Entah harus menyebutnya keberuntungan atau kesialan, karena selepas keluar dari kelas terakhirnya, Dafka melihat Jeffrey sudah menunggunya di depan kelas. Raut wajah lelaki itu yang semula tampak cemas seketika langsung sedikit cerah kembali begitu melihat kehadiran Dafka dan juga Tanu yang berdiri di samping cowok itu.
Maka dengan terburu-buru, Jeffrey menghampiri Dafka, menyampaikan maksudnya yang datang menemui teman semasa SMA-nya itu.
"Aduh, Daf, gue butuh bantuan lo dah, lo abis ini mau kemana? Sibuk nggak?."
Dafka yang masih ngebug karena baru saja terbebas dari kelas yang membuat otak panas itu, bertanya bingung.
"Bantuan apa, Jef?."
"Bisa nggak lo anterin Giandra balik? Gue nggak mau dia naik gojek, soalnya gue udah janji bakal anter dia balik tapi nyokap gue katanya masuk rumah sakit. Gue harus cepet-cepet nyusul."
Dafka yang mendengar alasan Jeffrey tanpa pikir dua kali langsung mengangguk cepat. "Gue bisa kok, lo ke rumah sakit aja sekarang, urusan nganter Giandra balik, biar urusan gue aja. Nyokap lo lebih penting, Jef."
"Thanks ya, bro. Gue titip Giandra, sorry banget ngerepotin lo mulu."
"Yoi, gpp, santai aja. Moga nyokap Lo cepet sembuh dan nggak kenapa-napa." balas Dafka lalu setelah itu Jeffrey pamit pergi setelah sekali lagi mengucapkan kata terima kasih kepada Dafka.
Kemudian deheman di sampingnya membuat Dafka yang semula menatap kepergian Jeffrey kini beralih menatap Tanu yang sepertinya sengaja berdeham seperti di buat-buat.
"Gii bisi kik, li ki rimih sikit iji sikiring, irisin ngintir giindri bilik, biir irisin gii iji. Nyikip li libih pinting."
Dafka yang paham jika Tanu sedang meledeknya langsung saja menempeleng kepala lelaki itu, sekalian membalas apa yang Yudha lakukan padanya di taman belakang kampus.
"Gue tulus ya, bantuin si Jepri."
"Tulus sekalian modus kali." Tanu tidak percaya, membuat Dafka menatapnya malas.
"Serah Lo, babi. Mending gue ke kelas Giandra sekarang." ujar Dafka yang memilih melangkah meninggalkan Tanu. Walaupun dalam hatinya membenarkan perkataan Tanu, bahwa ia juga akan sekalian modus.
"Satu jam lagi ada rapat bego." kata Tanu yang tiba-tiba saja teringat jika sekitar satu jam lagi akan ada rapat dengan anggota BEM lain.
Dafka meringis, benar juga, bisa-bisanya ia lupa padahal dirinya sendiri menjabat sebagai ketua. Ternyata seorang Giandra memang selalu bisa mengalihkan pikirannya dengan begitu mudah.
"Nanti gue balik lagi deh, semisal agak telat bilangin maaf ke yang lain." kata Dafka setelah berpikir beberapa saat, karena ia tidak akan pernah mau melewatkan sedikit saja kesempatan untuk setidaknya melakukan interaksi dengan Giandra tanpa ada seorang Jeffrey di dalamnya.
"Ya udah, buru-buru balik lagi lo." Dafka mengangguk, lalu segera bergegas meninggalkan Tanu untuk berjalan ke arah tempat fakultas Sastra Korea berada.
"Eh, Daf, emang lo tau sekarang si Giandra lagi di kelas apa?!."
Pertanyaan Tanu membuat Dafka yang sudah beberapa langkah menjauh, menghentikan langkahnya, berbalik ke arah temannya itu yang tengah menunggu jawaban darinya.
"Always." lalu berbalik kembali dan melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda. Membiarkan Tanu membalas jawabannya dengan gumaman pelan.
"Bucin tolol, pantesan gagal move on."
***
Setelah sekitar lima menit menunggu di depan kelas Giandra. Perempuan itu keluar dari kelasnya bersama seorang perempuan lain yang Dafka ketahui sebagai salah satu teman sefakultas Giandra. Berjalan keluar kelas seraya mengobrol yang dapat Dafka curi dengar bahwa keduanya sedang mengeluhkan Dosen yang mengajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD LIFE | DOYOUNG NCT
Teen Fiction______________________________________________________ Sejak dulu, tidak ada yang berubah tentang bagaimana Dafka menatap Giandra. Perihal perasaannya yang masih juga tak tersampaikan kepada perempuan itu, dan perihal Giandra yang juga masih milik d...