"Aku tidak bisa diam disini, jangan katakan apapun pada Vader," Justine beranjak dari kasur membuat Chandra ikut berdiri dari meja belajarnya menyergab lengan Justine.
"Diam disini, Dave. Najma lebih tahu cara bertahan hidup di luar sana dari pada kita," Jelas Chandra mengingatkan, menatap Justine dengan tatapan tajamnya.
Justine menggeram tertahan. Ia juga masih merasakan pusing di kepalanya. Chandra benar soal Najma lebih tahu cara bertahan hidup di luar sana, tapi Justine tidak bisa mengontrol dirinya untuk tidak khawatir dengan bagaimana keadaan Najma sekarang.
"Kembali ke tempat tidur, Dave. Kepalamu masig belum baik baik saja," Titah Chandra bersungguh sungguh dengan kalimatnya.
Perdebatan itu hanpir selesai hingga suara bising di lantai dasar membuat keduanya saling tatap. Tidak perlu instruksi apapun, keduanya keluar dari kamar menuju tangga. Tiba di ujung tangga pergerakan keduanya untuk turun terhenti melihat siapa yang ada di pintu utama.
"NAJMA?!," Panggil Justine berlari menuruni tangga dengan cepat.
Lucas yang sedari tadi menggenggam erat tangan Najma melepaskan genggamannya memberikan Najma kesempatan untuk menemui Justine. Tapi alih alih melakukannya, Najma diam ditempat, mdnelan ludah menatap sekeliling merasa terintimidasi. Justine yang semakin dekat dengan Najma segera merentangkan tangannya lantas meraih tubuh Najma. Tepat saat Justine antusias memeluk Najma hingga tubuh Najma sedikit terangkat, semua bodyguard yang berjaga mengacungkan pistol mereka ke arah Najma.
Tidak bisa dipungkiri, alih alih menghiraukan pada bodyguard yang menodongkan pistol ke arahnya, Najma membalas pelukan erat Justine yang sepertinya sudah sangat mencemaskannya. Najma bahkan baru sadar, kepala Justine dililit perban putih. Dengan luka dibagian belakang kepalanya.
"Apa yang kalian lakukan?," Lucas berseru menyapu landang dengan tatapan tajamnya ke seluruh bodyguard yang menodongkan senjata itu.
Justine melepas pelukannya, menggenggam tangan Najma ikut menyapu pandang ke sekeliling. Wajah yang sumringah atas kedatangan Najma berubah masam seketika.
"Turunkan senjata kalian, sialan!," Justine menggeram kesal dengan pemandangan di sekelilingnya.
"Maaf tuan muda, tuan Valent memerintahkan kami untuk—,"
"Rumah ini milik Papaku, katakan sekali lagi kalian mengikuti perintah siapa?," Kali ini Chandra yang bersuara diujung tangga lantai 2 membuat para bodyguard saling tatap dengan rekan sebelah mereka. "Turunkan senjata kalian!,"
Kalah telak. Mereka tidak punya argumen apapun untuk membantah Chandra yang mulai menuruni tangga. Perlahan satu persatu mulai menurunkan pistol itu.
"Maaf membuatmu takut," Ujar Chandra saat sudah tiba di hadapan Najma. "Aku tidak tahu keadaan di rumah sampai pagi ini,"
"Kau baik baik saja?," Najma bertanya cemas mengingat Chandra terkapar semalam.
"Luka yang sama," Chandra menyingkap dada kanannya menunjukkan luka itu dengan santai. "Nanti kuberi tahu saat meradang, kau baru bisa mengobatinya kan?,"
Najma mengangguk paham. Tangannya masih gelisah menggenggam erat tangan Justine. Justine kembali berbalik menghadap Najma dan memberikan senyuman yang meneduhkan padanya.
"Kepalamu baik baik saja?," Tanya Najma pada Justine dengan mata yang sudah nanar sejak tadi.
"Ini jauh lebih baik dari pada luka Chandra, Ma. Aku benar benar baik baik saja," Justine juga menjawab santai kembali tersenyum.
"Bagaimana dengan Jauhar dan Saarah?," Tanya Najma lagi, ia benar benar memastikan semuanya aman.
"Percaya tidak percaya, Jauhar yang membereskan kekacauan kemarin. Aku bahkan sempat mengejeknya tuan muda di rumah ini," Giliran Chandra yang menjawab, dia yang masih sadar hingga kekacauan selesai sembari bertahan dengan luka bakar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Symphony - END
FantasyTidak semua yang terlihat baik adalah baik. Tidak semua yang terlihat buruk adalah buruk. Ini bukan sebuah kisah tentang romansa lama ataupun kisah pertempuran dua dunia. Ini adalah kisah tentang bagaimana kelima remaja di Keluarga Prasetya bertahan...