Chapter 1

114 7 3
                                    

Doubt: The Beginning Of It All

Song for this Chapter: 505 – Arctic Monkeys

××××××

3 Oktober 2020

Dentingan bel yang berasal dari pintu masuk sebuah Café berbunyi dengan nyaring, hal itu sukses membuat pengunjung dan penjaga Café saat itu mengalihkan perhatian mereka, pertanda bagi sang penjaga Café kalau tempat mereka kedatangan seorang pembeli. Hal pertama yang terasa jelas saat memasuki Café bernama All Light adalah aroma kopi yang sangat nikmat dan suasana Café yang nyaman dengan ornamen indah melengkapi sekeliling Café membuat pria ini tersenyum kecil, sederhana namun indah.

"Halo! Selamat Sore, Mas Nunu! Kok tumben mas gak sama bininya?" Sapa sang barista dengan senyuman manisnya, membuat para pengunjung wanita di Café itu benar-benar tidak bisa mengalihkan pandangan mereka dari kedua pria tampan ini.

Ya, setiap kali Nugraha berkunjung ke Café sahabatnya itu pasti orang-orang akan menatapnya kagum bak seorang artis korea yang dipuja-puja, memang sih tampangnya tidak kalah dengan artis-artis korea yang digemari banyak orang itu, wajar saja jika orang-orang menatapnya dengan tatapan yang tak biasa menurut Nugraha.

"Lo baru nyampe ya? Kebiasaan deh lo, Bang... Ya gue tau si ini Café lo, tapi kasian kali Dhana sama Racka terus yang jagain Café, kenapa si lo ga--"
Belum selesai Nugraha menyampaikan pendapat yang dirasa sangat penting, MJ dengan cepat memotong omongannya.
"Berisik deh lo, Nu! Dateng dateng ngomel, pusing banget gue dengernya!" Balasnya dengan suara nyaring.

"Tau nih Bang Em kebangetan emang gue sama Racka jadi telat makan siang" sahut Dhana dengan raut wajah yang tidak bisa diungkapkan lagi, sedangkan Racka sudah terlihat seperti batu yang tak bernyawa (batu memang tak bernyawa). Racka hanya diam wajahnya lesu namun masih sempat menatap MJ dengan tatapan tajam, pria pemilik Café tersebut hanya bisa memperlihatkan senyumannya yang paling lebar.

"Maaf ya adik-adikku yang gantengnya tidak lebih daripada paras ku ini, terima kasih kalian sudah melayani pelanggan dengan baik hari ini, ntar gue kasih bonus deh! Kalo gitu sekarang kalian boleh makan. Gih sana buruan ntar kalo lo pada pingsan gue yg repot" ucap MJ, kemudian Dhana dan Racka bergegas keluar, berusaha menghirup udara segar, akhirnya mereka bisa istirahat pasalnya sudah dari jam 10 pagi mereka berada di Café dan keadaannya cukup ramai tadi, sekarang cacing-cacing diperut mereka sudah memberontak hebat.

"Bang Nunu! Kita cabut dulu ya bentar, jangan kangen!" Sahut Racka yang sedari tadi diam. Mereka memang sudah lama tidak bertemu dan sepertinya Racka merindukan Nugraha, wajar saja karena Racka sering sekali meledek Nugraha, sekedar berkata Bang Nunu tuh ganteng banget ya anjir dah!, setelahnya pasti Nugraha akan tertawa malu mendengar tuturan Racka. Seperti ucapan Racka barusan Nugraha hanya tertawa melihat tingkah laku adik-adiknya itu. Dasar orang aneh, batinnya berkata.

"Bener-bener deh lo Bang, asli... kayaknya udah seharusnya lo nambah staff gak sih, kasian Dhana sama Racka.. lagian ya Bang Café lo hampir tiap hari rame gini bukannya banyakin kek karyawannya" ucap Nugraha panjang lebar. Memang benar Café All Light hampir setiap hari ramai, namun pegawai di Café tersebut hanya ada dua orang, yaitu Dhana dan Racka. Ditambah dengan MJ sang pemilik Café, namun MJ sering kali terlambat saat berkunjung ke Café, jika adik-adiknya menegur ia akan berkata Lah kan ni Café punya gue, ya memang benar sih, tidak salah MJ berkata seperti itu. 

Sebenarnya bukan MJ tak mau memperkerjakan orang baru bahkan untuk sekedar menjadi paruh waktu di Café miliknya, tapi hal itu karena ia takut kalau orang tersebut tidak bisa dipercaya, semacam trust issues, karena memang MJ bukan orang yang mudah mempercayai orang baru. Menurutnya hanya Dhana dan Racka lah yang bisa ia percaya untuk mengurus Café, terlebih lagi mereka berdua seorang mahasiswa yang membutuhkan uang jajan tambahan. Sebenarnya Nugraha dan Biantara jika tidak sibuk akan membantu MJ untuk mengurus Café miliknya itu. Namun karena saat ini proyek kuliah Nugraha dan Biantara pada semester ini cukup banyak, maka sulit untuk mereka membagi waktu antara bekerja dan kuliah.

I Met You When I Was 16Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang