Sepulang sekolah mereka singgah ke perpustakaan Kota. Seperti belum cukup waktu pelatihan 2 jam tadi serta setengah hari bersekolah, kini waktu makan siang dan beristirahat di rumah pun mereka habiskan dengan belajar.
Mira berkeliling mencari buku-buku manarik di setiap rak. Sedangkan Batara masih asyik menyalin tugas Biologi Mira. Bukannya Batara sudah berjanji akan melakukan apa saja buat Mira? Termasuk mengerjakan tugasnya.
Handphone Mira tergeletak tak jauh dari sang kekasih. Batara menoleh saat handphone itu beberapa kali bergetar menampilkan sebuah pesan dari seseorang. Batara membaca siapa
pengirimnya. Tidak terlalu penting buatnya dan tak harus ia baca privasi pacarnya namun satu hal menarik perhatian Batara.
Dengan seksama Batara menatap gambar lockscreen handphone sang kekasih. Batara sedikit terkejut juga bingung harus berekspresi seperti apa? Apakah Ia harus bersedih? Cemburu? Marah? Atau diam saja?
Foto full seluruh badan seorang pemuda yang masih amat Batara ingat. Paras Hanafi. Mantan pacar gadisnya. Mengapa foto itu masih menjadi lockscreen handphone Mira? Pikir Batara.
Saat ini Mira sudah punya kekasih baru, paitu dirinya. Lantas mengapa bukan fotonya?
Batara masih menatap lamat-lamat foto di lockscreen gadisnya itu. Batara cemburu namun ikut sedih dan prihatin pada gadisnya.
Sesusah itu memang melupakan orang yang pernah ada di dalam hidup kita, apalagi dia pergi bukan karena sebuah kesalahan tapi karena sebuah hal yang orang sebut takdir.
Dengan wajah ceria sambil bersenandung pelan Mira datang kembali ke bangkunya di depan Batara sambil membawa dua Buku Fisika dan satu buku Ensiklopedia.
Wajah Mira berubah saat mengetahui apa yang tengah ditatap sang pacar. Buru-buru Mira meraih ponselnya.
"Emm-Bat". Mira bingung harus ngomong apa.
"Gue faham kok". Jawab Batara singkat.
Wajahnya tersenyum kecut menertawakan nasib dirinya dalam hati. Harus sampai kapan la begini? Terus berusaha membuat Mira mencintainya sepenuh hati tanpa harus dibagi dengan sebuah kenangan lama.
"Aku ga bermaksud nyakitin kamu. Maafin aku".
"Gapapa Mira, lo berhak kok mengenang Ka Paras. Gue ga bisa larang itu ke lo".
"Tapi ada baiknya aku harus berani melangkah maju".
Batara menatap intens mata kekasihnya itu. Maksudnya apa? Alis Batara sedikit terangkat.
"Aku kan sekarang udah punya kamu. Harusnya aku membiasakan diri menggantikan apapun yang terkait Paras dengan kamu Bat. Misalnya lockscreen ini. Seharusnya aku memasang fotomu".
KAMU SEDANG MEMBACA
SAMIRA
JugendliteraturPerihal luka yang saling mencoba lupa. "Maaf sudah hadir walau ga sampe akhir" -Batara Bima Sanjaya "Aku benci masa lalu bukan saat semesta menyuruhnya pergi tapi saat dia sendiri yang memutuskan berhenti' -Samira Luthfiya "Sedang aku akan selamany...