Mozaik 26

24 4 0
                                    

Seorang buttler datang membawakan sebotol anggur merah istimewa favoritnya. Suasana hening dan hanya tersisa suara denting garpu dan pisau. Ia begitu menikmati hidangan mewah diatas meja panjang itu seorang diri. Gaun merahnya yang menyala menjuntai menyentuh lantai dengan high heels senada yang memberikan kesan elegan dan pemberani pada dirinya.

Ia mengangkat gelas minumnya dengan anggun yang mengakibatkan buttler dengan botol anggur itu bergegas maju dan menuangkan anggur merah itu ke dalam gelas. 

PYARRR

Ia bergegas melempar gelas ditangannya saat anggur merah itu entah disengaja atau malah mengenai tangan sang tuan. Buttler dengan setelan jas hitam itupun segera berlutut memohon ampun menyentuh kaki sang tuan.

TAKKK

"Kurang ajar," Bentaknya mendorong buttler itu dengan ujung high heels nya.

"Ampun nyonya, saya benar benar tidak senga---,"

"Tutup mulutmu!," Titahnya merebut botol anggur merah itu dari tangan sang buttler dan bersiap untuk menyiram buttler itu dengan anggurnya. "Satu tetes saja yang mengenai tangan indahku, maka aku harus membalasmu dengan satu botol ini ATAU MUNGKIN BAHKAN LEBIH DARI INI BOD--,"

"HENTIKAN!!,"

Teriakan itu membuatnya urung untuk melakukan aksinya.

"Malu rasanya melakukan hal itu di negara ibuku yang penuh hormat," Ujarnya mulai menurui anak tangga. 

"Kembali ke kamarmu Anan!,"

"Siapa kau berani memerintahku?," Tanyanya tanpa rasa takut sedikitpun. 

"Jangan kurang ajar, aku ibumu," ia menggenggam erat botol anggur merah itu sembari mengucapkan sebuah peringatan. 

"Ibu? Ah, benar. Kau belum sadar rupanya," Ia berlagak seakan baru saja mengetahui sesuatu. "Harusnya kau sadar, KAU HANYALAH BUDAK AYAH, PAHAM?," Teriaknya tepat dihadapah wanita itu.

Pertanyaan itu membuatnya geram hingga ia reflek menganggkat tangannya hendak menampar Anan. Tapi tenaganya kalah dibandingkan dengan Anan. Ia meringis kesakitan setelah ditepis kasar oleh Anan.

"Kembali ke tempat kalian masing masing, tidak ada yang perlu berhenti bekerja disini ataupun mengundurkan diri, kalau ada yang harus pergi, maka wanita ini adalah satu satunya orang yang harus angkat kaki dari rumah ibuku yang terhormat," Jelasnya lantas pergi dari sana kembali menaiki tangga menuju kamarnya.

"AWAS KAU ANAN!," Teriak wanita itu kalap dengan emosinya sendiri.

"Bodoh!," maki Anan tanpa menghentikan langkahnya menaiki tangga.

***

"Siapa yang bodoh sekarang?,"

Pertanyaan itu membuatnya berdecak dan menoleh kebelakang mencari sumber suara.

"Aku tidak ingin berdebat lagi," Beritahunya pasrah kembali memandangi pedang anggar di tangannya.

"Kau benar benar menunjukkannya?," Tanyanya lagi sembari duduk dengan santai di sebelah kanannya.

"Terserahlah, aku bahkan tidak akan terkejut jika tiba tiba ada peluru menembus dadaku--,"

"DORR," 

"SH*T," kagetnya memegang dada.

"Sungguh tidak akan kaget?," Tanya seorang gadis yang tiba tiba muncul dengan nada mengejek lantas duduk di sisi kirinya.

Ia hanya menghela napas berat lalu kembali memandangi pedang anggar di tangannya.

Story Of Symphony - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang