Unforeseen Circumstances
Disclaimer!
I'm using a bit of German language here, but no worries I'll translate it for you, so hope you guys still enjoy! <3
.
Song for this Chapter: Loving You – Seafret
××××××
11 Juni 2021
Sedari tadi perut Deeana mengeluarkan bunyi yang sungguh memalukan. Bagaimana tidak, saat ini dirinya tengah berdiri didepan kelas dan mempresentasikan hasil kerja yang telah ia buat dengan susah payah sampai-sampai ia kekurangan waktu untuk tidur. Dirinya bahkan melewatkan sarapan pagi ini dengan alasan 'kesiangan' detik itu juga Deeana menyesal karena ia sama sekali tidak menyentuh roti dan susu yang telah disiapkan ibundanya tadi pagi.
Shit laper, laper banget!!! Batinnya seperti berteriak.
"Oke beri applause dulu untuk Deeana dan Sheila, gut gemacht!" (kerja bagus) ujar pria paruh baya yang sedari tadi berdiri didepan kelas, beliau selaku dosen pengampu mata kuliah tata bahasa yang diambil oleh Deeana pada semester ini. Beruntungnya Deeana karena kelas tata bahasa kali ini merupakan kelas terakhirnya di hari Jumat.
"Next pertemuan kita bahas dua kelompok lagi, sehabis itu kita UTS ya. Materi UTS akan saya kirimkan via email. Danke für heute. Ich wünsche euch allen eine schönes Wochenende. Auf Wiedersehen." (Terima kasih untuk hari ini. Saya berharap Anda semua memiliki akhir pekan yang menyenangkan. Sampai jumpa lagi)
"AKHIRNYA!" teriak salah satu teman Deeana yang seketika membuat suasana riuh menjadi sedikit sunyi. Deeana tertawa kecil melihat kelakuan temannya itu. "Gila banget itu dosen, yang dipuji kelompok lo doang anjir, Dee. Emang lo keren banget sih, die Expertin (ahli) kalo soal Grammatik" ujar temannya lagi.
Deeana hanya membalas perkataan temannya itu dengan senyuman, karena dirinya tidak merasa seperti itu. Mata kuliah tata bahasa adalah mata kuliah tersulit bagi Deeana, melihat dirinya di puji oleh salah satu dosen killer di program studinya memang menjadi kebanggaan tersendiri, setidaknya mood Deeana sedikit naik karena ucapan dosen pengampunya beberapa menit yang lalu.
Deeana bergegas untuk merapikan barang-barang miliknya dan memasukkannya ke dalam tas kesayangan yang selalu ia kenakan hampir setiap hari jika ia berkuliah. Beberapa saat kemudian suara dering dari benda pipih yang masih terletak di meja memecahkan keheningan seluruh ruang kelas yang terbilang tidak cukup luas, pasalnya hanya dirinya yang saat ini masih tinggal disana.
"Halo? Masih didalem? Betah banget sih lo di ruang keramat. Kapan keluar? Udah lumutan nih gue." Suara lawan bicara Deeana terdengar sangat keras di kupingnya saat ini, ia memutar kedua bola matanya seraya menghela nafas secara kasar. Deeana menghiraukan orang disebrang sana yang mungkin sedang menunggu dirinya saat ini, dengan perlahan ia memutuskan untuk keluar dari kelas keramat itu, kemudian berjalan menyusuri lorong di gedung program studinya dan bergegas untuk segera pergi ke halte busway terdekat.
Dirinya memutuskan untuk sesegera mungkin pulang dan beristirahat dirumah. Deeana lelah hari ini, namun belum sampai ia ke halte busway, seorang pria yang sedari tadi menunggu Deeana dengan gerakan cepat berjalan ke arahnya "WOY DEEANA CANTIK!" serunya cukup kencang membuat beberapa orang menoleh ke arah mereka.
Sinting nih orang, batin Deeana berkata pelan.
Deeana memejamkan matanya dan menghela nafas, "Sombong banget sih lo, gue telfon juga, Dee. Diangkat doang tapi gak ada suaranya. Lo bisu sekarang?" ungkap pria setinggi 184 cm yang sekarang berada tepat di hadapan Deeana.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Met You When I Was 16
FanfictionPertemuan mereka terjadi saat Deeana berumur 16 tahun. Deeana tak menyadari bahwa lambat laun Nugraha menjadi orang yang sangat berpengaruh di hidupnya. Namun hubungan yang sudah lama, tidak menjamin akan bertahan lama juga kan? Seandainya Deeana ta...