Jeffrey tidak pernah merasa gelisah seperti saat ini jika bukan mengenai ibunya yang seringkali mengalami sakit dan pertengkaran yang terjadi antara Ibu dan Ayahnya yang kerap kali menyebabkan suara-suara bising dari benda-benda yang dengan sengaja dilempar oleh sang Ayah ditengah pertengkaran mereka.
Namun, hari ini hatinya dirundung gelisah tatkala beberapa waktu lalu telinganya dengan tak sengaja mendengar ucapan-ucapan yang membuat telinganya terasa berdengung sakit. Membuatnya merasa dijatuhkan ke dasar jurang paling menyakitkan.
Ingin sekali Jeffrey mengelak hal-hal yang telah dirinya dengar, tetapi ia tidak bisa kala semua ucapan itu terus berputar-putar membuat kepalanya terasa sakit.
Jeffrey mengacak rambutnya yang basah dengan kasar, menengadah dengan mata tertutup hingga wajahnya secara langsung terkena aliran air dari shower.
"—i like you, Giandra, i really like you. Bahkan entah sampai kapan perasaan ini bakal berakhir."
"Giandra, silahkan benci gue sedalam-dalamnya, dan gue akan terus jatuh sejatuh-jatuhnya."
"Sial, sial, sial." Bibir Jeffrey bergerak pelan mengeluarkan umpatan-umpatan saat semua ucapan yang telah didengarnya itu terus saja berputar mengisi kepala.
Jeffrey jelas tidak mengerti alasan kenapa Giandra sampai menangis saat Dafka justru mengungkapkan perasaannya. Saat pertama kali Jeffrey mendengar itu tubuhnya terasa kaku untuk melangkah lebih dekat dan bibirnya pun terasa kelu bahkan hanya sekedar untuk memanggil nama Giandra, tetapi yang jelas ada banyak hal perlu ia pertanyakan bagaimana bisa Dafka masih mencintai Giandra yang jelas-jelas sudah menjadi miliknya. Jeffrey merasa telah dibohongi, karena bagaimanapun ia seringkali menitipkan Giandra kepada temannya itu.
"Lo obsesi? Lo lakuin itu sama gue karena sebenarnya lo obsesi kan? Itu bukan cinta, itu obsesi, brengsek."
Dan hal apa yang telah Dafka lakukan kepada Giandra hingga kekasihnya itu menyebut Dafka dengan sebutan brengsek menjadi hal yang juga ikut Jeffrey pertanyakan.
Maka dari itu, Jeffrey segera mematikan shower hingga aliran air diatasnya berhenti, lalu bergegas memakai handuk sepinggang dan dengan cepat keluar dari kamar mandi.
Bisa temuin gue di taman gak jauh dari kampus, sekarang juga?.
Pesan itu segera Jeffrey kirimkan kepada kontak bernama Dafka.
***
Dafka tidak tahu alasan kenapa Jeffrey memintanya untuk bertemu disaat jarum jam menunjukkan hampir pukul 10 malam. Tetapi, saat sosok Jeffrey tertangkap indera penglihatannya, Dafka yang semula terduduk segera mengangkat tubuhnya. Hingga tidak sampai satu menit pun Dafka dan Jeffrey sudah berdiri saling berhadapan.
"Gue nggak akan lama-lama." Tidak ada ucapan basa basi, tidak ada pula raut wajah ramah khas seorang Jeffrey Mahatma. Tetapi Dafka tidak terlalu ingin memperdulikan itu.
"Gue juga. Ada apa, Jeff?."
Jeffrey tidak langsung menjawab, lelaki itu lebih memilih untuk menatap wajah Dafka selama beberapa detik dengan raut wajah datar. Sebelum mengatakan sesuatu yang sedikit tidaknya berhasil membuat Dafka tersentak.
"Lo masih suka, Giandra?." Diamnya Dafka membuat Jeffrey tertawa pelan. Tawa sarkas yang mungkin untuk pertama kalinya baru Dafka dengar dari Jeffrey.
"Gila—, selama ini gue bego banget ya?." Jeffrey memijat tengkuknya, bola matanya menatap Dafka kecewa.
"Apa alasan lo masih suka Giandra, Daf? Kenapa harus Giandra? Karena dia cantik? Hei, masih banyak cewek diluar sana yang bahkan bisa lebih cantik dari pacar gue. So,—please forget my girlfriend, can?."
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD LIFE | DOYOUNG NCT
Novela Juvenil______________________________________________________ Sejak dulu, tidak ada yang berubah tentang bagaimana Dafka menatap Giandra. Perihal perasaannya yang masih juga tak tersampaikan kepada perempuan itu, dan perihal Giandra yang juga masih milik d...