empat

1K 178 6
                                    

pit-a-pat

empat: perasaan jeongwoo





Jeongwoo menghela napas. Ia rasanya tidak mau turun ke ruang tengah. Bukan kenapa, ia tidak mampu untuk melihat wajah Junkyu.





Setelah apa yang terjadi beberapa menit yang lalu, Jeongwoo rasanya ingin mengubur diri. Dia tidak yakin apakah Junkyu mendengar percakapan teleponnya dengan Haruto. Tapi tetap saja..





Sungguh. Jeongwoo rasanya benar-benar pasrah.





Flashback.


"Gila.. kau mengatakan itu tepat di hadapan sahabatnya?" itu Haruto, mereka sedang main nintendo bersama dan bercakap melalui telepon.




"Kau tahu kan aku anaknya suka nekat. Tapi, reaksinya tidak seperti yang kuharapkan.." ujar Jeongwoo lesu.




Ia mengingat wajah terkejut Junkyu tiga hari yang lalu. Dan Jeongwoo paham betul, wajah itu adalah wajah yang tidak mengerti apakah kata-kata Jeongwoo adalah murni alasan agar sahabatnya percaya, atau sebenarnya adalah hal lain yang tidak ia ketahui.





"Dan kau tidak bertemu lagi dengannya setelah itu?" Tanya Haruto.





Jeongwoo menghela napas, "aku sesekali mengintip lewat jendela ketika dia pergi.. tapi, kita tidak benar-benar bertemu lagi setelah itu.." jawab Jeongwoo dengan sangat lesu.





Dia seperti kehilangan harapan.





"Tapi kita tidak pernah tahu, Woo.. Mungkin saja sebenarnya dia juga punya perasaan.." Haruto mencoba menghibur Jeongwoo.





Jeongwoo diam sejenak lalu tertawa, "Haha, tidak ada harapan lagi untukku, Ruto. Mungkin aku terlalu menyukainya.. Haha.." ujar Jeongwoo dan tak berapa lama ia mendengar suara pintu kamar diketuk.




Tok tok.




Jeongwoo menghentikan kegiatannya, "Iyaa?"





"J-Jeongwoo, ini Junkyu.."





Flashback end.






Jeongwoo kembali menghela napas, melangkah dengan berat menuju ruang tengah.





Dari tangga ia menemukan Junkyu yang mendengar cerita Mama dengan seksama. Sesekali pemuda Kim itu mengangguk atau merespon dengan ekspresinya.






Jeongwoo diam sejenak. Memandangi setiap perubahan wajah Junkyu. Ia tersenyum kecil seiring dengan degup jantung yang mulai melaju damai.






Ah, benar. Sepertinya dia terlalu menyukai tetangganya ini.






"Jeongwoo! Kenapa lama sekali turunnya nak? Junkyu sudah menghabiskan tehnya dua kali!" Oceh sang Mama begitu menemukan sang anak hanya diam saja di anak tangga paling bawah.






"Maaf maaf," Jeongwoo hanya berucap dengan cengiran khasnya, kembali berjalan menuju di mana Mama dan Junkyu berada.






"Mama panaskan lagi tehnya, kau diam di sini temani Junkyu.." ucap sang Mama, berjalan dengan teko di tangan.






"Ah-" baru saja Junkyu ingin menawarkan diri, tapi sang Mama sudah melaju jauh.






Dan kini hanya mereka berdua di sini. Di selimuti oleh rasa canggung yang besar sekali.






[re-writing] pit-a-pat ; jeongkyu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang