17+ (?)
Sejak Dafka memberhentikan mobilnya di basement apartemen lelaki itu, dan saat Dafka menarik paksa pergelangan tangannya membuat Giandra tidak dapat lagi berpikir dengan jernih, mencoba memberontak namun tenaga Dafka yang jelas lebih besar darinya membuat Giandra gagal melepaskan cengkraman Dafka yang mulai menyakiti pergelangan tangannya sehingga dapat di pastikan akan menimbulkan memar.
Apalagi keadaan lorong apartemen Dafka yang sepi membuat Giandra semakin ketakutan, apalagi Dafka hanya terus menatap ke depan, mengabaikan ucapan permintaan untuk melepaskan tangannya, hingga saat mereka tiba di depan pintu apartemen Dafka, di saat cowok itu tengah memasukkan password agar pintu terbuka membuat Giandra mengambil kesempatan melepaskan cengkraman Dafka pada pergelangan tangannya.
Giandra menatap Dafka nyalang "Lo apa-apaan sih, Daf!?." Jelas Giandra emosi, sikap Dafka beberapa saat lalu membuatnya tak mengerti, kemudian sebelah tangannya menggenggam pergelangan tangannya yang sempat di cengkram Dafka, terlihat sedikit memerah. Sementara Dafka sendiri justru malah terdiam, dengan memalingkan wajahnya ke samping, menolak menatap Giandra.
"Lo ini kenapa, Daf!? Aneh tau nggak!?."
"...gila." ucapan yang terdengar lebih pelan itu langsung membuat Dafka menatap ke arah Giandra, mengusak rambutnya kasar, di tambah tawa sumbang yang mengalun pelan.
"Iya, Gi, lo bener, gue gila." Pandangan Dafka berubah frustasi. "Gue gila karena lo, bangsat."
Perkataan itu langsung membuat Giandra menatap Dafka tak percaya, bangsat katanya?.
"L-lo kenapa sih?."
Dafka berdecih, tersenyum miring yang mana itu menimbulkan perasaan takut, yang langsung membuat Giandra berjalan mundur, bermaksud untuk memilih pergi, enggan meladeni sikap Dafka yang tiba-tiba berubah jadi menakutkan, Dafka yang sedang bersamanya ini seperti bukan Dafka yang biasa bersamanya. Dafka yang selalu tersenyum hangat sekarang justru tidak terlihat.
Namun, baru saja dua langkah kakinya berjalan mundur, lagi-lagi tangan Dafka lebih gesit kembali mencengkram pergelangan tangannya, lalu tanpa aba-aba menarik Giandra memasuki apartemennya, dengan sebelah tangannya yang membekap mulut Giandra saat menyadari mulut perempuan yang sedang dalam cengkramannya itu hendak berteriak yang bisa saja menarik perhatian dari tetangga samping kamar apartemennya.
***
"Gila, bajingan, brengsek.." makian itu seketika seolah membawa Dafka kembali pada kewarasannya. Sadar bahwa ia baru saja merusak kehidupan seorang perempuan yang kini tengah menangis disampingnya, menolehkan wajahnya ke arah Giandra dengan pandangan tak terbaca, mendapati sedikit luka sobek di sudut bibir perempuan itu, yang mana disebabkan oleh dirinya yang bak kesetanan menampar Giandra saat menolak perlakuan bejatnya yang telah selesai beberapa saat lalu.
"Gi.."
"Puas lo? Puas lo hancurin hidup gue, hah!? Iblis, gue benci sama lo. Ada salah apa gue sama lo?.. hiks.." Giandra menangis meraung, menutup wajahnya dengan kedua tangan, sementara lelaki itu hanya diam.
Dafka beranjak dari posisi berbaringnya, setelah beberapa saat lalu memakai celana pendek yang sebelumnya ia lepas, lalu perlahan mencoba menarik tangan Giandra agar tidak menutupi wajahnya. Namun sayangnya lebih dulu ditepis kasar, kemudian Giandra mencoba beranjak dari ranjang yang akan selalu menjadi kenangan buruk baginya, menutupi tubuhnya dengan selimut lalu mengumpulkan pakaiannya yang berserakan di lantai kamar Dafka, untuk kemudian memasuki ruangan yang ia duga kamar mandi yang berada di dalam kamar. Meninggalkan Dafka yang kini menatapnya dengan tatapan bersalah, frustasi bahkan mungkin menyesali perbuatan bodohnya, serta mengacak rambutnya frustasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD LIFE | DOYOUNG NCT
Teen Fiction______________________________________________________ Sejak dulu, tidak ada yang berubah tentang bagaimana Dafka menatap Giandra. Perihal perasaannya yang masih juga tak tersampaikan kepada perempuan itu, dan perihal Giandra yang juga masih milik d...