"Kau tidak papa?," Tanya Saarah sedikit cemas melihat tangan Najma yang gemetar.
"Kenapa Justine tidak masuk hari ini? Lucas juga menghilang sejak pagi," Bukannya menjawab Najma malah balik bertanya membuat Chandra yang duduk di kursi depan melihat ke kaca spion atas.
"Ah iya, kau pasti kesepian di kelas, maaf tadi tidak ke kelasmu----,"
"Justine kemana?," Tanya Najma lagi membuat Saarah tercengang sebentar.
Lebih tercengang lagi, jantung Saarah mencelos saat tiba tiba Chandra yang duduk dikursi depan pindah kebelakang dan duduk diantara Najma dan Saarah. Bahkan Robert pun sempat kehilangan fokus yang mengakibatkan mobil yaris putih itu oleng sejenak.
"Menyetir dengan benar, kau mau kita mati sore ini?," Tanya Chandra dingin membuat Robert segera meminta maaf dan mulai mengambil fokus lebih untuk menyetir. "Pakai ini, jangan sampai kau melukai Saarah hanya karena Justine,"
Najma menerima sapu tangan dan kaca mata hitam yang diberikan Chandra.
"Justine dan Lucas harus menemani ayah ke pertemuan bisnis, dia hanya berpesan akan langsung menemui di rumah pohon seperti biasa setelah sampai."
Mendengar penjelasan Chandra, Najma meliriknya sekilas lantas mulai bersedekap sembari mengendalikan emosinya.
"Kau akan terus menatapku seperti ini?," Tanya Chandra pada Saarah yang masih tercengang menatapnya. "Berhenti menatapku begitu, aku tidak akan melakukan apapun, aku mau tidur, bangunkan jika sudah sampai," Beritahu Chandra lantas mulai terpejam.
Gila, mereka berdua sudah gila, semoga perjalanan ke rumah tidak memakan waktu lama, Saarah memohon dalam hati.
***
Ia mulai menikmati angin malam yang membelai rambut hitam indahnya yang tergerai. Jemari indahnya bergerak perlahan bermain main dengan hijau yang dihasilkan desir angin. Sesekali ia tersenyum bahkan tertawa saat warn warna itu mulai nakal menyerang ujung jemarinya. Lagi, pandangannya terpaku pada liontine setengah love di tangan kirinya. Semakin hari, ia semakin ingin mencari tahu tentang liontine itu. kenapa liontine itu ada di tangannya, kenapa ia tidak pernah bisa meninggalkan liontine itu, kenapa ia tidak pernah terusik dengan adanya liontine itu.
SRETTTTT
Sampai yaris hitam itu tiba dan mulai memasuki halaman rumah keluarga Prasetya, Ia bergegas untuk turun dari rumah pohon. Dengan sumringah ia menuruni anak tangga rumah pohon. Senyum indah itu terukir diwajahnya melihat seseorang dengan jas hitam keluar dari yaris hitam itu. Meskipun ia yakin, dia akan datang menemuinya, tapi entah kenapa ia ingin menghampirinya. Ia hendak mengenalkan alas kakinya untuk menghampiri ia yang ditunggunya sejak sore tadi.
Tidak, ia tidak jadi mengenakan alas kaki. Seseorang yang ditunggunya sejak tadi malah melenggang masuk menuju pintu utama. Langkahnya terhenti untuk menghampiri. Ia hendak kembali naik ke rumah pohon, mungkin ia memang hendak menemuinya nanti. Tapi ia kembali menatap kesibukan di depan pintu utama saat salah satu bodyguard menahannya untuk masuk dan yah, pemandangan itu membuat ia mengepalkan kedua tangannya. Ia memejam saat satu pukulan berhasil menghantam pipi kiri bodyguard itu sampai tersungkur ke lantai.
"Hai?," Sapaan itu berhasil membuatnya membuka mata, tapi tentu ia langsung mengalihkan pandangannya. "Sedang apa disini? ayo masuk,"
"Lucas pergi! menjauh dariku," Titahnya bergerak mundur menjauhi Lucas yang hendak meraih tangannya.
"Najma kau... kenapa?,"
"KUBILANG MENJAUH," Ia mendorong Lucas dengan kuat dan berlari sekencang mungkin ke halaman belakang membuat Lucas reflek mengejarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Symphony - END
FantasyTidak semua yang terlihat baik adalah baik. Tidak semua yang terlihat buruk adalah buruk. Ini bukan sebuah kisah tentang romansa lama ataupun kisah pertempuran dua dunia. Ini adalah kisah tentang bagaimana kelima remaja di Keluarga Prasetya bertahan...