Hari senin yang menyebalkan seperti senin-senin lalu. Namun tetap Mira akan melangkah dengan riang menuju sekolahnya. Sekolah tercintanya. Lagi pula Ia memang gadis periang.
Matahari sudah bersinar lembut dan sedikit terik namun amanat pembina upacara belum juga kelar. Para murid sudah berseri sebal.
Padahal pagi tadi Samira sudah sarapan namun entah mengapa terik matahari pagi ini berhasil membuat kepalanya pusing. Entahlah, Ia berharap Bapak pembina upacara itu segera menyelesailan teks nya.
Namun, tepat pada saat pembina mengucapkan kalimat penutupnya Mira sudah lebih dulu pingsan.
Seisi kelas XII IPA 2 berseru panik, juga beberapa siswa dari kelas tetangga.
"Mira!". Seru Rico yang berada tepat di samping gadis itu.
Karena panik Rico buru-buru ingin menggendong Mira membawanya ke UKS, namun secepat kilat Batara yang ada di barisan belakang maju ke depan hendak melihat kondisi pacarnya.
"Eh gue aja". Seru Batara dan langsung membopong tubuh gadisnya menuju UKS.
Anggi dan yang lainnya merasa sangat khawatir namun upacara belum selesai mereka tidak bisa meninggalkan lapangan sesuka hati.
Batara dengan telaten mengoleskan minyak kayu putih di hidung Mira. Meminta siswa-siswi Ekskul kesehatan sekolah yang ada di UKS itu membawakan air hangat buat Samira.
"Mir bangun Mir.. Lo belum sarapan ya?".
Saat Batara tengah panik dengan kondisi Mira, dari bilik di sebelah Mira yang terpisah oleh pembatas tirai muncul seorang gadis yang amat Batara kenal.
"Eh? Lo ngapain disini Dan?". Tanya Batara.
"Ah gue lagi ga enak badan aja pusing-pusing gitu lah jadinya gue males upacara".
"Oh gitu".
Salah seorang siswi yang bertugas jaga datang mambawakan segelas air hangat.
"Ini kak air nya".
"Thanks ya".
Batara masih menaruh minyak kayu putih di hidung Samira agar gadisnya segera siuman.
Beberapa detik setelahnya, perlahan-lahan Mira membuka matanya. Entah apa yang sudah terjadi Ia kini tengah melihat wajah khawatir Batara dan gadis di sebelah Batara yang tersenyum ramah, Danisha.
"Mira, lo udah sadar?".
"Lo ga sarapan ya tadi pagi?". Batara mulai cerewet.
"Beneran aku tadi pagi sarapan kok".
"Lo pucat banget". Sahut Danisha.
"Lo mau gue anterin pulang sekarang juga?". Tanya Batara.
"Engga Bat, aku gapapa. Cuma kecapean aja mungkin".
"Nih diminum dulu". Batara memberikan segalas aih hangat buat Mira.
"Makasih". Mira tersenyum meyakinkan.
"Eh kita belum kenalan loh". Ucap Danisha ramah.
Mira mengangguk saja. Sedang Batara hanya diam menampilkan wajah datar dan santainya.
"Gue Danisha Iswara. Panggil aja Danisha. Gue temen lama nya Batara".
"Aku Samira Luthfiya. Panggil aja Mira. Aku pacarnya Batara".
"Ah iya Mira, gue udah tau kok soal itu. Lo selalu jadi topik gosip satu sekolah karena pacaran sama Batara".
Mira hanya diam tidak menanggapi. Ia tau soal itu. Banyak sekali haters yang tidak suka padanya karena berpacaran dengan Batara. Namun tetap ada pula yang mendukung mereka berpacaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAMIRA
Teen FictionPerihal luka yang saling mencoba lupa. "Maaf sudah hadir walau ga sampe akhir" -Batara Bima Sanjaya "Aku benci masa lalu bukan saat semesta menyuruhnya pergi tapi saat dia sendiri yang memutuskan berhenti' -Samira Luthfiya "Sedang aku akan selamany...