Beberapa orang memiliki alasan pasti kenapa ia harus begini ataupun begitu. Misalnya kenapa ia bisa menjadi orang baik ataupun sebaliknya.
Semuanya itu selalu ada alasan.
Begitu pula dengan Dafka yang memutuskan untuk tinggal di Jakarta seorang diri. Tanpa keluarga, tanpa seorang pun yang mengenal dirinya sebagai Dafka di masa lalu.
Bagaimana keluarganya, dan seperti apa dirinya dulu. Dan alasan apa yang membuat dirinya enggan berbalik ke Bandung, yaitu kota di mana ia di lahirkan oleh perempuan yang menjadi alasan kenapa ia memilih untuk menjauh dari rumah.
Dafka tidak pernah berpikir jika dia membenci ayahnya yang telah mengurus ia selama belasan tahun. Tidak juga bermaksud membenci seorang wanita yang kini bertugas mendampingi sang ayah, menggantikan sosok istri dan juga ibu yang tidak pernah ia lihat lagi semenjak usianya menginjak 14 tahun.
Hati kecil Dafka tahu jika wanita itu memiliki hati yang tulus, hanya saja Dafka selalu menolak untuk mengakuinya secara langsung. Bahkan saat wanita itu menghubunginya sejak kemarin sore, selalu berakhir Dafka abaikan.
Dafka menolak bicara, dan itu sudah menjadi kebiasaannya dalam menghindar.
Namun, pagi ini, di room chat-nya, Dafka mendapati pesan dari Danu yang tak lain adalah ayahnya.
[ Papa ]
Dafka, liburan semester ini bisa pulang ke Bandung? Mama dan adikmu kangen katanya, Papa juga.Dafka menghela nafasnya, kemudian mengetikkan sebaris kalimat singkat untuk membalas pesan beliau.
Dafka usahakan, tapi nggak bisa janji ya, Pa.
Alasan mengapa dirinya memilih tinggal di kota Jakarta, karena di sana, di kota kelahirannya, ia pikir tidak akan ada lagi yang mengingat sosok ibunya setelah tergantikan dan Dafka takut karena kebaikan wanita itu akan membuat ia tidak lagi merindukan sosok ibunya. Sosok wanita yang sudah berjuang dengan bertaruh nyawa untuk membuat dirinya melihat dunia yang ternyata tidak semenyenangkan itu.
Diam-diam, Dafka selalu merindukan pelukan hangat yang tak bisa ia dapatkan lagi dari sosok ibunya.
Nyatanya, Dafka terluka, saat menyadari bahwa ia tidak pernah punya tempat untuk bersandar. Atau mungkin dirinya yang tidak ingin bersandar kepada sosok yang lain.
***
"Daf, Tan, sini aja."
Sejujurnya Dafka sedang tidak ingin bertemu dengan sepasang kekasih yang sudah menjalin hubungan sejak beberapa bulan memasuki jenjang perkuliahan itu—walaupun sebenarnya Dafka enggan menyebut kedua anak manusia itu sepasang kekasih—namun, sayangnya beberapa saat lalu salah satu dari mereka—sebut saja Jeffrey—meminta dirinya dan Tanu untuk bergabung di meja yang sama, padahal Dafka sudah berniat untuk berpura-pura tidak melihat keduanya begitu memasuki pintu masuk Kantin bersama Tanu, tetapi ternyata tentu saja sulit jika Jeffrey dan Giandra mengambil tempat duduk tidak jauh pintu masuk hingga membuatnya mudah terlihat.
Sedikit menyayangkan kepada mereka berada di satu gedung yang sama walaupun berbeda fakultas.
Jadi, tanpa bisa menolak, maka setelah ia memesan makanan serta minuman di kantin, kini Dafka maupun Tanu sudah mendudukkan bokongnya di kursi yang berhadapan dengan sepasang kekasih itu, tentunya dengan sebuah meja yang menjadi penghalang.
Dafka melirik makanannya tanpa nafsu, mood-nya yang memang sedang buruk kini menjadi bertambah buruk saja, menyadari kini ia harus berhadapan dengan Giandra dan yang berada di sampingnya selalu seorang Jeffrey Mahatma. Tidak juga berubah, sama seperti saat Dafka memusatkan atensinya kepada dua anak manusia itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD LIFE | DOYOUNG NCT
Roman pour Adolescents______________________________________________________ Sejak dulu, tidak ada yang berubah tentang bagaimana Dafka menatap Giandra. Perihal perasaannya yang masih juga tak tersampaikan kepada perempuan itu, dan perihal Giandra yang juga masih milik d...