Baru akan membuka pintu, ternyata dari dalam sudah ada yang membuka pintu nya. Lili, mama Cila.
"Ma, tadi itu.."
"Masuk kamu! saya ga nerima apapun alasan kamu " ucap Lili dengan nada datar namun penuh ancaman.
Dengan raut wajah datar, Cila tidak lagi menjawab perintah mama nya. Ia hanya diam, lalu Lili menyeret tangan Cila menuju kamar Cila.
Lili menyeret dengan sedikit paksaan dan berlari kecil, lalu mengunci pintu kamar Cila.
BRAKK!!
CEKLIK
"Maa, maafin Cila maa. Cila belum makan mama, Cila laper maa" mohon nya.
"Saya ga peduli, dan saya juga lagi gak mau ngotorin tangan buat nyiksa anak lemah kayak kamu. Saya cuman mau kasih tau kalo, saya sudah cerai sama papa mu yang kurang ajar itu" setelah itu Lili segera membuka pintu yang terkunci, lalu meninggalkan kamar Cila.
DEG!
Cila? Sudah pasti hatinya amat sangat berantakan mendengar hal tersebut. Ia tidak mempercayai ini, tolong yakin kan ia kalau mama nya hanya bercanda. Mama nya berbohong.
Air mata nya menetes, tidak mungkin Cila tidak hancur mengetahui keluarga nya bercerai seperti ini. Hati nya sangat kacau, pikiran nya penuh dengan segala ketakutan. Tolong, Cila sedang tidak baik-baik saja.
Dengan langkah gontai dan air mata yang terus berderai dengan wajah tanpa ekspresi, Cila berjalan menuju kamar mandi setidaknya untuk membersihkan badannya dahulu.
Setelah itu, ia melihat ke arah kaca. Memperhatikan diri nya, tak terhitung lama nya ia mengabaikan dirinya sendiri.
Ia amati, mata yang sembab dan menghitam. Bibir yang pucat dan kering, juga wajah yang sama sekali tidak memiliki binar keceriaan. Berbeda, terlihat sangat berbeda dengan topeng yang ia pakai biasanya.
"Ma, pa. Mau hancurin Cila kayak gimana lagi? Kalian belum puas ngebuat buah hati kalian ini sakit?" lirih nya.
=======
Hari sudah malam, senja pada langit sudah menghilang di gantikan dengan gelap nya malam dengan bintang dan bulan.
Cila, berada di balkon kamar nya. Melihat pada langit malam yang terlihat indah dan menawan. Tapi tidak dengan suasana hati gadis yang sedang melihat langit tersebut. Ia merasa patah, seperti kepompong yang tidak memiliki teman. Seperti bunga dandelion yang memang rapuh, rusak tertiup angin kencang.
PRANG!!
"Aku ga peduli mau kamu menikah lagi apa engga!!" samar terdengar teriak Lili, dari bawah.
Cila keluar dari kamar nya untuk mendengar lebih jelas apa yang mereka bicarakan, atau ributkan? Tanpa memperlihatkan diri.
"Saya nggak pernah membahas itu Lili!! Bahkan saya nggak tau apa kesalahan saya!! Kenapa kamu tiba-tiba cerain saya kayak gini Lili!!" murka Alfan.
"Ya kamu gapernah ada waktu!! Kamu keluar kota terus betah banget, selingkuh ya?" tuduh Lili.
"Kamu apa apaan Lili!! Saya hanya memperjuangkan kamu dan Cila dan membiayai kalian!! Untuk kasih sayang, maaf saya kurang bisa kasih kalian waktu dengan saya! Tapi asal kamu tau Lili, saya sama sekali nggak selingkuh!! Saya juga capek. Kalau kamu mau cerai, oke kita cerai! Saya nggak akan ganggu kamu lagi Lili!!" putus Alfan.
Cila jatuh terduduk, air matanya tidak berhenti menetes sedari tadi. Keluarga nya benar-benar hancur. Karena ke egoisan orang tuanya, dan mereka tak sadar jika yang lebih hancur adalah Cila.
Cila berlari kembali ke kamar kemudian mengunci nya dan memulai hal yang ia sendiri benci, namun pelampiasan fisik yang ter enak menurutnya adalah itu, Barcode.
Sayatan-sayatan itu adalah bentuk luka Cila, tidak akan pernah bisa sama. Tapi ia hanya ingin membuat ilustrasi nyata dari luka batin nya. Cila lelah, tentu saja.
Kemudian, Cila membuka buku favoritnya. Tentang segala hal rumit yang dia per rumit di buku itu.
Pada lembar ke 27 pada buku itu. Ada sebuah tulisan yang mungkin hanya Cila yang tau. Kemudian ia membaca nya kembali.
Kemudian ia menambahkan lagi, di bawahnya.
‘Dan jika tidak ada kepedulian sedikit pun dia akan mati bersama sayapnya’======
HALOO, AKU CMBCK HIHIW
BARU BISA UPDATE, YA WALAUPUN GDA YG PEDULI DAN TAU HEHE. GAPAPA BANGET SI.Makasih udah baca💗
Next...
KAMU SEDANG MEMBACA
NathanCila
Truyện Ngắn"Mungkin ada waktu di mana kita ngerasa bener-bener lemah sampe pengen nyerah aja ga mau lagi berusaha karena semua terasa percuma." -Alesha Cila Anandyra "Percayalah kalo saat-saat sulit itu nggak ada untuk seterusnya" -Nathan Albiru Cakrawala Nath...