Tila menatap pemandangan di depannya dengan tatapan datar. Tidak ia sangka jika ia akan bertemu dengan dua pasangan iblis di restoran tempatnya saat ini berada.
Tila mengangkat bahunya acuh. Wanita itu kemudian melangkah menuju meja nomor 11 di mana Sam sudah menunggunya lebih dulu.
"Sorry, telat. Tadi ada meeting dulu sama klien," katanya meminta maaf.
"It's oke, Tila." Sam tersenyum. "Kita pesan makan dulu."
Keduanya memesan makanan pada pelayan yang langsung datang menghampiri ketika dipanggil. Setelah pelayan mencatat dan pergi, Sam merapatkan tubuhnya pada pinggiran meja seraya mendekatkan wajahnya pada Tila. "Ada suami kamu di sini," kata Sam pada Tila.
"Biarkan saja. Aku nggak peduli," sahut Tila acuh.
"Sepertinya suami kamu sudah melihat kita." Lagi-lagi Sam bicara, namun tak dihiraukan oleh Tila. Menurutnya mau Adam melihat atau tidak bukan urusannya.
"Bagaimana keadaan Lula?" Tila memilih mengalihkan pembicaraan daripada terus membahas soal Adam yang berada di restoran ini juga.
"Beberapa kali dia mengeluh sakit pinggang. Kata dokter kemungkinan persalinannya akan berlangsung dua minggu lagi."
"Wow." Tila bergumam takjub. "Kalian sudah pernah USG untuk melihat jenisnya?"
Sam menggeleng sebagai respons. "Belum. Biar menjadi kejutan saja," jawabnya.
Sementara di meja tak jauh dari tempat Tila dan Sam berada, terlihat raut wajah Adam yang merah menahan amarah ketika melihat istrinya berbicara dengan pria lain.
"Dam, bukannya itu istri kamu? Kenapa dia sama laki-laki lain?" Irena yang menjadi teman makan Adam kali ini turut menatap ke arah Tila berada.
"Aku juga nggak tahu." Adam memilih bangkit dari tempat duduknya, kemudian menghampiri meja dimana Tila dan Sam berada.
Sementara di kursinya, Irena tetap duduk dengan tenang sambil menyembunyikan senyum puas melihat sebentar lagi akan ada drama. Irena menyukai Adam. Bahkan sejak dulu. Namun, status mereka sebagai sepupu membuat Irena tidak bisa bergerak bebas. Juga, orang tuanya yang tidak akan pernah merestuinya bersama Adam. Lebih baik Adam hidup melajang sampai tua. Begitu juga dengan dirinya sehingga baik dirinya atau Adam akan hidup sendiri sampai tua. Namun, sepertinya hal itu tidak akan mudah terjadi karena kehadiran Tila.
"Jadi, ini alasan kamu nggak pulang semalam? Bersama laki-laki lain?"
Tila dan Sam serentak menoleh menatap ke arah Adam yang sudah berdiri di dekat meja mereka.
"Saya minap di rumah orangtua saya." Tila berujar sambil menatap Adam santai. "Lagi pula, saya mau sama laki-laki manapun, bukan urusan kamu. Sama halnya kamu dengan perempuan lain, bukan urusan saya," tandasnya.
"Kamu masih menjadi urusanku. Ingat, kamu adalah istriku." Adam mendesis menatap Tila tajam. "Sedangkan aku bersama sepupuku. Bukan laki-laki nggak dikenal seperti yang kamu lakukan."
Tila segera bangkit dari duduknya. Wanita itu berdiri berhadapan dengan Adam seraya menatapnya dengan tatapan tajam. "Oh, sepupu? Yakin hanya sepupu?" sinis Tila. "Kalau begitu, saya juga mau bilang kalau laki-laki yang sedang makan siang dengan saya adalah kakak saya."
"Aku tahu siapa kakak kamu. Dia bukan Haikal," ujar Adam menatap Tila tajam.
"Terserah. Sudah pernah saya katakan, jangan mencampuri urusan saya. Karena kita hidup satu atap bukan untuk saling mengurusi urusan masing-masing."
Tila mendecih sinis. Wanita itu kemudian duduk di kursinya kembali tak memedulikan Adam yang masih berdiri kaku di dekatnya.
Merasa terabaikan, Adam dengan keras menarik lengan Tilla hingga wanita itu kembali berdiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
TERNYATA JODOH
Storie d'amoreSinopsis Tilia January menanam kebencian yang teramat sangat pada keluarga Adam yang juga merupakan mantan kekasihnya, dulu. Tila, sapaan akrabnya tidak pernah menyangka jika ia akan kembali dipertemukan dalam sebuah acara perjodohan yang diciptakan...