01. Denial

662 61 4
                                    

"Gue putus."

Bisa ditebak reaksi apa yang akan Dimas dapatkan.

Tapi begitu es jeruk meluncur dari mulut laki-laki di depannya, ia menyadari jika kabar darinya itu begitu mengejutkan keduanya.

Mario menyodorkan tisu pada Darrel kemudian bertanya, "Kenapa? Kok bisa?"

Beberapa menit yang lalu, Dimas baru saja memberikan saran karena Mario bertengkar dengan pacarnya.

Pemuda itu memang dianggap pakar cinta karena sarannya yang begitu tepat dan paling mengerti apa yang harus dilakukan dalam suatu hubungan. Jelas keduanya begitu heran.

"Nggak tau. Gue ngerasa, perasaan gue lenyap gitu aja."

Dimas sendiri tidak mengerti. Belakangan ini ia sudah melakukan segala cara, tapi semua berakhir sama.

"Kenalin cewek dong."

Darrel sudah bersiap untuk menyemburkan es jeruk dari mulutnya jika Mario tidak menahannya.

"Lo ada masalah apa? Dibanding gue yang sering ribut sama cewek gue, lo adem-adem aja kenapa bisa sampe putus gini?"

"Jangan bilang, lo selingkuh?" tuding Darrel.

"Ya enggak lah."

Jika sudah begini keduanya tidak tau lagi harus bagaimana.

Sikapnya yang tenang, berpikir jernih, dan melihat ke depan, seperti hilang dari Dimas untuk saat ini. Yang terlihat pemuda itu begitu frustasi entah karena apa.

"Tapi gue serius yang tadi. Kenalin gue cewek."

Batas kesabaran Darrel sudah di ambang batas. "Lo mau gue pukul?"

"Gue akuin lo emang pro masalah percintaan. Tapi kalo lo jadi fuckboy gini gue beneran kecewa, Dim."

Mario begitu menghormati Dimas sebagai pakar curhatnya, tapi jika berakhir begini, lain lagi ceritanya.

"Mar."

"Cewek bukan pelampiasan. Kalo lo butuh sesuatu buat distract pikiran lo, mending bantuin Darrel nyiapin pameran."

Darrel mengangguk, sangat setuju.

Alih-alih mengiyakan, Dimas sibuk mengemasi barang-barangnya untuk pulang. "Gue pamit."

Kepergiannya membuat Darrel tambah jengkel. "Pengen gue tonjok."

Dibanding Darrel, Mario memang lebih tenang. Dia tau Dimas tidak mungkin seperti ini tanpa sebab.

"Gue rasa, ada yang Dimas sembunyiin. Kita tunggu aja, nanti dia juga cerita sendiri."





***




Hari yang ditunggu-tunggu Darrel akhirnya tiba. Perjuangannya selama ini begitu membuahkan hasil.

Sebagai seorang teman yang dipaksa membantu, ada kebanggaan tersendiri bagi Dimas bisa melihat hasil karya yang dipamerkan.

Memang dirinya tidak begitu mengerti seni, berakhir hanya mondar-mandir selagi mengangguk kecil. Menikmati tanpa perlu ia mengerti seperti yang pernah Darrel ucapkan.

Mencoba untuk menjangkau seluruh gallery demi melihat berbagai karya seni yang ditunjukan. Kakinya melangkah perlahan melewati satu persatu lukisan yang memanjakan indera penglihatannya.

Berpuluh-puluh menit Dimas lewati. Begitu menikmati hingga akhirnya ia memutuskan untuk beristirahat sejenak setelah berkeliling.

"Sukses besar pameran kali ini."

Mendengar itu membuat Dimas mengangguk kecil. Benar, bahkan dirinya yang tidak tau apa-apa cukup menikmatinya.

"Love, dream, youth, regret." Kemudian ia terkekeh kecil. "Pasti punya Darrel."

Dimas cukup tertegun saat laki-laki disampingnya ini menebak dengan tepat, padahal tidak ada nama sang pembuatnya.

"It's really me."

"All of us I think?"

Keduanya tertawa.

"Bener sih. Tapi gue rasa, gue nggak akan menyesal sama apa yang gue lakuin."

Lagi-lagi dirinya dibuat tertegun. Baru pertamakali Dimas bertemu dengan seseorang yang begitu percaya diri dengan hidupnya hingga tak menyesali apapun.

"You sure? Penyesalan selalu datang belakangan."

"Buat apa disesali kalau udah kejadian? Apa bisa balik ke semula? Enggak kan?"

Kehabisan kata. Untuk ukuran strangers yang pernah berbicara dengannya, laki-laki ini begitu berbeda. Seperti ada keyakinan besar di setiap kalimatnya.

"Aduh maaf, jadi ngelantur kemana-mana."

"Gue agak setuju sama kata-kata lo. Menyesali apa yang udah terjadi, cuma bikin tambah pikiran."

Laki-laki itu tersenyum tipis, uluran tangan ia berikan. "Gue Yudha."

Agak kikuk sebelum Dimas menjabat uluran tangannya. "Dimas."

Dimas benar-benar tidak mengerti dengan dirinya. Seolah semua prasangka yang membuat dirinya merasa ada sesuatu sudah terjawab.

Tak menyangka perasaan aneh ini muncul. Perasaan yang ia rasakan saat tertarik dengan lawan jenisnya.

Tapi, saat ini yang ada dihadapannya laki-laki. Apa iya?

Apa iya dirinya tertarik dengan laki-laki?
















Starring,

Kim Doyoung as

Bang Yedam as

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bang Yedam as

Bang Yedam as

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
First Time Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang