Part 23 END

1.9K 83 0
                                    

5 TAHUN KEMUDIAN...

Seorang anak lelaki berusia lima tahun tampak berlari ke pantai, lalu ia menoleh ke belakang dan berteriak, "Papa, ayo cepat! Aku mau mendirikan istana pasir yang besar!"

Chris yang sedang membantu mengeluarkan barang-barang dari bagasi mobil menggeleng-gelengkan kepala, "ia terlalu bersemangat."

Nia yang ada di sampingnya terkikik geli, "sebaiknya cepat kau susul sebelum dia marah dan merengek."

Setelah meletakkan tikar dan sekeranjang berisi bekal makanan di pinggir pantai, Chris berlari menyusul Tristan dan membantunya. Nia duduk di atas tikar dan mengeluarkan bekal makanan yang mereka bawa.

"Mama, aku mau main air ya?" Tanya seorang anak kecil perempuan berusia tiga tahun dengan rambut dikuncir dua dan wajah yang menggemaskan yang sejak tadi duduk di pangkuannya. Nia memeluknya dengan gemas, "boleh, Louisa. Pakai baju pelampungmu dan minta temani ayah ya." Bocah itu tertawa senang dan berlari menghampiri mereka. Nia duduk di tikar memperhatikan suami dan anak-anaknya ketika ponselnya berdering.

Ia mengambil benda itu dari dalam tas dan mengangkat panggilan video call. Langsung terlihat wajah ayah dan ibu yang melambaikan tangan kepadanya, "Hai sayang!! Tebak kami lagi ada dimana?"

Kamera berubah menampilkan pemandangan laut dan pegunungan yang padat akan bangunan-bangunan putih, lalu kembali menampakkan wajah kedua orangtuanya, "kami di Santorini, Yunani!!"

Nia menutup mulut dan membelalak tak percaya, "oh my God!! That such an amazing place!! Huuu aku jadi iri!" Erangnya dengan raut wajah memelas.

"Kau harus ajak Chris kesini nak. Kalian harus berbulan madu sesekali," ucap ayah. Nia mengangguk, "kami akan mencari waktu untuk itu, yah."

"Mana cucu-cucu kesayanganku?" Tanya ibu dan Nia mengarahkan kamera kepada mereka yang sibuk di bibir pantai. Tiba-tiba si kecil Louisa datang ke arahnya sambil menangis, "Mama, Tristan tak mau meminjamkan mainannya padaku," lalu ia tersedu-sedu.

Nia segera menarik anak yang imut itu ke dalam pelukannya dan membujuknya, "sssh.. sayang jangan menangis. Lihat kakek dan nenek kangen padamu," lalu anak kecil itu sibuk meracau dan berbicara kepada mereka.

Setelah berbincang-bincang, ayah dan ibu ingin melanjutkan kembali perjalanan mereka dan harus mematikan video call. "Ingat untuk jangan terlalu lelah ya, Nia. Kau harus menjaga kandunganmu," ibu mewanti-wanti.

"Baik ibu. Aku janji akan baik-baik saja. Nikmati liburan kalian! Have fun!" Lalu ia mematikan telponnya.

Setelah itu sebuah pesan chat masuk yang berasal dari Laura. Nia membukanya dan terlihat sebuah foto wanita itu yang sedang berdiri di panggung dengan buket bunga di tangan, melambaikan tangan ke arah penonton, lalu terdapat satu foto lagi ketika Laura berdiri bergandengan tangan dengan Rey, kakaknya. Nia tersenyum bahagia.

Laura sekarang telah menjadi fashion designer seperti mamanya, ia memiliki butik dengan brand fashion dari merk-nya sendiri dan berhasil mengadakan peragaan busana dengan model-model yang memamerkan baju rancangannya, diantara salah satu model itu terdapat juga Michelle, yang telah dikontrak menjalin kerjasama untuk menjadi modelnya. Kepindahan perempuan itu ke Los Angeles membuatnya sering bertemu dengan Rey dan tampaknya... Mereka benar-benar menjalin sebuah hubungan. Terbukti dengan Rey yang selalu mendampingi perempuan itu di setiap acara. Nia begitu bahagia melihat mereka berdua yang tampak sedang kasmaran.

Nia meletakkan ponselnya dan kembali memandang suami dan anak-anaknya yang sibuk bermain pasir. Sehabis menikah, ia kembali ke New York bersama Chris. Ia kini mengelola minimarket milik ayahnya dengan mendirikan beberapa cabang lainnya di luar kota, juga berprofesi sampingan sebagai seorang penulis dan mengisi secara rutin suatu rubrik di harian surat kabar. Sedangkan Chris, masih dengan passion dan kesenangannya dengan otomotif, ia tetap menjadi seorang mekanik di workshop miliknua yang semakin besar, sekaligus mengelola beberapa vila milik ayahnya untuk disewakan kepada turis dan wisatawan. Yah, hidup terkadang memberikan perjalanan yang tak disangka-sangka.

Chris kembali sambil menggendong kedua anak mereka dan duduk di atas tikar. Lalu lelaki itu menunduk dan mencium perut Nia yang tengah membuncit karena janin 5 bulan yang sedang di kandungnya, ia mengelus perut wanita itu dan meletakkan kepalanya di sisinya, "hei, baby, sedang apa di dalam sana? Pasti kau tak sabar ingin bermain pasir juga kan?"

Nia terkikik karena usapan tangan Chris yang terasa geli. Chris mengecup kening wanita itu lalu sibuk melerai Tristan dan Louisa yang berebut biskuit, dan kali ini Tristan yang menangis nyaring. Chris membujuk mereka untuk menangkap kerang di pantai dan akhirnya mereka berdua berlarian mencari kerang.

"Ramai dengan suara tangis," ucap Nia dan Chris tertawa.

"Akan bertambah ramai dengan satu lagi yang disini," ia mengusap perut Nia, "atau mungkin kita harus menambah lebih banyak lagi."

"Kau serius?" Tanya Nia, "tampaknya kau benar-benar ingin memiliki banyak anak."

"Tentu, kenapa tidak?" Ucap Chris. "Tiga, lima, sepuluh. Aku selalu ingin memiliki anak yang banyak denganmu. Hari-hari kita akan selalu diisi dengan tangis dan tawa."

Nia tertawa dan menyandarkan kepalanya di bahu lelaki itu. Semua yang dimilikinya kini sudah lengkap dan sempurna, ia tak ingin menukarnya dengan apapun lagi di dunia ini. Bersama Chris disisi membuatnya berani menghadapi apapun. Ia pun menarik leher lelaki itu dan mengecupnya.





Adore You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang