13:

555 101 6
                                    

Siang ini kita makan di restoran FM. Sepupuku ingin bertemu kamu.

_Adam_

Tillia Januari mengerut kening ketika  mendapat pesan dari nomor baru yang ternyata dari Adam, pria yang berstatus sebagai suaminya.

Tila menghela napas dan meletakkan kembali ponselnya tanpa membalas pesan dari Adam.

Tila memfokuskan perhatiannya pada layar laptop yang tengah menampilkan pekerjaannya. Urusan Adam? Tila akan mencoba untuk tidak peduli.

"Selamat siang, Bu."

Tila beralih menatap ke arah pintu di mana sosok Lula berdiri dengan perut buncitnya. Berapa usia kehamilan Lula? Tila tidak ingat. Namun, perutnya yang sudah semakin membesar, Tila yakin usianya sudah memasuki 8 atau 9 bulan. Anehnya, wanita itu masih bisa bergerak lincah dan berkeliaran tanpa memikirkan beban yang dia bawa.

"Lula, kenapa? Sam bukan berada di lantai ini. Dia di lantai lain."

Lula tersenyum kemudian menghampiri meja kerja Tila. Wanita itu duduk tepat di depan Tila dengan kedua tangan bertumpu di atas meja.

"Nanti malam mau ada acara  ulang tahun Rexy yang ke empat." Lula tersenyum penuh arti. "Aku mau, Mbak datang sekalian bawa suami. Aku juga 'kan mau kenalan sama suaminya Mbak." 

Tila terlihat menarik napas kemudian menghembuskannya kembali. Membawa Adam ke acara ulang tahun  Rexy sepertinya akan sulit. Sebenarnya tidak begitu sulit asal Tila mau buka suara. Hal yang menyulitkan adalah, Tila tidak bisa begitu dekat dengan pria itu. Membawa Adam ke acara ulang tahun putra Lula dan Sam sama saja itu membiarkan ia kembali dekat dengan Adam.

Tidak!

Sampai kapan pun Tila tidak akan pernah membiarkan dirinya kembali dekat dengan Adam. Tila membencinya teramat sangat.

"Adam lagi sibuk. Dia nggak bisa ikut atau gabung."

"Lho, padahal aku pengen kenalan sama suami Mbak Tila." Ekspresi wajah Lula yang merenggut kecewa sebenarnya sedikit meluluhkan hati Tila. Namun, ketika ingatan masa lalu kembali menghantui pikirannya, rasa kasihannya pada Lula yang ingin bertemu dengan Adam sirna seketika.

"Kapan-kapan aja kalau ada waktunya." Tila melirik jam tangannya. "Kamu nggak langsung ke ruangan  Sam? Sepertinya dia sudah rindu banget sama kamu." Tila mencoba mengalihkan perhatian  Lula agar segera pergi dari ruangannya dan tidak membahas soal Adam lagi.

Terbukti dengan ekspresi merenggut Lula kembali cerah ketika mendengar nama suaminya disebutkan. Lula segera pamit dan melangkah keluar dari ruangan di mana Tila bekerja.

Tak lama setelah Lula pergi, suara dering ponsel Tila terdengar, membuat wanita itu segera melihat layar ponsel dan mendengus kala tahu yang menghubunginya adalah Adam.

"Aku menunggu di luar. Sekarang."

Adam langsung memutuskan sambungan telepon sebelum  Tila merespon. Wanita itu kemudian menghela napas berat sebelum mengambil tas dan memasukkan ponselnya ke dalam tas.

Tila pamit pada sekretarisnya untuk makan siang di luar. Setelah itu ia turun ke lantai bawah menyusuri lobby hingga tiba di depan kantor dan melihat sebuah mobil yang sudah ia kenali berada di antara kerumunan mobil lainnya.

Tanpa menunggu lama, Tila memutuskan untuk langsung masuk ke dalam mobil tanpa menyapa atau menoleh ke sisi pengemudi yang tentu saja disopiri oleh Adam sendiri.

"Sepupuku dari luar negeri ingin bertemu denganmu."

"Oh?" Hanya itu sahutan yang terdengar dari bibir Tila. Selebihnya ia tidak memberi respon apapun lagi. Baginya informasi apapun tentang Adam itu tidak penting.

TERNYATA JODOHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang