dengan sangat pengertian akan membersihkannya, bukan dengan tisu melainkan dengan tangan lelaki itu sendiri.
"Makasih." dengan senyuman yang paling Dafka sukai, perempuan itu mengucapkan kata terima kasih yang di balas Jeffrey dengan sebuah anggukan.
"Makannya pelan-pelan aja, sayang." kata Jeffrey yang mana membuat Giandra terlihat salah tingkah sendiri.
"Jangan manggil sayang di sini, kalau ada yang denger malu tau."
Selanjutnya Jeffrey hanya terkekeh pelan, berbeda dengan seorang Dafka yang kini menatap hambar ke arah bakso pesanannya yang semula terlihat begitu sangat menggoda, karena ini adalah bakso buatan Mbak Weni, langganannya di kantin kampus.
Maka dengan tanpa rasa nikmat ia cepat-cepat menghabiskan makanan itu, agar lekas cepat pergi karena terlalu malas jika harus menjadi nyamuk dan terbakar api cemburu yang menggerogoti hati.
"Anyway, gue duluan ya, ada kelas lagi gue abis ini. Takut keburu telat." alasan, karena sebenarnya kelas Dafka di mulai sekitar satu jam lagi. Ia masih memiliki banyak waktu setidaknya untuk sekedar bersantai di kantin, misalnya saja dengan memesan es cendol favoritnya.
"Oh iya, Daf, sok aja. Gue juga masih ada kelas tapi masih agak nantian. Mau nongkrong dulu di sini."
Inginnya Dafka membalas perkataan Jeffrey dengan kalimat begini, 'Nongkrong-nongkrong, bilang aja lo mau lama-lamaan sama Giandra'
Namun, akhirnya yang keluar dari mulut Dafka hanyalah dua kata. "Yoi, bro." lantas cepat-cepat ia pergi dari sana, bahkan tidak membiarkan Giandra berucap padahal perempuan itu sudah bersiap membuka mulutnya untuk sekedar mengucapkan kata sampai jumpa kepada teman dari kekasihnya itu, yang mana sudah ia anggap sebagai teman juga.
***
Akhirnya karena bingung harus pergi ke mana, Dafka berakhir di tempat paling damai yang berada di Universitas Bima Bakti, tentunya setelah perpustakaan, atau tepatnya di taman belakang kampus yang tergolong sepi dari para mahasiswa ataupun mahasiswi.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD LIFE | DOYOUNG NCT
Подростковая литература______________________________________________________ Sejak dulu, tidak ada yang berubah tentang bagaimana Dafka menatap Giandra. Perihal perasaannya yang masih juga tak tersampaikan kepada perempuan itu, dan perihal Giandra yang juga masih milik d...