Pagi ini ada yang berbeda dengan Adam. Pria itu menyambut pagi dengan senyum cerah bahkan sampai ia berada di ruang makan, senyum pria itu tak juga luntur. Hal tersebut sontak membuat Winar, Eddel, dan juga Irena menatapnya heran.
"Adam, kenapa senyum-senyum begitu? Kamu menang tender?" Winar yang tidak tahan melihat ekspresi wajah bahagia Adam, sontak bertanya.
"Enggak ada apa-apa, Ma. Aku hanya ingin tersenyum. Memangnya ada yang salah?" sahut Adam santai.
"Memang enggak ada yang salah. Cuma sedikit aneh saja," balas Winar.
Adam menggeleng kepalanya kemudian menegak kopi dalam cangkir sedikit, sebelum kepalanya menoleh ke arah Tila yang baru saja memasuki ruang makan.
Melihat kedatangan Tila di ruang makan membuat Adam menghela napas lega. Rupanya perbincangan mereka tadi malam bukanlah mimpi belaka. Ternyata, Tila benar-benar menyetujui agar mereka bisa memulai semuanya dari awal dengan cara yang baik. Hal tersebut dibuktikan dengan kehadiran Tila di ruang makan. Biasanya sang istri bahkan tidak akan terlihat saat ia membuka mata.
"Kamu mau sarapan juga? Silakan duduk." Adam dengan cepat bangkit dari kursi kemudian menarik kursi yang berada di sebelahnya untuk Tila. Hal tersebut tak luput dari perhatian tiga perempuan yang sudah duduk lebih awal.
"Mmm. Terima kasih," ucap Tila pelan. Wanita itu kemudian mengambil setangkup roti yang diolesi dengan selai nanas, lalu satu gelas susu yang dituangkan langsung oleh Adam.
"Enggak usah repot-repot. Saya bisa sendiri." Tila menatap Adam dengan tatapan datar khasnya.
"Enggak repot. Hanya menuangkan satu gelas susu dari teko."
Adam tersenyum santai kemudian melanjutkan lagi sarapannya yang tertunda tanpa memedulikan tiga perempuan yang kini sudah melotot ke arahnya.
Usai sarapan, Adam dan Tila bersiap untuk berangkat ke kantor. Keduanya berjalan bersisian ke pintu utama sampai suara Irena menghentikan langkah keduanya.
"Adam!"
"Ada apa?" Adam menatap Irena dengan sebelah alis terangkat. Tidak mengerti apa tujuan Irena memanggilnya.
"Aku mau ke rumah temanku. Boleh, aku menumpang mobil kamu?"
Adam menahan pergelangan tangan Tila yang bersiap untuk pergi. Pria itu menggeleng pelan kepalanya sebagai kode agar Tila tidak pergi.
"Maaf, Irena. Aku akan berangkat kerja bersama Tila. Kebetulan, mobilku hanya memiliki dua kursi saja," tolak Adam halus. Pria itu melempar senyum kecil sebelum akhirnya ia menarik Tila keluar dari rumah.
"Siapa yang mau berangkat bareng?"
Sampai di luar rumah, Tila menatap Adam heran. Pasalnya mereka tidak berjanjian untuk berangkat bersama.
"Mau ya aku antar? Anggap saja ini sebagai pengenalan kita secara ulang." Adam tersenyum manis. Tidak lupa di dalam hati ia berdoa semoga Tila tidak menolak ajakannya.
Terlihat Tila mengerut dahinya, membuat Adam harap-harap cemas. Namun, anggukan kepala dari wanita itu membuat Adam menghela napas lega. Akhirnya mereka bisa berangkat bersama ke kantor dengan Adam lebih dulu mengantarkan Tila.
Adam tersenyum lebar. Pria itu bersiul sambil sesekali melirik ke arah Tila yang masih menampilkan ekspresi datar.
"Aku senang, akhirnya bisa antar kamu ke kantor dengan status kita yang sedikit lebih baik," kata Adam memulai pembicaraan.
"Mmm." Tila menganggukkan kepala sebagai respon.
"Nanti siang apa boleh kita lunch bareng?"
"Saya rasa enggak bisa."
![](https://img.wattpad.com/cover/275303687-288-k846807.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
TERNYATA JODOH
RomanceSinopsis Tilia January menanam kebencian yang teramat sangat pada keluarga Adam yang juga merupakan mantan kekasihnya, dulu. Tila, sapaan akrabnya tidak pernah menyangka jika ia akan kembali dipertemukan dalam sebuah acara perjodohan yang diciptakan...