⊱ ──────⊰13⊱────── ⊰

36 12 2
                                    

-- Mohon di ingat typo bertebaran dimana-mana mohon di maklumi walau merusak suasana saat membaca, terima kasih --
[author mimilynnris]























[YAMAGUCHI'S POV]

Mataku mengerjap ketika Natsu menembak bahuku. Tubuhku seketika terasa membeku dan darah terus mengalir, bahkan aku melihat dengan jelas bahwa Kenma-san juga tertembak. Aku mencoba meminta tolong pada paman Hendry, tapi dia seolah-olah tidak peduli dan menyeret ku ke dalam sebuah mobil hitam mewah. Tubuhku dimasukkan ke dalam mobil itu, terlihat Kenma-san merintih karena bahunya juga tertembak. Dimana saat itu aku dan Kenma-san mencoba untuk melarikan diri, namun hasilnya gagal karena kepala kami sudah sangat pusing.

Kenma-san pingsan tetap di sampingku, aku menangis dan berteriak meminta tolong pada siapapun termasuk pada Hinata. Di balik jendela aku bisa melihat Natsu yang akan menembak Hinata, tentu aku memintanya untuk berhenti, dan juga membuat kegaduhan. Di situ aku bisa melihat bahwa sebenarnya Natsu menangis setelah menembak Hinata, dan yang membuatku tidak percaya adalah aku melihat Kageyama dan juga Tsukishima yang berlari mengejar Natsu.

Aku sudah tidak bisa berteriak lagi, tubuhku lemas dengan darah yang terus mengalir. Aku hanya bisa menangis ketika melihat Hinata yang dimasukkan oleh paman Rion. Terlihat dua luka tembakan tepat di bahu dan juga kepalanya, tapi aku bisa melihat Hinata masih bernafas.

"Paman lepaskan kami. Apa salah kami?" Ujar ku meminta tolong pada paman Rion.

Paman Rion hanya diam saja, dia tidak berkata sepatah katapun, namun aku bisa melihat kesedihan yang terpancar dari sorot matanya. Dia menutup kembali pintu mobil itu, dan seseorang pun masuk ke ruang kemudi. Sion membawa mobil ini entah kemana, dan aku sudah pasrah dan percaya bahwa aku akan mati bersama dengan Kenma-san dan juga Hinata.


















{.⋅ ♫ ⋅.}


















"Hei, bangun."

Samar-samar aku mendengar suara seseorang yang aku kenal, hingga aku mencoba untuk membuka mataku perlahan untuk melihat siapa yang baru saja memanggilku. Aku terdiam sesaat ketika melihatnya, air mataku tidak terbendung ketika aku melihat seorang lelaki yang sangat cantik dengan penjepit bunga sakura yang menempel indah di rambutnya, dia Akaashi-san.

Aku langsung memeluknya, aku tidak percaya dengan apa yang aku lihat saat ini. Akaashi-san juga membalas pelukanku, disitu aku langsung mengeluarkan semua yang aku simpan, mulai dari rasa takut dan sedih ketika mendengar kabar bahwa ia telah meninggal. Sedangkan Akaashi-san seperti diam saja mendengarkan bahkan mengusap rambutku layaknya seorang ibu.

"Kamu suka salju kan Yamaguchi?" Aku mengangguk untuk menjawab pertanyaannya.

Akaashi-san menjentikkan jarinya, dan seketika ruangan putih ini berubah. Perlahan aku melihat salju turun, dan Akaashi-san memasangkan syal rajut berwarna merah yang ternyata adalah pemberian dari Tsukishima tahun lalu. Aku awalnya bingung bagaimana Akaashi-san mendapatkan syal ini, namun semua terjawab ketika dia mengajakku untuk membuat boneka salju.

Semua sangat menyenangkan, dimana Akaashi-san membiarkanku untuk bercerita. Aku bercerita banyak hal padanya termasuk tentang betapa sedihnya Sugawara-san atas kepergiannya, dan juga betapa hancurnya hati Hinata ketika tau bahwa Akaashi-san bisa seperti ini karena ulah pamannya. Akaashi-san hanya tersenyum lalu menceritakan banyak hal, sampai dia menceritakan sesuatu hal tentang Natsu.

"Sebenarnya bukan Natsu yang membawamu kesini." Ketusnya sembari tersenyum.

"Apa maksudmu Akaashi-san?" Tanyaku tidak percaya.

SUMMER RAIN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang