Part 19

885 54 0
                                    

Untuk ke sekian kalinya, Nia kembali datang ke rumah Chris, mencari tahu jika lelaki itu ada di kediamannya. Tetapi pemandangan rumah itu tetap sama seperti terakhir kali ia datang. Kosong, jendela dan pintu terkunci rapat, dan tak ada mobil SUV lelaki itu terparkir di halaman depannya. Sama sekali tak terlihat pernah ada aktivitas. Nia duduk di tangga teras, memeluk kedua lututnya. Lama ia duduk menunggu kedatangan lelaki itu, tapi sampai hari beranjak malam, tak jua kunjung tiba yang ditunggunya..

Nia berdiri dan memutuskan untuk pulang. Ia menoleh untuk terakhir kali menatap rumah itu, lalu berjalan dengan langkah lesu. Untuk sekedar mencegat taksi pun ia tak memiliki gairah, alhasil ia hanya membiarkan berkali-kali taksi melewatinya. Ia berjalan dengan murung, dengan lelaki itu yang terus ada dalam benaknya.

Saat sudah cukup jauh ia berjalan, tiba-tiba terlihat sebuah mobil sedan berwarna hitam yang berhenti tepat di sampingnya. Nia tak menyadari sampai sang pengemudi turun dan memanggilnya, "Nia, kau mau kemana?"

Nia menoleh ke asal suara dan terkejut, "Liam?"

Liam menatapnya dengan heran, memperhatikan wajah perempuan itu yang terlihat memerah, "kau baik-baik saja? Kau berjalan melamun di tengah cuaca yang sangat dingin begini," ucap lelaki itu.

"Ayo masuklah, biar kuantarkan kau," Liam membukakan pintu mobil dan Nia pun masuk. Liam duduk mengemudi di sebelahnya.

"Kau habis dari mana?" Tanya lelaki itu.

"Aku dari rumah Chris."

"Oh ya? Lalu kenapa nggak minta antarkan dia pulang? Kenapa malah jalan kaki di cuaca dingin begini?"

Nia menoleh pada Liam, ia menduga lelaki itu belum mengetahui apa yang terjadi antara dirinya dan Chris.

"Sebenarnya... Sudah hampir dua bulan ini aku tak bertemu dengannya."

Liam menatapnya heran, "kenapa? Apa ada sesuatu yang terjadi?"

Nia menceritakan semua hal yang terjadi diantara mereka, Liam sampai harus meminggirkan mobilnya ke tepi jalan untuk meyakinkan apa yang ia dengar, "serius Chris berkata begitu padamu?"

Nia mengangguk dengan sisa isak tangis. Liam mengambil tisu dan mengulurkannya kepada perempuan itu.

"Liam, apakah benar yang dikatakan Chris? Atau dia seperti ini karena sudah memiliki wanita lain tanpa sepengetahuanku?"

Liam menggeleng, "itu tidak mungkin, Nia. Maksudku, aku tahu kakakku, dia bukan orang yang gemar berselingkuh ketika menjalin suatu hubungan," Liam tampak diam sejenak.

"Tetapi aku tahu Chris memang sulit membuka hati semenjak kematian Lily. Ia jadi tertutup dan lebih sering menyendiri, bahkan kepada kami, keluarganya sekalipun. Begitu terus selama bertahun-tahun. Dan aku cukup kaget saat tahu dia berpacaran denganmu, karena selama ini ia sangat sulit untuk mengenal wanita manapun. Kurasa, hanya kamu wanita yang berhasil membuka hatinya."

Nia menyeka hidungnya dengan tisu, "dan ternyata aku tak lebih besar dari bayang-bayang masa lalunya. Tampaknya aku tak cukup layak untuk memiliki tempat di hatinya."

Liam mengambil ponsel, mencoba menghubungi nomor telpon Chris tetapi hanya suara operator yang terdengar. Ia menekan tombol merah dan menghela napas, lalu menatap perempuan bermata sembap di sebelahnya.

"Aku akan mencoba mencari tahu dimana dia. Dan saat aku menemukannya, aku akan mengabarimu," ucap Liam.

Nia menggeleng, "tak perlu, Liam," ia menatap lelaki itu.

"Tak ada gunanya sekalipun aku berhasil bertemu dengannya. Ia sudah tak menginginkanku lagi. Aku tak berarti apa-apa lagi di matanya," ucapnya sendu. Liam tak tahu harus berkata apa, ia mengusap pelan bahu wanita itu. Setelah agak tenang, ia kembali menjalankan mobilnya.

Adore You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang