Part 4

1.1K 74 0
                                    


Nia

Rey

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rey

Senin malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senin malam. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 10 dan Nia masih belum tidur. Lagu Beautiful Eyes milik Taylor Swift terdengar mengalun di dalam kamarnya melalui mini speaker, sedangkan ia telentang di ranjang sambil melamun memandang bias kerlap-kerlip lampu tumbler di langit-langit kamarnya.

Nia memejamkan mata dan membayangkan sepasang mata biru milik Chris yang selalu membuatnya merasa tenggelam. Ia tak dapat berhenti memikirkan lelaki itu, seringkali ia berkhayal mengusap wajah itu dengan telapak tangannya dan berhenti di bibirnya, memeluk tubuh yang menguarkan aroma maskulin yang memabukkan itu, sungguh semua yang ada pada diri lelaki itu begitu sempurna dimatanya dan ia tak menginginkan yang lain lagi selain Chris. Waktunya tersita hanya untuk memikirkan lelaki itu.

Tak berapa lama, tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu kamarnya. Nia berseru "masuk,"

Reynald, kakaknya membuka pintu. Ia masuk dan kemudian duduk di ranjang. "Kenapa belum tidur?"

"Belum mengantuk," sahut gadis itu. Lelaki itu ikut merebahkan tubuhnya dengan bersandar pada kepala ranjang.

"Besok aku akan pulang. Penerbangan pertama," tuturnya. Nia mengangguk, tak terasa sudah seminggu kakaknya berada dirumah dan waktu cutinya sudah habis. Kali ini ia harus kembali ke LA.

"Aku tahu. Aku akan merindukan kakak," Nia memeluk kakaknya dan merebahkan kepalanya di dada lelaki itu. Rey mengusap kepala adiknya dengan lembut.

Nia hanya diam memejamkan mata. Ia merasa sangat sedih saat tahu Rey akan pergi lagi. Ia tak dapat membendung air mata yang sudah menggenang dan membuatnya terisak.

"Hei, jangan menangis," ucapnya pada gadis itu. Reynald mengusap air mata di pipinya dan menepuk-nepuk bahunya. "Kakak akan pulang lagi nanti, kita pasti akan bertemu kembali."

Nia hanya diam. Ia tak mau berucap apa-apa, bicara hanya akan membuatnya semakin ingin menangis. Makanya ia lebih memilih diam dan memeluk kakaknya saja.

Setelah merasa agak tenang, Reynald berucap, "Kakak tahu kamu menyukainya." Mendengar itu Nia mendongak menatapnya dengan bingung. "Maksud kakak?"

Lelaki itu mendengus dan tersenyum jahil, "Chris."

Nia merasa tertangkap basah. Ia salah tingkah dan menutupi wajahnya dengan tangan karena benar-benar merasa malu. Melihat reaksi adiknya itu membuat Reynald tergelak.

"Kenapa mesti malu? Toh adikku juga sudah dewasa, sudah berubah menjadi seorang wanita yang cantik. Bukan anak kecil yang merengek-rengek minta dibelikan boneka barbie lagi," candanya yang langsung mendapat cubitan di perut. Ia mengerang kesakitan.

"Kakak tahu darimana?" Gerutu gadis itu dengan pipi yang merona merah.

"Dari saat pertama kali aku membawamu ke bengkelnya Chris, aku sudah merasakannya. Dan semua semakin jelas ketika di pernikahan Liam kemarin, setelah kalian berdua entah datang darimana. Aku tahu dari berseri-serinya wajahmu dan caramu menatapnya," jelas Reynald dengan telak. Kali ini Nia tahu tak ada gunanya lagi menyembunyikan perasaannya kepada Chris di hadapan Rey.

"Kak, apakah Chris pria yang baik?" Tanyanya. Ia ingin tahu seperti apa seorang Chris menurut pendapatnya.

Reynald mengerutkan kening, tampak memikirkan sesuatu. "Sebenarnya aku kenal Chris sudah sejak lama karena dia kakak oleh Liam. Tapi aku nggak pernah yang benar-benar akrab dengannya. Kami bertemu jika aku ke bengkelnya saja, karena itu tempat yang nyaman untuk aku, Rafael, dan teman-teman berkumpul." Jelasnya. "Tapi selama aku mengenalnya menurutku pribadi dia orang yang baik. Tak banyak bicara, dan selalu disibukkan dengan pekerjaan. Ia hanya sesekali ikut bergabung dengan kami."

Nia mengangguk-angguk. "Dan mmm... Apa dia punya pacar?"

"Tidak," geleng Reynald. "Semenjak istrinya meninggal, dia nggak pernah kelihatan bersama seorang perempuan,"

Mendengar itu Nia terkejut dan bangkit untuk menatap kakaknya, "dia punya istri?"

Lelaki itu mengangguk. "Dulu dia punya. Tapi tak lama usia pernikahan mereka, istrinya meninggal. Aku hanya diceritakan oleh Liam, dan saat kejadian itu aku juga sudah kuliah di LA."

Mendengar itu Nia tak bisa berkata apa-apa dan kembali merebahkan kepalanya. Ia masih shock dengan pernyataan Reynald barusan. Satu fakta lagi baru diketahuinya. Dan rasa kasihan seketika timbul dalam hatinya ketika tahu bahwa lelaki seperti Chris ternyata memiliki masa lalu yang pahit.

Setelah itu Nia tak berkata apa-apa lagi karena terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri sampai tanpa ia sadari ia terlelap oleh kantuk yang perlahan datang. Ia tidur memeluk Reynald, tetapi dengan isi kepala yang masih memikirkan Chris.

Adore You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang